"Nak!" panggil Pak Basuki. "Masih belum rela, ya. Calon suami kamu diambil kakak kamu sendiri?"
Sebuah senyum tersungging di bibir Sashi, saat ini mereka sudah ada di sebuah restoran untuk menunggu seseorang.
"Ya sudah, mending sama anak saya daripada sama cucu saya," kata sang kakek.
"Hah?" kaget Sashi. "Cucu? Maksudnya, Azka cucu eyang, jadi, anaknya eyang pamannya Mas Azka?"
"Hei! Jangan panggil Eyang, panggil ayah saja. Kamu kan mau jadi menantu saya."
Mat!lah Sashi, rasanya dia benar-benar tercekik dalam situasi ini. Bagaimana mungkin? Jadi maksudnya? Dia harus menjadi adik ipar Jendral yang sudah membuangnya? Juga, menjadi Bibi dari mantan calon suaminya?
Untuk info dan visual, follow Instagram: @anita_hisyam TT: ame_id FB: Anita Kim
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satu Ranjang
"Ya ampun, gimana in!?"
Sashi berdiri di ambang pintu kamar, memeluk lengan sendiri. Matanya menyapu ruangan, dan langsung membeku ketika tatapannya tertumbuk pada sosok Dirga yang sudah berbaring tenang di atas ranjang besar itu. Pria itu hanya mengenakan kaos hitam polos dan celana panjang tidur. Salah satu tangannya berada di belakang kepala, satu lagi diletakkan di atas perut. Matanya terpejam, tapi napasnya tidak teratur, membuat Sashi curiga kalau ia tidak benar-benar tidur.
Dalam kebingungan, Sashi hanya berdiri mematung. Ingin masuk tapi juga takut. Kalau dia ikut naik ke ranjang itu, bagaimana kalau Dirga berpikir aneh-aneh? Tapi... kalau dia tidak tidur juga, apa dia harus berdiri semalaman?
Akhirnya, setelah menarik napas panjang dan menahan debar jantung yang makin tak karuan, Sashi melangkah pelan. Ia memungut bantal dari sisi ranjang, lalu perlahan-lahan menurunkannya ke lantai, persis di bawah tempat tidur.
"Apa yang kamu lakukan?"
Sashi langsung lonjak seperti baru tersengat listrik. Ia menoleh dan Tangannya reflek mengusap dada, mencoba menenangkan detakan liar jantungnya.
"A-aku... aku cuma...."
"Cuma takut disentuh?" potong Dirga dengan tenang, tapi matanya tajam menatap.
Pipi Sashi langsung memerah "Bukan... bukan begitu, aku cuma..."
Dirga menghela napas. Ia bangkit duduk, bersandar pada sandaran ranjang. Matanya menatap Sashi datar tapi tak ada kemarahan di sana.
"Aku enggak akan nyentuh kamu, jadi kamu enggak usah khawatir. Tapi kalau kamu masih ngeyel tidur di bawah, ya aku yang angkut kamu naik."
Wajah Sashi makin merona. Dengan langkah kikuk dan hati tak menentu, ia akhirnya naik ke ranjang dan duduk di sisi paling pinggir, hampir seperti hendak jatuh. Matanya tak berani melirik ke arah Dirga.
Tapi suara pria itu kembali terdengar, membuat lehernya kaku.
"Kenapa kamu masih pakai kerudung?"
Sashi menunduk, meremas ujung selimut.
"Rambut itu aurat," jawabnya pendek.
Dirga terkekeh. Suara tawanya rendah, tapi menggema dalam keheningan kamar.
"Kita ini suami istri, Sashi. Untuk apa nutupin aurat di depanku?"
Ketika itu, Sashi membalikkan badan dengan cepat, memunggungi Dirga.
"Aku akan buka saat aku sudah siap. Dan jangan coba-coba nyentuh sembarangan."
Dirga mengangguk meski Sashi tak melihat.
"Katanya jangan memunggungi suami, dosa, kan?" tukas Dirga, setengah menggoda.
Helaan napas berat keluar dari mulut Sashi. Ia pun membalik lagi, kali ini menatap langit-langit, berusaha sebisa mungkin tidak melirik ke sisi kanan ranjang.
Mereka tidak ada yang mau bicara. Kemudian Sashi bersuara karena penasaran tentang sesuatu.
"Mas... Bunda Far... di mana?"
Dirga membuka mata, menoleh tanpa mengangkat kepalanya.
"Pergi ke Semarang. Sama Ayah."
"Ke Semarang?"
"Heum, Acara rumah sakit, katanya. Katanya juga sekalian bulan madu," jawab Dirga santai.
"Oh..." gumam Sashi. Ia membenamkan wajahnya setengah ke dalam bantal. "Mereka kelihatan bahagia ya?"
Dirga tidak menjawab, hanya mengamati wajah istrinya dari samping.
"Tidurlah. Besok kita pergi."
Meskipun tidak tahu apa maksud suaminya, Sashi mengangguk, lalu menarik selimut sampai dagu. Perlahan, embusan napasnya menjadi lebih stabil, tubuhnya melemas. Ia akhirnya mulai terlelap, dan saat malam semakin larut, ia membalik tubuh dalam tidurnya, secara tak sadar memiring ke arah Dirga.
Dirga yang juga belum sepenuhnya tidur, segera membuka matanya saat merasakan gerakan itu. Ia menoleh, dan langsung mendapati wajah Sashi hanya berjarak satu jengkal darinya. Perempuan itu tidur dengan damai, bibirnya sedikit mengerucut, napasnya menghangatkan udara di antara mereka.
Tanpa sadar, Dirga ikut memiringkan tubuhnya. Ia menyelipkan satu lengan sebagai penyangga kepala, dan menatap lekat wajah istrinya.
Cantik, satu kata itu sebetulnya tidak bisa menggambarkan sosok sang istri. Eh, tiba-tiba, Sashi mendekat dan memeluknya, perempuan itu mencari kehangatan di dada Dirga, membuat Dirga langsung mematung tak bisa apa-apa.
"Eumm, paha ayam...."
Kelopak mata Dirga terpejam erat, keningnya berkeringat saat tangan Sashi terus bergerak di bawah sana ....
"Tangan bayi ...."
"No, no .... Betis bayi ...."
"Sashi ...."
"Gemes, mau gigit," katanya masih dalam tidur.
eng ing eng.... kagak sabar terbongkar nya semua orang rumah
bisa jadi penugasan dirga ada campur tgn ayah Azka.
bagaimana pun Bunda Far ..
istri kedua pak basuki...
jadi pasti mereka tidak suka pada Dirga..
❤❤❤❤
dan dikirim ke sashi oleh ika..
biar gak ketahuan dari Azka..
kan bisa pakai nomor lain..
bisa jadi emang kerja sama ika ama Azka..
❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤