“Aku sudah membelimu, jadi menurutlah. Patuhi semua keinginanku! Kau hanya budak di sini, tidak ada pilihan lain selain menuruti semua yang kukatakan!” Zico Archiven berkata pada seorang gadis cantik yang baru dibelinya dari tempat pelelangan.
Zico Archiven adalah seorang Tuan Muda generasi penerus dari keluarga Archiven di Italia. Dia adalah pebisnis sukses yang mempunyai beberapa usaha yang tersebar di seluruh dunia. Tak hanya jadi pebisnis sukses, dia juga menjabat sebagai ketua Mafia warisan dari sang Ayah yang sudah meninggalkannya lima tahun yang lalu.
Zico mempunyai kelainan aneh, dia tidak suka melihat wanita yang terlahir dari keluarga kaya raya. untuk itu dia mencari seorang budak untuk dijadikannya sebagai tempat pelampiasan hasr4tnya.
Bagaimana kelanjutan kisah Zico? Saat melihat gadis budaknya, Zico merasakan sesuatu yang beda. Dia seperti pernah melihat gadis tersebut. Siapakah gadis itu? Rahasia apa dibalik rasa penasarannya itu? Baca selengkapnya di sini, ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neoreul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 28 Semakin kagum
Hawa dingin ruangan menusuk jiwa Aurora. Nicco berdiri di hadapannya dengan ekspresi wajah yang serius. "Cepat pecahkan sandi itu sekarang juga," teriak Nicco, suaranya berat dan mengancam.
Kedua tangan Nicco mengepal erat, urat-urat di lehernya menegang. Aurora menelan ludah, keringat dingin membasahi dahinya. Ingatan akan pertandingan tadi dan kelelahan yang dirasakannya bercampur aduk dengan rasa egang di ruangan itu.
Lima menit terasa seperti lima abad. Jari-jari Aurora gemetar saat ia mengetikkan kode baru, mengganti sandi yang sebelumnya tersimpan rapat. Dia bisa merasakan tatapan Nicco yang semakin tajam.
Keheningan mencekam, hanya diiringi oleh bunyi ketukan keyboard yang pelan dan terputus-putus. Akhirnya, suara "klik" kecil menandakan perubahan sandi berhasil.
Nicco tertawa, suara keras menggema di ruangan sempit itu. "Luar biasa! Kau memang hebat!"
Suara Nicco terdengar menambah beban di dada Aurora. Dia merasa lemas, tubuhnya terasa melayang. Kepalanya berdenyut hebat dan pandangannya mulai kabur. Dunia seakan berputar, dan kemudian gelap.
Aurora jatuh terkulai lemas di lantai. Dia pingsan karena kelelahan fisik dan mental setelah pertandingan tadi. Nicco hanya memandang tubuh Aurora yang tak berdaya. Dia sedang merencanakan sesuatu yang sangat berbahaya.
"Aku lega menjauhkanmu darinya. Ternyata kau memang sangat berguna, Aurora. Keahlianmu ini akan membuatku semakin kaya raya. Aku akan menguasai dunia ini. Jadi, tetaplah menjadi budakku yang setia!" bisik Nicco, dia menjadi terobsesi pada Aurora.
Nicco menganggap Aurora sangat spesial. Dia membawa gadis itu ke tempat khusus agar tidak bisa kabur. "Steven, segera alihkan pekerjaanmu yang belum selesai pada Aurora. Dia akan meringankan bebanmu. Lalu, amati mereka juga. Aku tidak ingin kecolongan. Aku juga tidak ingin mereka menemukan lokasi markas yang ada di hutan."
"Baik, Tuan. Saya akan laksanakan perintah Anda." Steven pergi dari sana untuk menjalankan perintah.
Sementara itu, Nicco membawa Aurora masuk ke dalam ruangan khusus. Dia tidak ingin gadis itu kabur.
****
Keesokan harinya, Aurora sudah bangun dari pingsannya kemarin. Dia duduk dalam kamar yang cukup mewah itu. "Apa lagi yang akan direncanakan oleh pria itu? Sikapnya kadang kasar, kadang juga lembut. Apa tujuannya menyekapku di tempat yang berbeda-beda? Apa dia sengaja karena menghindar Zico?
Saat melamun, tiba-tiba Nicco masuk ke dalam membawa sarapan pagi. Dia ingin mendapatkan perhatian Aurora. "Sarapanlah dulu, aku tidak ingin kau pingsan lagi saat bekerja. Jadi, makanlah dengan baik di ruangan ini."
"Aku juga membawakanmu setelan baju. Pakailah dan berdandan dengan rapi. Hari ini ada tugas untukmu. Pergunakan waktu dengan baik," ucap Nicco tegas.
Aurora tidak menanggapi ucapan itu. Dia langsung memakan sarapan yang ada di depannya. "Tugas, tugas, tugas. Apa dia tidak tahu jika aku bisa menggigit jika ada kesempatan? Namun, tembok di sini terlalu tinggi. Jadi, untuk kabur terasa sulit sekali."
Aurora cepat menghabiskan makanannya. Selesai sarapan, dia segera mengganti pakaian dan mulai bersiap. Setengah jam berlalu, Nicco masuk ke dalam kamar. Dia melihat Aurora yang sudah siap dengan setelan jasnya.
"Kau sudah siap? Ayo kita berangkat sekarang! Aku harap kali ini kau bersikap patuh. Jika kau melakukan sesuatu yang bodoh, maka aku akan membunuhmu di saat itu juga," kata Nicco terus memberikan ancaman.
Aurora tidak menjawab, dia menatap dengan pandangan tidak suka. Dalam hatinya terus mengumpat Nicco dengan kalimat kasar.
Nicco keluar dari kamar diikuti Aurora dari belakang. Mereka menuju ke mobil yang ada di halaman. Sesampainya di luar, seperti biasa banyak sekali bodyguard yang berjaga.
"Kau masuk dulu, aku ingin membahas sesuatu," perintah Nicco pada Aurora.
Aurora masuk ke dalam mobil, sementara Nicco berbincang dengan salah satu pengawalnya. Pembicaraan itu terlihat sangat serius.
"Jadi kalian melihat sesuatu mencurigakan di hutan? Jika memang seperti itu, kalian harus mengetatkan keamanan. Buat saja jebakan di tengah jalan utama. Pastikan jebakan itu langsung mengenai target. Jadi kita tidak perlu bekerja dua kali," ucap Nicco pada anak buahnya.
Pengawal itu mengangguk, kemudian salah satu dari mereka memperlihatkan Nicco dengan sebuah video. Rekaman itu tentang penggerebekan di gedung casino kemarin.
Ekspresi wajah Nicco berubah saat melihat aksi Zico yang berhasil menarik perhatian organisasi penting di Kamboja.
"Jadi dia bekerja sama dengan organisasi itu. Pantas saja, dia mendapatkan semua akses di negara ini. Aku harus lebih waspada lagi, mereka sudah mulai penyelidikan di hutan," gumam Nicco dalam hati. Setelah itu dia masuk ke dalam mobil.
Nicco duduk di samping Aurora yang sedang melamun. Dia memberikan perintah untuk segera berangkat.
"Jalankan mobil, dalam sepuluh menit aku ingin sampai di markas," perintah Nicco.
Mobil melaju menuju ke jalan raya. Nicco sedang sibuk dengan handphonenya. Dia sedang menghubungi agent terpercayanya untuk waspada terhadap serangan dadakan.
Sepuluh menit berlalu, mobil sampai di tempat rahasia yang berada di tempat terpencil jauh dari keramaian. Nicco keluar bersama dengan Aurora. Mereka masuk ke dalam gedung dengan kode rahasia.
Sesampainya di dalam, banyak sekali komputer yang menyala. Masing-masing layar ada satu orang yang menghadapinya.
"Di sinilah kau akan bertugas. Tempat ini mempunyai tugas khusus untuk memecahkan kode rahasia dari organisasi musuh. Ada beberapa orangku yang tidak bisa membuka sandi dari satu perangkat. Aku ingin kau membantu mereka untuk memecahkannya," kata Nicco pada Aurora.
Aurora tidak merespon, dia hanya melihat ke sekeliling dan memperhatikan ekspresi wajah mereka satu per satu. "Apa mereka juga bekerja di bawah tekanan? Sepertinya iya, aku yakin mereka juga korban penipuan."
Nicco menoleh sinis pada Aurora. Dia membentak gadis yang ada di sampingnya. "Kau dengar tidak apa yang kukatakan tadi? Mengapa kau tidak meresponku? Apa kau sengaja mengabaikanku?"
Aurora menjawab, "Tidak Tuan. Saya mendengar apa yang Anda katakan tadi. Saya juga mengerti pekerjaan apa yang akan saya hadapi. Jadi, bisakah mulai sekarang? Saya akan menunjukkan keahlian ini pada Anda."
Nicco menatap datar, dia menarik tangan Aurora menuju ke salah satu orang yang bekerja di ruangan itu. "Kau tunjukkan padanya mana kode rahasia yang sulit untuk dibuka."
"Ba-baik, Tuan," jawab pria muda itu. Dia menunjukkan file pada Aurora.
Setelah mendapatkan tempat, Aurora segera bekerja membuka kode rahasia yang masih terkunci. Jari jemarinya sangat terampil memainkan keyboard. Saat mengeklik satu file, tiba-tiba kepala Aurora mengingat sesuatu.
Di meringis kesakitan saat melihat bayangan itu. "Ada apa ini? Mengapa ada bayangan terlihat saat aku membuka file ini?"
"Ada apa, Aurora? Apa kau tidak bisa membuka file ini?" tanya Nicco penasaran karena sikap aneh Aurora.
Aurora menggeleng. "Tidak ada, Tuan. Tunggu sebentar lagi, file ini memang sedikit sulit. Ada kode yang tidak bisa di buka dengan mudah."
Suara ketikan keyboard terdengar ramai. Aurora hampir bisa membuka file tersebut. Saat terbuka, dia melihat sebuah video yang menampilkan seorang pria tertembak peluru.
"Hapus, aku ingin kau menghapus video itu!" seru Nicco dari belakang.
Namun, Aurora tengah fokus pada video yang dilihatnya. Otaknya berpikir dan masih terlintas bayangan aneh. "Siapa pria itu? Mengapa wajahnya tidak asing? Apa aku mengenalnya?"
"Hei, apa yang kau lakukan? Cepat hapus video itu!" teriak Nicco menyadarkan lamunan Aurora.
Aurora segera menekan tombol delete. Lalu, video itu pun terhapus. Dadanya terasa sesak, dan air matanya hampir terjatuh.
"Siapa pria itu? Mengapa hatiku sakit saat melihat dia tertembak? Apa hubungannya denganku? Lalu, ingatan apa itu? Apa ini ada hubungannya dengan masa laluku?" gumam Aurora dalam hati. Dia bertanya-tanya tentang ingatan sekilas tadi.