Alexis seorang ilmuwan wanita dan juga ahli beladiri yang berhasil menciptakan sebuah ruang penyimpanan ajaib ke dalam sebuah kalung.
Namun, dia di khianati dan meninggal secara tragis oleh orang kepercayaan nya sendiri.
Dan siapa sangka, jiwa nya justru masuk ke dalam tubuh wanita lemah yang teraniaya. Yang juga memiliki nama yang sama dengannya.
Rencana balas dendam pun di mulai melalui tubuh wanita yang bernama Alexis itu.
Berhasilkah Alexis membalas dendam? Kalau penasaran, baca yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Tidak ada hubungannya dengan dunia nyata dan tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28
Pagi harinya ...
Bel pintu apartemen milik Alexis berbunyi. Bibik segera membukakan pintu yang ternyata adalah Raymond.
"Tuan, Nyonya belum bangun," kata Bibik yang mengerti dengan kedatangan Raymond.
"Tidak apa-apa Bik," kata Raymond. Namun ia tetap masuk.
Bibik langsung membuatkan minuman untuk tamunya. Alexis yang baru selesai mandi dan berpakaian lengkap pun keluar saat mendengar ada tamu.
Sebenarnya dia sudah bangun, hanya saja belum keluar dari kamar. Jadi Bibik mengira kalau Alexis belum bangun.
"Ada apa?" tanya Alexis.
"Nggak ada, cuma ingin melihatmu saja," jawab Raymond.
"Eh Nyonya, Bibik pikir belum bangun. Nyonya mau sarapan?" tanyanya.
"Iya Bik, siapkan juga untuk Raymond," jawab Alexis.
Alexis duduk berhadapan dengan Raymond. Raymond menatap Alexis dalam. Alexis tidak kuat di tatap seperti itu pun mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Bersiaplah, aku akan bawa kamu ketemu seseorang. Beliau direktur rumah sakit swasta terbesar di kota ini," kata Raymond.
Alexis mengangguk. Sebenarnya dia sudah kenal dengan beberapa direktur rumah sakit swasta.
Namun Alexis tidak ingin mengungkapkan dirinya. Karena dia yakin, orang tidak akan percaya akan hal itu.
Alexis meminta bantuan Raymond karena dia ingin memulai dari awal. Alexis ingin di perkenalkan sebagai orang lain, bukan sebagai profesor Alexis yang sudah meninggal.
"Baiklah, terima kasih aku selalu merepotkan mu," ujar Alexis.
"Santai saja," kata Raymond.
Bibik memberitahu kalau sarapan sudah siap. Raymond yang kebetulan belum sarapan pun tidak menolak saat di ajak.
Tadinya ia ingin mengajak Alexis sarapan di luar. Namun karena Bibik sudah menyiapkan, jadi Raymond mengurungkan niatnya.
Setelah selesai sarapan, Alexis kembali ke kamar untuk bersiap-siap. Dia berganti pakaian lalu ke ruang penyimpanan ajaib untuk mengambil sampel penelitian yang dia kerjakan sebelum kejadian kecelakaan waktu itu.
Alexis sudah mencobanya dan berhasil. Dia berencana untuk mengembangkan nya dan memberikan nya secara cuma-cuma kepada orang yang tidak mampu.
Profesor Ar tidak setuju pada awalnya. Karena menurutnya, penemuan obat itu sangat langka. Jadi bisa menghasilkan uang dan mereka akan menjadi kaya.
Alexis tetap dengan pendiriannya untuk memberikan obat-obatan itu nantinya kepada mereka yang memerlukan. Terutama yang tidak punya biaya untuk melakukan pengobatan.
Akhirnya profesor Ar mengalah, karena jika tidak, Alexis akan memusnahkan nya saja. Namun ternyata profesor Ar punya rencana lain.
"Sudah siap?" tanya Raymond setelah melihat Alexis keluar dengan pakaian yang berbeda.
"Sudah. Ayo!"
Alexis pun berpamitan kepada Bibik. Kemudian mereka pun keluar dari apartemen. Saat di dalam lift, Raymond menatap Alexis, walaupun Alexis tidak membalasnya.
Hingga mereka tiba di bawah, keduanya berjalan beriringan. Sekuriti yang berjaga pun tersenyum melihat keduanya.
Karena menurut mereka, keduanya sangat cocok sebagai pasangan. Apalagi mereka baru-baru ini yang melihat tuan nya jalan dengan perempuan.
"Ray, aku tidak yakin kalau penemuan ku ini bisa di terima," kata Alexis.
"Kenapa tidak? Pasti akan di terima jika itu terbukti bisa menyembuhkan," ujar Raymond.
Alexis tersenyum, kemudian dia menceritakan perseteruan nya dengan profesor Ar tentang penemuannya itu.
"Aku pernah mendengar kalau profesor Ar juga memiliki kerjasama dengan beberapa rumah sakit. Tapi profesor Ar menciptakan obat yang berbeda," kata Raymond.
"Itu hasil penelitiannya sendiri. Yang ada padaku hasil penemuan ku sendiri, namun profesor Ar tidak setuju karena aku ingin mengembangkan obat-obatan ini untuk mereka yang tidak punya biaya untuk pengobatan."
Raymond terus melajukan mobilnya. Hingga akhirnya mereka pun tiba di sebuah rumah sakit swasta.
Raymond memarkirkan mobilnya. Kemudian mereka keluar dari mobil bersama-sama. Dan langsung menemui direktur rumah sakit.
Sebelumnya Raymond sudah menghubungi nya untuk bertemu. Kebetulan direktur rumah sakit ada waktu luang.
"Selamat pagi Tuan Ray, Nona," sapa Hendrik.
"Pagi," jawab keduanya bersamaan.
"Jadi ini orangnya yang ingin kamu perkenalkan?" tanyanya.
"Dia Alexis, dia ingin bekerjasama dengan mu," jawab Raymond.
"Hai, aku Hendrik," kata Hendrik mengulurkan tangannya hendak berjabat.
"Aku Alexis," ujarnya menyambut uluran tangan Hendrik.
Hendrik menarik tangan Raymond sedikit menjauh. Raymond menurut saja dan meminta Alexis untuk tetap di tempatnya.
"Tuan, bukankah rumah sakit ini milik Anda? Kenapa harus dengan ku?" tanya Hendrik.
"Dia tidak tahu tentang itu. Karena aku percayakan semuanya ke kamu, jadi bersikaplah biasa saja," jawab Raymond.
Hendrik tidak menjawab, ia kembali ke tempatnya semula dan di susul oleh Raymond yang ikut duduk di samping Alexis.
"Oh iya, Tuan Ray bilang Nona Alexis ada yang ingin di bicarakan. Dan itu menyangkut kerjasama. Benar?" tanya Hendrik.
"Benar Tuan Hendrik," jawab Alexis. Kemudian dia mengeluarkan sampel obat yang di bawanya.
Ada dua botol dan jenis yang berbeda. Hendrik meneliti botol tersebut. Kemudian Alexis menjelaskan fungsi dari kedua obat tersebut.
"Ini hasil penelitian ku, obat untuk penyakit kanker tanpa melakukan operasi. Dan ini obat untuk penyakit jantung," kata Alexis menjelaskan.
"Apa keduanya di jamin aman? Karena ini menyangkut nyawa manusia. Salah sedikit kita bisa di tuntut," kata Hendrik.
Alexis menjelaskan jika keduanya sudah di uji. Jadi Alexis bisa menjamin kalau itu akan aman untuk di konsumsi.
"Baiklah, sekarang kita buat perjanjian tertulis. Aku akan kembangkan obat-obatan ini untuk di produksi lebih banyak," kata Hendrik.
Alexis setuju, tapi dia juga mengajukan syarat. Untuk memberikan secara cuma-cuma kepada penderita yang dari keluarga miskin.
Hendrik menoleh ke Raymond. Lalu Raymond pun mengedipkan matanya dua kali pertanda setuju.
"Baiklah, aku buatkan surat perjanjian kerjasama kita. Nanti Nona Alexis bisa teliti lebih dulu sebelum di tandatangani," kata Hendrik.
Alexis setuju. Tidak butuh waktu lama surat perjanjian kerjasama pun siap. Alexis dan Hendrik pun menandatangani nya bersama.
Lalu memberikannya satu lembar kepada Alexis, yang satunya di simpan oleh Hendrik.
"Sudah selesai? Kalau begitu kita berdua pamit," ujar Raymond. Hendrik mengangguk, lalu mereka kembali berjabat tangan.
Alexis tersenyum senang, dia tidak menyangka kalau kerjasamanya bisa berjalan dengan sangat lancar.
Kemudian Alexis pun ingin mentraktir Raymond makan sebagai ucapan terima kasih.
"Bagaimana kalau aku yang pilih tempatnya?" tanya Raymond.
"Boleh, terserah kamu mau makan di mana?" ujar Alexis.
Saat mereka berjalan di lorong rumah sakit, mereka tidak sengaja berpapasan dengan Damian.
"Alexis!" Damian memanggil Alexis.
Alexis tidak perduli, malah dengan sengaja menggandeng tangan Raymond. Damian kembali memanggilnya.
"Huh, ternyata dunia ini begitu sempit," kata Alexis.
"Alexis, kamu bersama Raymond?" tanya Damian.
"Memang kenapa? Kita juga sudah cerai," jawab Alexis.
"Kita masih pasangan suami istri, akta cerai belum keluar. Jadi secara hukum kita masih sah sebagai suami istri," kata Damian.
"Itu menurut mu, tapi logikanya kita sudah bercerai. Lagipula kamu sudah ada Jessy, kenapa tidak menikah dengannya saja?"
Damian hendak menarik tangan Alexis. Namun Raymond dengan cepat menepisnya. Raymond tidak rela kalau Alexis di sentuh oleh Damian.
Walau pun mereka pernah menikah. Namun sekarang Damian sudah tidak berhak lagi untuk Alexis.