Ia adalah Elena Von Helberg, si Antagonis yang ditakdirkan mati.
dan Ia adalah Risa Adelia, pembaca novel yang terperangkap dalam tubuhnya.
Dalam plot asli, Duke Lucien De Martel adalah monster yang terobsesi pada wanita lain. Tapi kini, Kutukan Obsidian Duke hanya mengakui satu jiwa: Elena. Perubahan takdir ini memberinya hidup, tetapi juga membawanya ke dalam pusaran cinta posesif yang lebih berbahaya dari kematian.
Diapit oleh Lucien yang mengikatnya dengan kegilaan dan Commander Darius Sterling yang menawarkan kebebasan dan perlindungan, Risa harus memilih.
Setiap tarikan napasnya adalah perlawanan terhadap takdir yang telah digariskan.
Lucien mencintainya sampai batas kehancuran. Dan Elena, si gadis yang seharusnya mati, perlahan-lahan mulai membalas kegilaan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dgweny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Tatapan Duke Yang Berubah
Bab 2: Tatapan Duke yang Berubah
Setelah pintu ganda kayu ebony tertutup, keheningan di kamar tidur itu kembali. Namun, bagi Risa, keheningan kali ini terasa penuh sesak, dibebani oleh janji-janji gelap yang baru saja diucapkan Lucien De Martel.
Ia menggerakkan tubuhnya sedikit, mencoba bangkit kembali, tetapi rasa sakit yang tajam membuatnya terhenti. Ia masih lemah, dan yang lebih menakutkan, ia terkurung.
Pernikahan. Kata itu berputar-putar di benaknya, bukan sebagai akhir bahagia, tetapi sebagai awal dari neraka yang berbeda. Jika Duke Lucien yang membenci Elena adalah takdir kematian, maka Duke Lucien yang terobsesi pada Elena adalah takdir kehilangan kebebasan abadi. Kedua takdir itu sama-sama menakutkan, hanya saja yang kedua dibungkus sutra dan emas.
Risa meraih selimut sutra hitam yang membungkusnya. Ini adalah ranjang yang sama di mana ia seharusnya terbaring dingin dan tidak bernyawa. Ia selamat, tetapi dengan harga yang mengerikan: ia harus menjalani sisa hidupnya sebagai mainan terindah bagi seorang pria yang menderita kutukan obsesi.
Ia harus menganalisis situasinya dengan cepat, menggunakan semua pengetahuan novelnya.
Kutukan Obsidian. Itu adalah inti dari segalanya. Kutukan yang menimpa keturunan De Martel, memastikan mereka hanya bisa mencintai satu orang, dan cinta itu akan menjadi obsesi destruktif yang dapat menghancurkan dunia. Lucien di novel asli jatuh cinta pada Serafina Lowe, sang Protagonis Wanita Asli (OFL).
Mengapa kutukan itu berpindah padaku?
Risa menyaring memori Elena Von Helberg asli. Elena asli adalah seorang wanita muda yang cantik, didominasi oleh ayahnya, dan dipenuhi kecemburuan yang meluap-luap terhadap Serafina. Ia tidak pernah benar-benar mencintai Lucien, tetapi ia menginginkan kekuatan dan posisi di sisinya. Hubungan Elena dengan Lucien adalah hubungan yang diwarnai kebencian, konflik politik, dan permainan kekuasaan yang dingin. Tidak ada cinta, tidak ada momen intim.
Mungkinkah momen transmigrasi Risa—saat ia mengambil alih tubuh Elena yang sedang sekarat—telah memicu semacam celah takdir, mengalihkan fokus kutukan? Jiwa Risa, yang asing dari dunia ini, mungkin dianggap oleh sihir Obsidian sebagai entitas baru yang murni, cocok dengan kriteria kutukan?
Jika ia harus selamat, ia harus memahami apa yang diinginkan oleh Duke Lucien yang baru ini.
Risa memaksa dirinya merangkak dari ranjang. Lantai kayu gelap yang dipoles terasa dingin di telapak kakinya yang telanjang. Ia terhuyung ke arah jendela, menyingkap tirai tebal yang berat. Pemandangan Sarang Gagak—markas Duke—membentang: benteng Gothic yang didominasi batu hitam, dikelilingi hutan pinus yang tertutup salju, di bawah langit abu-abu Utara. Benteng yang sempurna, dan kandang yang sempurna.
Ia berdiri di depan cermin besar. Wajah Elena, dengan kecantikan yang menghancurkan, membalas tatapannya. Wajah ini adalah paspornya menuju kehancuran dan kebangkitan.
"Aku harus berakting," gumamnya, suaranya kini bertekad. "Aku harus menjadi Elena Von Helberg, tapi Elena yang sedikit berbeda. Lebih lembut, lebih penurut. Setidaknya, sampai aku tahu cara melarikan diri dari Dark Male Lead yang terobsesi."
Sore harinya, Lucien kembali. Kali ini, ia tidak datang sendirian. Seorang pria tua dengan pakaian medis kerajaan, Dokter Elias, masuk dengan ekspresi tegang.
Lucien berdiri di ambang pintu, tingginya menjulang, tangannya disilangkan di depan dada, matanya tidak pernah lepas dari Elena. Tatapan itu, yang di Bab 1 diisi dengan hasrat gelap, kini dipenuhi perhatian yang tajam dan menuntut kesempurnaan.
"Elias," suara Lucien berat dan dingin, kontras dengan perlakuan yang ia tunjukkan pada Elena. "Periksa kondisinya. Aku ingin mendengar tidak ada masalah. Sama sekali tidak ada."
Dokter Elias, yang jelas ketakutan dengan kehadiran Duke yang mengancam, membungkuk dan mendekati ranjang. Dia mulai memeriksa denyut nadi Elena, ekspresinya dipenuhi keringat.
"Denyut nadinya stabil, Yang Mulia," lapor Dokter Elias, menghindari tatapan Lucien. "Demamnya sudah turun. Yang Mulia, luka akibat benturan di punggung dan kepala belakangnya mulai sembuh dengan cepat. Ini keajaiban..."
"Bukan keajaiban," potong Lucien dingin. "Itu adalah ramuan yang aku berikan, yang terbaik dari Utara. Sekarang katakan padaku, berapa lama dia bisa bangun dari ranjang?"
"Paling tidak... dua hari lagi, Yang Mulia. Dia harus tetap di bawah pengawasan ketat dan menghindari stres emosional..."
"Tidak," Lucien menyela, nadanya mutlak. "Besok. Dia harus siap untuk makan malam di ruang makan utama bersamaku."
Dokter Elias terkejut. "Tapi Yang Mulia, kesehatannya—"
Lucien berjalan mendekat, dan aura gelapnya memancar. Ia berhenti tepat di belakang Dokter Elias, mencondongkan tubuhnya sehingga suaranya terdengar seperti bisikan mematikan.
"Elena akan baik-baik saja," katanya, pandangannya tertuju pada Risa/Elena. "Obsidian Curse melindunginya. Aku tidak akan membiarkan kelemahan sekecil apa pun melekat padanya. Kamu bisa pergi, Elias. Dan ingat, jika ada hal sekecil apa pun yang terjadi padanya, bukan hanya lisensimu yang dicabut, tetapi keluargamu akan merasakan dinginnya Utara."
Dokter Elias gemetar, buru-buru membungkuk, dan nyaris berlari keluar dari kamar.
Risa, yang memperhatikan adegan itu, merasa dingin menjalar di tulang punggungnya. Cinta Lucien bukanlah perlindungan, melainkan kepemilikan. Dia bahkan tidak mengizinkan kelemahan manusia.
Setelah Elias pergi, Lucien berjalan ke sisi ranjang. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh pelipis Elena yang terluka, gerakan itu sangat lembut.
"Mereka semua cemas," bisik Lucien, matanya yang merah-gelap menyelimuti wajah Elena. "Mereka ingin memisahkanku darimu, Elena. Ayahmu mengirim surat menuntutmu dikembalikan ke Ibu Kota. Bahkan Darius Sterling datang, mempertanyakan mengapa aku tidak mengirimmu ke penjara bawah tanah."
Risa terkejut mendengar nama Darius. "Darius Sterling?"
"Ya." Lucien mengucapkan nama itu dengan desisan berbahaya. "Dia datang ke sini, berani mengklaim bahwa kamu adalah 'sahabatnya' dan bahwa ia mengkhawatirkan jiwamu. Aku mengingatkannya bahwa kamu akan segera menjadi Duchess De Martel. Dia tidak akan lagi memiliki hak untuk melihatmu, apalagi menyentuhmu."
Risa merasakan kepanikan. Darius adalah SML, satu-satunya sekutu potensial yang baik di dunia ini, dan Lucien baru saja memotong aksesnya!
"Lucien, tunggu," Risa berusaha melembutkan suaranya, mencoba nada yang mungkin digunakan Elena untuk merayu. "Darius… dia adalah sahabatku. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih padanya karena telah peduli."
Wajah Lucien mengeras. "Peduli? Tidak, dia serigala yang mengintai, Elena. Dia melihat keindahanmu yang baru dan berpikir dia bisa mengklaim apa yang menjadi milikku."
Lucien menekankan jari-jarinya di sepanjang rahang Elena. "Kamu tidak perlu berterima kasih pada siapa pun selain padaku, Sayang. Akulah yang menyelamatkanmu dari kehancuran keluargamu. Akulah yang menghalangimu dari kematian yang kamu cari. Kamu hanya berhutang padaku. Dan hutangmu adalah dirimu sendiri."
Dia membungkuk, menundukkan kepalanya dekat telinga Risa, bibirnya nyaris menyentuh. "Mulai sekarang, tatapanmu hanya milikku. Senyummu hanya untukku. Dan sentuhanmu... oh, sentuhanmu, Elena, itu hanya akan membakar untukku."
Risa menelan ludah, seluruh tubuhnya menegang karena campuran ketakutan dan intensitas romantis yang gelap. Dia adalah Antagonis yang terjebak dalam adegan dark romance yang nyata.
Lucien mengangkat wajahnya, ekspresinya kembali tenang—keseimbangan yang menakutkan antara ketenangan dan kegilaan.
"Istirahatlah, Cintaku. Aku harus kembali ke Dewan untuk mengurus surat-surat pernikahan. Besok malam, kamu akan menunjukkan pada Ibu Kota bahwa Elena Von Helberg adalah satu-satunya wanita yang berdiri di sisi Duke Utara."
Dia mencium bibirnya, ciuman yang lambat, menuntut, dan penuh kepemilikan. Kemudian dia berbalik, bayangannya yang menjulang tinggi memenuhi ambang pintu sebelum dia menghilang, meninggalkan Risa dalam kekacauan emosional.
...****************...
Keesokan paginya, Lisette masuk dengan membawa gaun beludru hitam yang mewah dan satu set perhiasan berlian yang berkilauan. Pakaian yang jauh lebih berkelas dari yang biasa dikenakan Elena asli yang sombong. Pakaian ini berteriak, 'Kepemilikan Duke Lucien De Martel.'
Saat Lisette mendandani Risa, ada ketukan lain. Kali ini, ketukan yang lebih berhati-hati.
"Nyonya Lyra Montclaire," Lisette berbisik gembira. "Dia pasti berhasil menyelinap masuk melalui Pintu Utara."
Lyra Montclaire adalah Sahabat Elena. Dalam novel, Lyra adalah satu-satunya orang yang menunjukkan kesetiaan buta pada Elena, terlepas dari kejahatannya.
Lyra masuk. Dia adalah seorang wanita muda yang anggun dengan mata yang cerdas dan rambut cokelat muda. Dia langsung memeluk Elena dengan erat, air mata menggenang di matanya.
"Elena! Oh, Elena, aku sangat takut!" Lyra mundur, memegang bahu Risa, memeriksanya. "Ayahmu mengatakan kamu telah gila dan Duke telah menguncimu di penjara bawah tanah. Tuhan, aku bersyukur Duke Lucien hanya… mengurungmu di sini."
Risa harus berakting. Dia tersenyum lembut, mencoba memasukkan sedikit kelembutan Risa ke dalam ketenangan Elena. "Aku baik-baik saja, Lyra. Aku... aku hanya terlalu jauh."
Lyra terkejut. "Terlalu jauh? Elena, apakah kamu tahu apa yang kamu katakan? Kamu adalah Elena Von Helberg. Kamu tidak pernah mengatakan 'terlalu jauh'."
"Aku hampir mati, Lyra," kata Risa dengan nada yang meyakinkan. "Dan Lucien... dia menyelamatkanku."
Mendengar nama Lucien, Lyra menjadi gugup. Dia memandang pintu dan merendahkan suaranya.
"Elena, itu yang membuatku takut. Duke Lucien. Mengapa dia tidak membunuhmu? Dia seharusnya membunuhmu! Semua orang di Ibu Kota tahu bahwa obsesinya hanya untuk Serafina Lowe. Kamu adalah musuh terbesarnya. Sekarang, dia menyebutmu 'tunangannya'? Ini tidak masuk akal. Ini membuat takut para Dewan."
Risa memanfaatkan momen ini. Dia membutuhkan informasi.
"Aku tahu, Lyra. Aku sendiri bingung. Katakan padaku, kapan... kapan tepatnya semuanya berubah? Aku ingat aku dan Lucien selalu bermusuhan. Tidak ada cinta, hanya konflik politik."
Lyra mengerutkan kening, mencoba mengingat. "Tentu saja, tidak pernah ada cinta! Kamu dan Duke… itu adalah pertarungan harimau. Kalian berdua sama-sama kuat dan kejam. Tapi itu berubah, Elena. Sekitar sebulan yang lalu. Setelah kamu mencoba menyabotase pemasukannya di Pelabuhan Timur, dia seharusnya menghukummu secara terbuka."
Risa mengingat plot itu. Itu adalah momen di mana Elena asli mulai kehilangan kendali.
"Apa yang dia lakukan?" tanya Risa.
"Dia melakukan hal yang aneh. Dia menangkapmu, membawa Anda ke kantornya, dan... menguncimu di sana. Bukan penjara, hanya kantornya. Dia tidak menyentuhmu. Dia hanya menatapmu selama berjam-jam. Beberapa hari kemudian, dia mulai mengabaikan Serafina Lowe sepenuhnya, bahkan ketika Serafina mencoba mendekatinya."
Risa merasakan firasat dingin. Itu adalah saat di mana obsesi itu berpindah.
"Apakah ada yang aneh terjadi pada saat itu, Lyra? Apakah ada yang memberi Lucien sesuatu? Atau apakah ada orang asing yang datang ke Sarang Gagak?"
Lyra berpikir keras. "Tidak ada yang asing, tetapi... ada rumor. Rumor lama tentang Kutukan Obsidian. Konon, kutukan itu hanya menempel pada objek obsesi pertama. Tapi jika objek itu... berubah, atau jika objek itu melawan kutukan terlalu keras, kutukan itu akan mencari kapal yang baru."
Lyra memandang Elena dengan mata lebar. "Elena, apakah kamu ingat, saat kau menatapnya di kantornya itu? Saat kamu menantangnya? Kamu selalu sangat berani. Mungkinkah keberanianmu yang... menarik kutukan itu?"
Risa memproses informasi itu. Keberanian Elena asli yang penuh kebencian dan tantangan mungkin menarik Lucien secara fisik, tetapi Risa-lah yang ada di dalam tubuh itu saat momen krusial terakhir.
"Aku tidak tahu, Lyra. Aku hanya tahu aku ingin hidup," Risa mengakui dengan jujur, menggunakan emosi Risa sendiri.
"Dan sekarang kamu akan menikah dengannya," Lyra menyimpulkan, nadanya bercampur ketakutan dan rasa ingin tahu. "Elena, kamu harus tahu, semua orang takut padanya, tapi dia sangat serius dengan ini. Para Dewan sudah mencoba membujuknya, mengatakan bahwa mengikat dirimu ke dalam keluarga adalah sebuah blunder politik. Tapi dia… dia hanya tertawa."
"Apa yang akan kamu lakukan, Elena?" Lyra bertanya, meraih tangannya dengan erat. "Apakah kamu akan kembali menjadi antagonis? Atau apakah kamu akan tunduk pada Duke?"
Risa tersenyum, senyum yang disengaja. Senyum yang penuh rahasia dan sedikit kegelapan yang ia pinjam dari ingatan Elena asli.
"Aku akan bertahan, Lyra. Dan jika Duke Lucien menginginkan aku sebagai Duchess, dia akan mendapatkannya. Tapi aku tidak akan pernah hanya menjadi mainan di sangkar emasnya. Aku akan menjadi Ratu di sangkar itu."
Lyra menatapnya, matanya dipenuhi kekaguman, tetapi juga ketakutan. "Aku senang kamu kembali, Elena. Tapi kamu... kamu terlihat berbeda."
"Aku hanya sadar, Lyra," Risa meyakinkan, memegang tangan sahabatnya dengan kekuatan yang baru. "Sekarang, aku butuh bantuanmu. Cari tahu semua yang kamu bisa tentang Kutukan Obsidian. Setiap detail, legenda, atau mantra. Aku harus tahu cara mengendalikan, atau memutus, obsesi ini."
Lyra mengangguk dengan serius. "Demi kamu, dan demi kewarasan kita semua."
Percakapan mereka terpotong oleh suara langkah kaki di luar. Langkah kaki yang tidak salah lagi—berat, ritmis, dan menuntut.
"Aku harus pergi!" Lyra berbisik panik. "Duke Lucien ada di sini."
Dia memeluk Elena sebentar dan menghilang melalui pintu samping.
Lucien masuk sesaat kemudian, matanya langsung menyapu ruangan. Dia melihat tatapan Lyra yang baru saja menghilang dan kemudian melihat tangan Elena yang masih memegang selimut.
"Lyra datang menemuimu," katanya, bukan pertanyaan, melainkan pernyataan.
"Dia khawatir," jawab Risa, suaranya tenang.
Lucien berjalan perlahan, ekspresinya dingin. "Kepedulian mereka adalah kelemahan. Aku tidak suka kelemahan mendekati barang berhargaku."
Dia mengangkat tangan Elena, mengelus bekas luka samar di pelipisnya. Tatapannya, yang kini Risa pahami sebagai manifestasi visual dari Kutukan Obsidian, berubah dari ketenangan menjadi nyala api.
"Tatapan mereka kotor," bisik Lucien. "Hanya aku yang diizinkan untuk melihatmu, Elena. Hanya aku."
Dia mengangkat Elena dari ranjang, meskipun tubuhnya masih terasa sakit, dan mendekapnya erat. Dia memeluknya dengan kekuatan yang membuat Risa terengah-engah, aroma maskulin yang dingin dan dominan memenuhi indranya.
"Aku harus pergi ke Dewan lagi," bisik Lucien ke rambutnya. "Mereka menolak untuk melepaskan statusmu sebagai persona non grata sebelum aku menikahimu. Mereka masih berharap aku mengeksekusimu, Sayang."
Lucien melepaskan pelukan itu sedikit, menatap wajah Elena yang pucat. "Jangan khawatir. Malam ini, aku akan kembali, dan aku akan membawakanmu hadiah. Hadiah yang akan memastikan, sekali dan untuk selamanya, bahwa kamu hanya milikku, dan bahwa tidak ada lagi yang berhak memintamu kembali."
"Hadiah apa?" tanya Risa.
Senyum mengerikan menyebar di wajah Duke Lucien.
"Bukti bahwa aku telah mematahkan rantai terakhirmu dengan masa lalumu, Elena. Sebuah pembalasan yang manis."
Dia menciumnya sekali lagi, janji kepemilikan. Lalu, dengan jubah beludrunya yang gelap berkibar, Duke Lucien De Martel meninggalkan kamarnya, menuju Dewan Kerajaan untuk menegaskan kembali obsesinya, meninggalkan Risa dengan ketakutan bahwa "hadiah" yang ia maksudkan adalah akhir dari Ayah Elena, atau bahkan lebih buruk, Darius Sterling.
Risa tahu satu hal: ia harus keluar dari Sarang Gagak sebelum pernikahan itu terjadi, atau ia akan menjadi Obsidian Bloom—bunga indah yang layu di tangan pemiliknya yang gila.
Bersambung....