Seorang pembunuh bayaran harus mati ditangan sang kekasih. Namun tiba-tiba dia terbangun di sebuah tempat yang bernama lembah Iblis.
Seperti namanya lembah itu terkenal seram dan penuh dengan misteri. Banyak orang yang masuk kedalam lembah tersebut namun tidak pernah kembali lagi.
Bagaimana jadinya jika seorang pembunuh bayaran di buang ke tempat itu?
Ternyata jasad yang tempati oleh si pembunuh bayaran, adalah putri dari seorang perdana menteri. Gadis itu menjadi korban penculikan sekaligus pembunuhan yang dilakukan oleh orang terdekatnya.
Mampukah gadis itu keluar dari lembah iblis dan membalas semua dendam sang pemilik tubuh?
Baca keseruannya disini🥰🥰🥰🥰. Jangan lupa dukungannya agar bisa semangat dalam berkarya. Terima kasih😘💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Senggrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pebicaraan yang berakhir buruk
Sepulangnya dari pertemuan, Perdana menteri Jiang dan juga Jiang He lagi-lagi dihentikan oleh Kaisar Wang Ming. Beliau mengajak sepasang Yah dan anak itu untuk mengkutinya ke paviliun Naga.
Tujuannya sangat jelas untuk membahas rencana pernikahan Jiang He dengan Raja Ji.
"Duduklah!" kata kaisar Ming Wang.
"Terima kasih yang Mulia," kata Jiang he dan juga Perdana Menteri Jiang dengan serempak.
"Tidak perlu sopan seperti itu. Saat ini yang duduk dihadapan kalian bukan lagi seorang Kaisar, namun seorang ayah biasa. Bersikaplah santai. Sebentar lagi istri dan juga anak-anakku akan sampai."
Jiang He bernafas lega. Kaisar Wang Ming menyambutnya dengan hangat. Baik perkataan maupun tindak tanduknya tidak ada kebohongan sama sekali. Ia jadi punya poin plus untuk menerima pernikahan . Tinggal menunggu Ibu Ratu dan juga Raja Ji sendiri.
"Kalau boleh Paman tahu keahlian apa saja yang diajarkan oleh Guru Xi?'
"Paman?'' kata itulah yang
"Kenapa? Tidak mau memanggil paman?"
"Maaf Yang Mulia...rasanya itu kurang sopan," kata Jiang He dengan meringis.
"Apanya yang tidak sopan? Saya memang seorang Kaisar. Itu fakta yang tidak bisa ditolak. Tapi saat bersantai seperti ini Saya bukan lagi seorang kaisar. Jadi...jangan buat Paman marah," goda kaisar Ming Wang dengan tersenyum .
"Baiklah Paman Kaisar."
"Kok masih ada kaisarnya?' protes kaisar Ming Wang dengan cemberut. Ekpresinya membuat Jiang He ingin tertawa.
"Sudahlah Ming Wang....jangan kau goda lagi putriku seperti itu. Lagi pula apa yang salah dengan panggilannya. Ia sudah menuruti keinginanmu untuk memanggil Paman."
"Yang Mulia Ratu tiba," kata sang Kasim menghentikan Kaisar Ming Wang yang masih ingin protes.
Ratu Jia Li masuk diikuti kelima anaknya beserta tiga menantunya. Perdana Menteri Jiang berdiri bersama Jiang he untuk menyambut mereka.
"Semoga yang mulia Ratu sehat dan bahagia selalu. Semoga pangeran dan putri sehat dan bahagia selalu," kata Perdana menteri Jiang dengan lantang. Jiang He mengikuti kata-katanya dengan lirih. Dia belum terbiasa melakukannya.
"Jangan terlalu sopan begitu," kata Ratu Jia Ki sembari tersenyum. Ia duduk disamping suaminya. Kursi yang mereka duduki tidak sama dengan kursi lainnya.
"Bagaimana kabar Anda Nona Jiang He?" tanya Ratu Jia Li dengan ramah. Tatapannya sangat tajam.
"Baik Yang Mulia Ratu."
"Saya dengar Anda telah menghilang lebih dari enam bulan . Apakah itu benar?"
"Benar Yang Mulia."
"Kalau boleh tahu menghilang kemana?"
"Sebenarnya waktu itu ada yang menculik dan menyiksa Hamba. Setelah itu mereka membuang tubuh Hamba di Lembah Iblis," jawab Jiang He dengan jujur. Kecuali empat orang yang ada di ruangan itu semuanya terkejut.
"Apakah itu benar?"
"Benar Yang mulia."
"Maaf... Untuk masuk kedalam lembah itu bukankah sulit? Bahkan bisa bertaruh Nyawa?" tanya suami Putri Wang Yu Wan.
"Benar yang Mulia . Saat itu Hamba tidak mengetahui kalau dibuang dilembah iblis. Saat tubuh Hamba terlempar ke bawah tebing arwahku seraya melayang. Bahkan tubuh Hamba remuk tak bertulang. Hamba sudah tidak mengingat apapun lagi saat itu. Sampai hamba terbangun di sebuah gubuk tua yang ada di tengah hutan."
"....."
Semua terdiam mendengar cerita Jiang He. Perdana Menteri Jiang kembali menangis meskipun sudah mendengar cerita itu. Lalu Jiang he melanjutkan ceritanya.
"Ternyata yang menolong hamba saat itu adalah seorang pertapa tua yang tinggal disana. Beliau lah yang mengatakan bahwa tempat itu bernama lembah iblis. Di lembah iblis setiap dua jam sekali akan keluar asap beracun. Racunnya sangat keras. Jika tidak segera diobati, dalam kurun waktu tujuh hari maka korban akan meninggal."
"Gila...terus kenapa Kamu masih hidup?" tanya Putri wang Yu Wan dengan bingung.
"Karena guru Xi memberikan penawarnya."
"Sekarang dimana guru itu?"
"Sudah meninggal."
"Sayang sekali."
"Syukurlah Kamu bisa kembali dengan selamat. Apa sekarang Nona sudah siap untuk menikah?" tanya Ratu Jia Li dengan serius. Sebenarnya ia masih agak ragu dengan cerita Jiang He.
"Sebelum hamba menjawab ijinkan hamba bertanya pada Yang Mulia Raja Ji terlebih dahulu," kta Jiang he tak kalah serius. Mumpung ada kesempatan seperti ini lebih baik tidak menyia-nyiakannya.
"Apa yang ingin Kamu tanyakan?" kini Raja Ji sendiri yang bertanya.
"Apa yang Mulia serius mau menikah dengan Hamba? Karena masih banyak wanita lain yang lebih baik dari Hamba."
"...."
Semua menunggu jawaban dari Raja Ji. Raja Ji sendiri masih menatap Jiang H dengan tenang tanpa ada niatan untuk menjawabnya.
"Jawablah putraku," kata ratu Jia li dengan lembut. Tatapannya juga nampak teduh. Berbeda saat menatap Jiang He.
"Apa jika Saya tidak setuju ayah Kaisar akan membatalkannya?" kini giliran Kaisar Wang Ming yang ditatap semua orang.
"Kalau memang Kalian berdua tidak menghendaki pernikahan ini maka Aku akan membatalkannya," jawab Kaisar Wang Ming dengan tegas.
"Ayah yakin?"
"Tentu saja."
"Kenapa Yang mulia bisa dengan mudah membatalkannya? Bukankah itu sma dengan menjilat ludah sendiri?"
"Tidak masalah. Lagipula Aku juga memiliki alasan yang masuk akal. Bukankah seharusnya pernikahan ini sudah dilakukan sejak lama. Selama lebih dari enam bulan Nona Jiang He juga menghilang. Jadi apa salahnya membatalkan pernikahan. Apakah Aku benar Nona?"
"Benar Yang Mulia."
"Kamu tidak masalah jika pernikahan itu di batalkan?"
"Hamba menerima semua keputusan Yang mulia kaisar. Hanya saja Hamba mempunyai satu permintaan."
"Katakan!"
"JIka Yang Mulia Raja jJi memang serius menikah dengan Hamba maka Yang Mulia Raja Ji harus mau berjanji untuk tidak memiliki wanita lain disampingnya."
"Lancang! Jangan karena Kami memberikan wajah, Kamu bisa mengatakan sesukamu!" teriak Ratu Jia li dengan murka. Jiang He tetap tenang.
"Sepertinya Kamu sangat percaya diri sekali kalau Gege Ji mau menikah denganmu. Bahkan tanpa menikah denganmu pun banyak wanita yang akan menikah dengan Gege Ji."
"Lebih baik pernikahan ini dibatalkan saja," kata Ratu Jia Li dengan serius. Setelah itu beliau keluar dengan wajah muram. Yang lainnya juga turut mengikutinya dari belakang. Tinggallah empat orang yang masih berdiam dalam ruangan itu.
"Apa sekarang Kamu puas Nona?" tanya Kaisar Wang Ming dengan wajah yang mulai memerah. Nampak sangat jelas jika kaisar Ming Wang sedang menahan amarahnya. Dia paling tidak suka melihat wajah muram sang istri.
"Apa ada yang salah dengan perkataan Hamba Yang Mulia?"
"Tidak ada yang salah. Tapi...."
Kaisar Wang Ming bingung mengungkapkanya. Tapi janji untuk selalu setia memang sangat sulit dilakukan . Kecuali kalau keduanya memiliki cinta yang tulus.
Dia memang bisa menjaga kesetiaannya pada sang istri. Tapi putranya ia tidak bisa memastikan. Bagaimana jika saat sedang bertugas putranya jatuh cinta dengan wanita lain?
Raja Ji sendiri belum bisa menjawabnya. Meski ia sudah menerima Jiang He untuk menjadi calon istrinya, namun belum ada rasa cinta dihatinya. Semalam ia memang sempat terpesona pada Jiang He, tapi itu hanya sesaat.
Sebenarnya dalam lubuk hati Raja Ji yang terdalam ia masih belum ada rencana untuk menikah. Karena itulah ia belum bisa menjawab pertanyaan Jiang He.
Pikirannya masih kalut. Takut jika ucapannya menjadi bumerang dimasa depan. Belum lagi ia masih harus mempersiapkan diri untuk mencari kelompok pembunuh ynag dibicarakan dalam pertemuan.
"Maaf... Mungkin pembicaraan ini bisa dilanjut lain kali lagi. Saat ini Aku masih belum bisa memberi jawaban. Setelah ini Aku masih harus bertugas. Apapun jawabanya, semoga Nona Jiang He tidak kecewa."
"Hamba mengerti Yang Mulia."
"Baiklah ... Kalian boleh pergi," kata kaisar Ming Wang.
"Terima kasih Yang Mulia," kata Perdana Menteri Jiang dengan tulus.
Sedari tadi ia memang hanya diam. Ia juga shock dengan permintaan yang tidak masuk akal putrinya. Namun mulutnya terasa keluh meski hanya untuk mengingatkan. Sekarang ia tinggal menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia sudah pasrah dengan apapun hasilnya.
lanjut up lagi thor.... semangat