Dewasa 🤎
Jika aku boleh memilih...
Aku lebih suka
mencintai seseorang yang tidak mencintaiku.
Setidaknya, disitu aku mengetahui
bahwa aku benar-benar mencintainya
dengan tulus tanpa mengharapkan apapun.
~anonim~
Quote diatas menggambarkan perasaan seorang Farel kepada Nada.
Awalnya Nada hanyalah adik dari temannya, seiring waktu perasaan itu berubah menjadi cinta.
Kisah ini menceritakan perjuangan Farel mendapatkan cinta Nada, juga perjuangan mereka untuk dapat saling mengerti dan menerima. Saat Farel berhasil menikahi Nada, mereka berusaha mengerti arti kata pernikahan yang sesungguhnya.
Full of love,
Author ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mantan
"Bagaimana bulan madu kalian selama di Bali? Apa papa dan mama bisa mengharapkan cucu?", tanya mama Farel saat kami makan siang bersama seminggu setelah kembali ke Jakarta.
"Mmmm.... aku...", jawabku terbata.
"Ma, Nada kan baru lulus, belum juga wisuda, Nada juga mau cari pengalaman kerja dulu, nanti ajalah ma bahas cucunya", jawaban Farel sedikit banyak menolongku.
"Ya mama kan cuma tanya, lagian buat mama sih ga masalah soal karir, Nada ga perlu berkarir juga ga apa-apa. Kamu juga suka anak kecil kan Rel, jadi buat apa menunda punya anak".
Deg... apa yang harus aku katakan sekarang pikirku dalam hati.
"Iya ma, nanti Nada akan bicarakan ini dengan kak Farel".
Setelah itu mama tersenyum dan tidak membahas mengenai cucu lagi.
"Nada soal permintaan mama soal cucu, ga usah dipikirin ok, aku hanya butuh kamu disampingku, itu saja sudah cukup", ucapnya saat perjalanan pulang kembali ke rumah.
"Iya kak aku tau".
Sungguh saat ini aku hanya ingin mengejar mimpiku dulu, mungkin ini egoku, tapi aku tidak ingin memiliki anak hanya karena merasa suatu kewajiban lalu mengorbankannya karena egoku.
Aku merasa keberuntungan berada dipihakku pada awal tahun ini, karena aku akan wisuda di akhir bulan ini, lalu aku diterima kerja di tempat lesku, kemudian aku juga mendapat penawaran untuk ikut serta dalam tim proyek pembuatan iklan salah satu brand yang biasa bekerja sama dengan tempat lesku.
Di akhir bulan Januari, aku merayakan semua keberuntungan yang aku peroleh dengan mengundang keluargaku dan keluarga kak Farel makan malam bersama. Saat makan malam, topik untuk segera memberikan cucu muncul kembali, dibahas oleh para mama, tapi karena kebahagiaanku yang sedang berlipat ganda, aku hanya mendengarkan pembicaraan itu sebagai angin lalu dan tidak terlalu menanggapinya.
Ternyata keberuntungan itu tidak berlangsung lama, saat proyek pembuatan iklan akan segera dimulai tim ku mengadakan rapat dengan tim marketing brand klien, dalam rapat itu aku melihat Gallen duduk berseberangan dengan timku. Bagaimana ia bisa ikut dalam rapat ini? Bukankah harusnya dia sedang kuliah diluar? Apa dia sudah kembali ke Indonesia dan bekerja di perusahaan ini? Apa iya dia bisa menyelesaikan kuliahnya dengan cepat lalu diterima bekerja disini? Aku sungguh tidak mengerti. Tapi melihatnya kembali saat ini membuatku menyadarkan sesuatu, aku memang sudah tidak tertarik sama sekali dengannya. Aku ingat dulu aku suka berandai andai untuk bertemu dengannya lagi. Kini saat ia duduk dihadapanku, aku merasa biasa saja. Tidak ada salah tingkah, tidak ada juga perasaan butterflies in my stomach yang dulu suka kualami saat ia menatapku. Kurasa tidak hanya aku yang terkejut dengan situasi ini, diapun sepertinya tidak menyangka kami akan duduk di ruangan yang sama, bahkan akan bekerja sama dalam suatu proyek. Aku segera memalingkan wajahku saat mata kami saling beradu, lalu menghiraukannya selama rapat berlangsung.
Begitu rapat selesai, aku berada di barisan paling depan untuk segera keluar menuju parkiran mobil, dan sejauh ini taktikku berhasil.
Drrttt... drrttt..., ponselku bergetar memberi notifikasi pesan masuk.
"Apa kabar Na? Apa kamu menghindariku karena tidak ingin teman-temanmu tau kita saling mengenal?".
Iya bodoh, jawabku dalam hati, tapi tidak mungkin aku membalasnya seperti itu. Kalau aku jawab iya, nanti dia malah berpikir kalau aku belum move on bagaimana? Aku hanya malas saja berbicara dengannya, bukan benar-benar menghindarinya.
"Apa maumu Gallen? Kamu mau kita pura-pura berteman? Atau mengakui kalau kita hanya sebatas kenalan biasa?", akhirnya aku membalasnya seperti itu.
"Tidak bisakah kita berteman?".
"Tidak. Tidak ada kata berteman dengan mantan, lagipula aku sudah menikah sekarang, ada perasaan orang lain yang harus aku jaga dan hormati".
"Baiklah Nada, kita hanyalah kenalan biasa karena kebetulan berada di 1 proyek yang sama dan 1 almamater. Sampai jumpa lagi Nada".
Aku hanya membacanya dan tidak membalasnya lagi.
"Kak, aku harus memberitahukan kakak sesuatu".
"Mmmm..., ada apa Nada?".
Kak Farel pulang agak terlambat hari ini, aku tau dia lelah, tapi aku harus mengatakan ini secepatnya, aku ingin ia mendengarnya pertama kali dari mulutku. Aku menunggu ia selesai mandi dan naik keatas tempat tidur.
"Kak, aku bertemu Gallen tadi di rapat proyekku berikutnya, kami akan bekerja sama untuk pembuatan iklan kak".
Bisa terlihat dari wajahnya kalau ia terkejut mendengarnya.
"Aku juga ga mengerti kak. Terus tadi dia kirim pesan, ini kak", aku memperlihatkan layar handphoneku yang berisi pesan dari Gallen tadi siang. Aku berusaha membaca mimik wajahnya, tapi ia terlihat biasa saja.
"Ok baiklah, mari kita tidur".
Ia meletakkan handphoneku di meja samping, lalu menarikku dalam pelukannya, dan memejamkan matanya.
Aku sungguh tidak bisa membaca wajahnya, tapi setidaknya tidak ada yang perlu aku khawatirkan, aku pun kemudian memejamkan mataku.
...----------------...
Butterflies in the stomach, adalah istilah gaul yang menggambarkan perasaan gugup, berdebar-debar, dan bahagia yang intens saat seseorang jatuh cinta atau dekat dengan orang yang disukai, seperti sensasi kupu-kupu yang terbang di perut.