"Menikahlah lagi mas! Aku ikhlas!"
Kalimat yang pada akhirnya menjadi boomerang bagi pernikahan Sekar Indraswari
Keluarga besar Adrian Baskara sang suami, menuntut hadirnya penerus bagi keluarga, membuat Sekar mengambil keputusan yang begitu menyakitinya
hadirnya wanita lain sebagai madu perlahan memaksa Sekar meninggalkan indahnya mahligai cinta bersama Adrian
Kemana takdir akan membawanya? akankah pertemuan dengan seorang duda beranak satu bernama Alvaro menjadi awal kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keguguran
Pintu tiba-tiba saja dibuka, menampilkan sosok yang membuat Lilis kehilangan moodnya
Widia masuk, hendak memastikan apa yang terjadi pada Sekar dan sialnya Lilis ada disana
"Saya nyariin kamu Lis"
"Memangnya mau apa lagi sih?"
"Kamu tuh yang sopan dong sama saya! Saya ini majikan kamu!" Widia merasa kesal pada asisten rumah tangga ini, namun tak ada waktu untuk berdebat lebih baik menyuruh Lilis untuk menjauh dari Sekar
"Lupakan saja! Saya lagi mau jus buah naga! Kamu bikinin ya!"
"Iya, tapi nanti ya mbak. Lilis lagi ada urusan!" Jika dengan Widia entah kenapa rasa hormat Lilis menghilang
"Kamu melawan saya! Lagian ngapain juga kamu nungguin orang lagi dikamar mandi?"
"Penyihir ini gak boleh tau kalau mbak Sekar kemungkinan hamil, bisa-bisa dia punya rencana jahat buat mbak Sekar!" Batin Lilis
"Yaudah nanti Lilis bawain kekamar mbak Widia! Sekarang mbak tunggu aja dikamar!"
Untuk pertama kalinya dalam hidup Widia diperintah oleh seorang ART membuatnya merasa kesal
"Cepat!"
Sial, Widia harus pura-pura keluar terlebih dahulu agar Lilis mau keluar dan meninggalkan Sekar
Setelah memastikan Lilis ke dapur, Widia kembali masuk kedalam kamar Sekar. Bertepatan dengan wanita itu yang baru saja keluar dari kamar mandi
"Loh Widia? Kamu butuh sesuatu?" Tanya Sekar karena tak biasanya wanita itu berada dikamarnya
"Emm.. ini mbak, aku lagi ngidam pengen makan asinan buatan mbak Sekar!" Pinta Widia
"Asinan?"
"Iya mbak, aku lagi ngidam. Boleh kan mbak?"
"Ya udah ayo kita ke dapur! Atau kamu mau nunggu dikamar aja? Nanti kalau udah siap aku bawain kekamar kamu!" Ujar Sekar
"Aku ikut aja deh mbak, sekalian bantuin juga"
Keduanya berjalan beriringan menuju dapur, ketika diujung tangga, Widia memperlambat jalannya hingga tepat berada dibelakang Sekar
Dengan senyum liciknya, wanita itu mengulurkan tangannya hendak mendorong tubuh Sekar
"Maafkan aku mbak!"
Sekar yang merasa tubuhnya didorong segera berpegangan pada railing tangga sehingga dirinya tak terguling kebawah
"Widia?" Sekar menatap penuh tanya, ia bingung kenapa Widia hendak membuatnya terluka
"Kamu gak boleh hamil mbak, hanya aku, hanya aku yang berhak memberikan mas Adrian keturunan, HANYA AKU"
Widia masih berusaha mendorong tubuh kakak madunya itu, sekuat tenaga Sekar bertahan agar dirinya tidak jatuh. Terlebih ada janin yang harus ia jaga, hingga...
"Aaaakkkhhhh"
"WIDIA"
Sekar mematung diujung tangga, melihat bagaimana Widia berguling hingga tiba dilantai bawah dengan teriakan kesakitan
"Widia! Widia kamu kenapa sayang!" Nina yang mendengar teriakan segera datang dan melihat sang menantu tergeletak dilantai dalam keadaan tidak sadarkan diri
Pandangan Nina tertuju keatas dimana Sekar masih berdiri mematung. Amarah Nina seketika memuncak saat menantu kesayangannya dicelakai oleh menantu yang satunya
"Sekar"
Sekar yang baru tersadar dari terkejutnya segera turun dan menghampiri Widia yang telah tak sadarkan diri, terlebih ada cairan merah yang mengalir diantara kakinya
Pikiran buruk mulai menghampiri Sekar, takut jika sesuatu yang ditakutkan terjadi
"Astaga Widia! Bangun Widia!" Sekar meletakkan kepala Widia diatas pangkuannya sambil ia tepuk pipinya
"Apa yang sudah kamu lakukan Sekar? Kamu membuat Widia celaka, kamu pasti iri kan?" Tuduh Nina
"Astaghfirullah! Aku gak ngelakuin itu Bu, tadi Widia yang.."
"Alah.. gak usah alasan kamu, kamu benar-benar jahat Sekar!"
Sekar diam, berdebat rasanya hanya akan membuang waktu saja. Lebih baik segera membawa Widia kerumah sakit
"Ayo kita bawa Widia kerumah sakit Bu!" Ujar Sekar dengan raut wajah paniknya
"Gak usah sok perhatian kamu!" Nina mendorong tubuh menantunya lalu berteriak memanggil Faisal dan pria bertubuh tinggi itu menghampiri
"Kamu bawa Widia ke mobil, kita kerumah sakit sekarang!" Titah Nina
Asisten rumah tangga itu segera membopong tubuh Widia yang sudah tidak sadarkan diri hingga kedalam mobil
"Kamu jaga rumah ya Lis! Saya mau kerumah sakit"
"Apa gak sebaiknya gak usah ya mbak, takutnya nanti ibu nyonya ngomong sesuatu yang nyakitin mbak"
"Gak pa-pa, lagian saya gak tenang" Sekar lebih dulu mengambil tasnya dikamar lalu menyusul dengan mobil miliknya
***
Sekar tiba setelah tiga puluh menit, disana Nina tengah duduk dikursi stainless didepan ruang IGD
"Gimana keadaan Widia, Bu?" Sekar memberanikan diri untuk bertanya
"Ngapain lagi kamu kesini? Mau memastikan kalau Widia dan bayinya celaka?" Nina berdiri dari duduknya lalu menatap nyalang kearah menantunya
"Sekar gak ngelakuin itu Bu, ibu salah paham" cairan bening perlahan luruh, membasahi pipinya
Tak lama Adrian datang dengan perasaan cemas, langkahnya cepat menyusuri koridor, khawatir akan keadaan istri serta calon anaknya
"Sayang" Adrian menghampiri Sekar
"Mas, Widia mas, aku takut" Sekar memeluk suaminya dan Adrian membalas
"Kamu tenang ya, semua pasti baik-baik saja" Adrian usap rambut panjang istrinya dengan sangat lembut
Pintu kaca itu dibuka, menampilkan seorang pria dengan jas putih, melihat itu semua orang mendekat
"Keluarga pasien?"
"Iya dok, saya suaminya" ujar Adrian tanpa ragu "Bagaimana keadaan istri saya?"
"Kondisi pasien sudah stabil, hanya saja.."
"Hanya saja apa dok?" Dokter yang menjeda ucapannya membuat semua orang disana bertanya-tanya
"Kami tidak bisa menyelamatkan bayi dalam kandungannya, istri bapak mengalami keguguran!"
Ucapan dokter pria itu membuat semua orang terkejut, Adrian seolah kehilangan kekuatannya untuk berdiri. Pria tampan itu duduk dikursi tunggu dengan perasaan yang kacau
"Mas" Sekar mendekat, menggenggam tangan suaminya guna memberi kekuatan
"Kami bisa menjenguk Widia dok?" Tanya Nina
"Nanti setelah pasien dipindahkan diruang rawat"
Setelah mengatakan itu, pria yang merupakan seorang dokter itu berlalu meninggalkan mereka
Nina melangkah, mendekat kearah Sekar lalu menarik wanita cantik itu dengan paksa dan..
Plak
Semua orang terbelalak, Adrian reflek berdiri dan memeluk tubuh istrinya. Tamparan Nina begitu keras hingga meninggalkan bekas merah pada pipi Sekar yang putih
"Puas kamu! Puas kamu karena sudah membuat menantu saya celaka? Puas kamu karena sudah membuat Widia kehilangan bayinya? Puas?"
Nina berteriak keras, satu tamparan tak membuatnya puas. Tangannya kembali terangkat hendak mengulangi apa yang ia lakukan sebelumnya namun Adrian dengan cepat melindungi istrinya dengan berdiri didepan Sekar
"Ada apa sih Bu? Apa maksud ibu bicara seperti itu pada Sekar?"
"Istri kamu ini" Nina menunjuk wajah menantunya "Dia sudah mendorong Widia hingga jatuh dari tangga!"
Adrian terkejut, rasanya tidak percaya jika Sekar melakukan hal seperti itu, terlebih dia tahu jika Widia tengah mengandung
"Aku gak ngelakuin itu Bu, Widia yang berusaha dorong aku dari tangga, karena aku coba untuk mempertahankan diri makanya Widia kepeleset dan jatuh!" Jelas Sekar sembari memegangi pipinya
udh bener dpt mantu sekar.... eeee mlah g ada syukurnya...