CEO dingin Ardan Hidayat harus bertunangan dalam tiga bulan demi warisan. Ia memilih Risa Dewi, gadis keras kepala yang baru saja menghancurkan kuenya, untuk kontrak pertunangan palsu tanpa cinta. Tapi saat mereka hidup bersama, rahasia keluarga Risa sebagai Pewaris Tersembunyi keluarga rival mulai terkuak. Bisakah kepura-puraan mereka menjadi kenyataan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ᴛʜᴇ ꜱᴀᴅɪᴇ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nyonya CEO di Medan Proyek
Keputusan Risa untuk memimpin proyek Panti Jompo Wulan Hidayat disambut dengan berbagai reaksi. Anggota dewan direksi, terutama faksi yang dulu mendukung Bima, mencibir. Mereka menganggap ini hanya sebagai mainan mahal untuk istri CEO, sebuah pengalih perhatian yang akan segera ia tinggalkan.
Namun, Ardan serius. Ia memberikan Risa kantor mewah di lantai eksekutif, tepat di sebelah kantornya, dan memberinya anggaran yang besar.
Perjuangan di Kantor
Risa memulai pekerjaan dengan semangat. Awalnya, ia menghadapi kesulitan. Rapat-rapat terasa asing, jargon keuangan membuatnya pusing, dan para staf teknik dan konstruksi yang lebih tua sering memandangnya dengan rasa skeptis.
Di tengah hari, batas antara kantor dan rumah menjadi samar. Risa akan melangkah ke kantor Ardan untuk meminta persetujuan anggaran, dan alih-alih mendapatkan tatapan dingin CEO, ia akan disambut dengan senyum hangat suaminya.
Suatu hari, Risa membuat kesalahan besar dalam dokumen tender. Ia salah menghitung persentase pajak, yang mengakibatkan kerugian potensial yang signifikan. Ardan memanggilnya ke kantornya, dan Risa sudah siap untuk dimarahi.
"Kau merusak perhitungan tender senilai ratusan juta," kata Ardan, nadanya tegas, tetapi tidak marah. "Kau harus lebih teliti, Risa."
Risa menundukkan kepalanya. "Saya minta maaf, Ardan. Saya terlalu ceroboh dengan angka-angka."
Ardan berdiri, berjalan ke arah Risa, dan alih-alih memarahinya, ia mengangkat dagu Risa. "Di kantor, aku harus bersikap keras. Tapi di sini, aku harus mengajarimu."
Ardan menghabiskan waktu setengah jam, dengan sabar menjelaskan kesalahan Risa. Ia tidak hanya mengoreksi angkanya, tetapi juga memperkuat pemahaman Risa tentang prinsip-prinsip keuangan dasar. Di tengah penjelasan, Risa merasakan cinta dan dukungan yang tulus, melampaui peran mereka di kantor.
"Mengerti?" tanya Ardan, setelah selesai menjelaskan.
"Mengerti. Terima kasih, Tuan Hidayat," jawab Risa, tersenyum.
"Sekarang," kata Ardan, tiba-tiba menarik Risa ke pelukannya. "Sepuluh detik pelukan suami-istri. Setelah itu, kembali ke pekerjaanmu, Nyonya Hidayat."
Momen-momen kecil ini—transisi cepat antara profesional dan pribadi—membuat hubungan mereka semakin kuat dan membuat Risa semakin cepat belajar.
Tur ke Lokasi Proyek
Risa tidak hanya bekerja dari balik meja. Ia bersikeras untuk mengunjungi lokasi proyek yang dulu ia temukan secara rahasia. Ia ingin terlibat dalam setiap detail.
Di lokasi itu, Risa berganti pakaian formalnya dengan celana panjang dan helm proyek. Ia tidak segan-segan berjalan di atas lumpur, berbicara dengan para pekerja konstruksi, dan memeriksa kualitas bahan.
Para insinyur proyek, yang awalnya meremehkan Risa, terkejut. Risa mengajukan pertanyaan cerdas tentang jadwal, material, dan desain. Dengan cepat, ia mendapatkan rasa hormat dari tim di lapangan. Mereka melihat bahwa Risa serius dan tidak takut untuk kotor.
Suatu sore, saat Risa sedang berdebat dengan seorang mandor tentang penempatan kamar, mobil sedan mewah berhenti di lokasi. Ardan keluar dari mobilnya, mengenakan setelan jas mahal, tetapi ia berjalan langsung menuju Risa, mengabaikan debu dan lumpur.
"Mengapa kau di sini, Ardan?" tanya Risa, terkejut.
"Aku punya pertemuan yang dibatalkan. Dan aku ingin melihat bagaimana Proyek Wulan Hidayat berjalan," jawab Ardan, matanya menatap Risa yang bersemangat dalam helm dan sepatu bot.
Ardan mendengarkan Risa menjelaskan tentang tata letak dan visinya untuk taman, dengan bangga dan kekaguman yang nyata. Para insinyur dan mandor melihat bagaimana Ardan, CEO Hidayat Group, berdiri di tengah lokasi konstruksi yang berantakan, mendukung istrinya.
Di hadapan tim proyek, Ardan maju dan mencium Risa dengan lembut di dahi, tidak peduli dengan penonton. "Teruslah bekerja keras, Risa. Aku tahu kau akan membuatnya sempurna."
Aksi Ardan itu mengirimkan pesan yang jelas kepada seluruh perusahaan: Risa bukan hanya istri; ia adalah mitra, dan ia didukung sepenuhnya oleh CEO.
Risa menyadari bahwa proyek ini bukan hanya tentang membangun panti jompo. Itu adalah fondasi untuk identitas barunya. Ia tidak lagi membutuhkan Ardan sebagai perisai dari masa lalu atau musuh. Ia memiliki Ardan sebagai pasangannya untuk membangun masa depan mereka.