Kenneth memutuskan untuk mengasuh Keyra ketika gadis kecil itu ditinggal wafat ayahnya.
Seiring waktu, Keyra pun tumbuh dewasa, kebersamaannya dengan Kenneth ternyata memiliki arti yang special bagi Keyra dewasa.
Kenneth sang duda mapan itupun menyayangi Keyra dengan sepenuh hatinya.
Yuk simak perjalanan romantis mereka🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YuKa Fortuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21. Cinta Segi Empat
21
Beberapa minggu berlalu, dan kedekatan Keyra serta Rafael tumbuh seperti sesuatu yang natural, tanpa mereka sadari.
Mereka kini tak lagi canggung.
Keyra mencium pipi Rafael sebelum pulang sekolah sebagai ucapan terima kasih.
Rafael mencium kening Keyra setiap kali menenangkan gadis itu saat ia mulai gelisah memikirkan Ken.
Sikap mereka hangat… lembut… hampir seperti pasangan muda.
Namun setiap kali seseorang bertanya, jawaban mereka selalu sama,
“Kami sahabatan.”
Semua orang percaya.
Kecuali Rafael sendiri.
Ada bagian dalam dirinya yang hampa.
Setiap kali Keyra tersenyum padanya, ia merasakan hangat yang mengalir.
Setiap kali Keyra memeluknya, hatinya berdegup lebih cepat.
Dan setiap kali Keyra mencium pipinya, ia berharap Keyra akan bertanya,
“Raf… boleh nggak… kita lebih dari ini?”
Tapi kalimat itu tak pernah muncul.
Karena Keyra hanya menyayanginya, bukan mencintainya.
Setidaknya, bukan dengan cara yang Rafael harapkan.
Rafael menyadari itu saat ia menangkap ekspresi Keyra ketika tak sengaja melihat foto Ken di layar ponsel.
Ada cahaya lain di mata gadis itu.
Cahaya yang tak pernah ia dapat.
Dan di antara kehampaan yang makin dalam, justru hadir sosok baru.
Rayya
Rayya adalah gadis yang cukup populer di sekolah,
manis, ceria, dan selalu penuh semangat.
Ia sudah lama menyukai Rafael, namun tak pernah punya keberanian untuk mendekat, karena semua orang tahu, Rafael seperti orbit yang selalu mengitari Keyra.
Namun kini… ada celah.
Rafael sudah terlalu letih menunggu sesuatu yang tidak pernah menjadi miliknya.
Terlalu sering melihat Keyra memandangi ponselnya, menunggu seseorang yang bukan dirinya.
Terlalu sering merasakan senyum itu bukan untuknya.
Jadi ketika Rayya menyapa dengan tawa cerah dan berkata,
“Raf, kamu kelihatan capek banget. Mau aku temenin pulang?”
Rafael mengangguk untuk pertama kalinya tanpa ragu.
Dan sesuatu di dadanya… terasa lebih ringan.
Rayya pintar membuatnya tertawa.
Ia membiarkan Rafael bercerita tanpa menghakimi.
Tidak menuntut. Tidak membandingkan.
Tidak berharap Rafael menjadi lebih dari dirinya.
Ia hadir, sederhana… tapi menghangatkan.
Dan Rafael mulai sadar,
Rayya mengisi ruang kosong yang selama ini ia biarkan menyakitkan.
Bukan berarti hatinya berhenti peduli pada Keyra.
Namun untuk pertama kalinya, ia punya tempat lain untuk berpulang selain gadis itu.
**
Hubungan Rafael dan Rayya akhirnya resmi.
Rayya tersenyum cerah saat menggenggam tangan Rafael, dan Rafael mencoba membalas senyum itu, mencoba memberi Rayya kebahagiaan yang pantas ia dapatkan.
Rayya adalah pasangan yang manis, perhatian, tulus, dan tidak menuntut.
Namun di sudut hati Rafael, ada sesuatu yang tidak pernah benar-benar ia lepaskan.
Keyra.
Gadis itu masih membuatnya gelisah, meski ia tak berhak lagi merasakannya.
**
Hari Itu…
Keyra baru saja pulang dari kegiatan les di luar sekolah. Wajahnya pucat karena terlalu banyak pikiran tentang Ken yang tak kunjung menghubungi. Ketika pintu rumah dibuka, Rafael yang sedang menunggu langsung berdiri.
“Keyra… kamu oke?” suaranya terdengar cemas.
Keyra mengangguk, tetapi matanya berkaca-kaca. “Aku cuma… capek.”
Dia mencoba tersenyum, tapi senyum itu rapuh sekali.
Rafael refleks menarik tubuh Keyra mendekat, memeluknya erat, lebih erat daripada yang seharusnya dilakukan seorang sahabat.
Keyra tidak menolak. Ia bahkan memejamkan mata, seolah mencari perlindungan.
“Kamu selalu ada buat aku...” gumam Keyra lirih, hampir tak terdengar.
Rafael tak menjawab.
Bahu Keyra bergetar. Ia tampak sangat rapuh.
Dan di saat itulah, Rafael merasakan sesuatu yang menghantam dadanya, rasa kehilangan, rasa rindu, rasa yang tidak pernah ia dapat dari Rayya.
Tanpa berpikir panjang, ia mengangkat wajah Keyra sedikit, hanya untuk memastikan gadis itu tidak benar-benar menangis.
Dan Keyra meraih pipinya, dengan gerakan spontan, penuh keputusasaan… bukan godaan.
Rafael seharusnya mundur.
Ia tahu itu.
Tapi detik itu, ketika Keyra menundukkan kepala dan membenamkan wajah di dadanya kembali, Rafael justru memeluk Keyra lebih erat, menempelkan keningnya pada kepala Keyra dalam sebuah kedekatan yang terlalu dalam untuk disebut pertemanan.
“Raf…”
suara Keyra gemetar.
“Aku takut kehilangan semuanya.”
Rafael mengusap punggungnya pelan.
Suatu gerakan yang… terlalu intim.
Terlalu lembut.
Terlalu penuh rasa.
“Selama aku ada,” Rafael berbisik, suaranya pecah, “kamu nggak akan kehilangan apa pun, Key.”
Ia menutup matanya, membiarkan perasaan yang seharusnya ia kubur muncul ke permukaan.
Dan di saat yang sama, ia sadar,
Rayya tidak pernah ia peluk setulus ini. Tidak pernah ia dekap sedalam ini.
Itu membuat Rafael sesak.
Ia baru saja jadian dengan Rayya.
Tapi orang yang ia peluk dengan seluruh hatinya…
yang ingin ia lindungi…
yang mematahkan langkahnya…
bukan pacarnya.
Melainkan Keyra.
***
Waktu berjalan seperti air yang mengalir, tenang di permukaan, namun membawa banyak hal tanpa suara.
Keyra tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik dan memiliki body goals, percaya diri, dan semakin matang dalam cara berpikir.
Rafael tumbuh menjadi pria muda yang berkarakter, hangat, protektif, dan selalu ada… untuk Keyra.
Rayya?
Ia tetap menjadi pacar Rafael.
Tetap menyayanginya.
Tetap berusaha menjadi tempat pulang bagi pria itu.
Namun Rayya juga tahu satu hal, sesuatu yang tidak pernah ia ucapkan,
Hati Rafael tidak pernah sepenuhnya miliknya.
Rafael & Keyra
Mereka tetap dekat, terlalu dekat untuk dua orang yang bukan pasangan.
Mereka masih,
saling menjaga,
saling memeluk saat hari terasa berat,
saling menyentuh tangan untuk menenangkan,
saling menjadi tempat pulang ketika dunia terasa dingin.
Mereka tumbuh… tetapi kedekatan itu tidak hilang.
Bahkan, semakin kuat.
Rayya sering melihat itu.
Rafael menatap Keyra dengan cara yang tidak pernah ia lakukan pada siapa pun, termasuk dirinya.
Rafael mencoba.
Ia benar-benar berusaha mencintai Rayya.
Ia memaksakan dirinya untuk percaya bahwa waktu akan menyembuhkan.
Tapi setiap kali Keyra tertawa, setiap kali Keyra menunduk malu, setiap kali Keyra memanggil namanya dengan suara lembut yang hanya ia dengar...
Rafael hancur lagi.
Karena ia tahu,
karena ia yakin,
karena ia sadar,
Keyra adalah rumah yang tidak pernah bisa ia miliki.
Rayya menjadi seseorang yang mengisi kehampaannya…
tetapi bukan yang membakar jiwanya.
Keyra & Ken
Sementara itu, Keyra tetap membawa bara lain dalam hidupnya.
Ken_ pria dewasa yang membesarkannya, melindunginya, dan menempati tempat yang tidak bisa digantikan siapa pun.
Ken adalah cahaya dalam hidup Keyra.
Sumber kekuatan.
Sumber motivasi.
Sumber rasa…
yang tidak pernah hilang dari hidupnya.
Semakin Keyra dewasa, semakin ia menyadari bahwa rasa itu tidak pernah padam.
Tidak pernah meluruh.
Justru tumbuh dalam diam.
Dan meski Ken mencoba menjaga jarak, mencoba tetap menjadi sosok “orang dewasa” yang bertanggung jawab,
Ia tetap menjadi api yang menghangatkan dunia Keyra.
Keyra tumbuh dengan bayangan Ken di kepalanya, hidup dengan harapan kecil bahwa suatu hari pria itu akan berhenti menjauh.
***
Namun begitulah hidup berjalan...
Rafael tetap memeluk Keyra sepenuh hati, meski ia bersama Rayya.
Rayya tetap tersenyum, meski hatinya sering remuk.
Keyra tetap menunggu Ken, meski ia tidak pernah tahu apa yang sebenarnya Ken rasakan.
Dan Ken tetap memendam semuanya, diam, menahan, menjaga jarak, meski hatinya tidak benar-benar beku.
Tidak ada yang berubah.
Setiap tahun berlalu seperti mengulang takdir yang sama,
Rafael mencintai Keyra.
Keyra mencintai Ken.
Rayya mencintai Rafael.
Dan Ken mencintai Keyra… dengan cara yang tidak boleh ia akui.
Itulah lingkaran yang tidak pernah pecah.
Lingkaran yang membuat mereka berjalan dengan hati yang tidak pernah benar-benar utuh.
***
Hingga tiba saat dimana semua teka-teki itu berakhir, puzzle yang selama ini membingungkan tiba-tiba tersusun dengan sendirinya.
Ken berhasil memulihkan perusahaan meski dalam waktu yang tidak sebentar. Ada banyak hal yang ia korbankan saat itu. Terutama kebersamaannya dengan Keyra.
Meski ia terus memantau melalui Madame Elvira.
Hari itu, begitu pintu besar kediaman keluarga Oetama terbuka, Ken berdiri terpaku.
Keyra berjalan turun dari tangga pelan-pelan, mengenakan gaun cantik yang menambah pesonanya. Rambutnya tergerai rapi, langkahnya tenang, tidak lagi berlari menghampir seperti dulu. Cara ia tersenyum pun berbeda, lebih halus, lebih terukur, tidak lagi polos dan meledak-ledak.
Sejenak, Ken merasa… asing.
Ini Keyra?
Keyra kecil yang selalu mengejarnya dengan tawa, yang menangis kalau ia pergi sebentar?
Kini gadis itu berusia dua puluh tahun, berdiri dengan wibawa yang tidak pernah ia bayangkan. Cara ia menatap kini jauh lebih dewasa, lebih disembunyikan. Ada batas tipis yang dulu tidak pernah ada.
“Selamat ulang tahun,” ujar Ken, suaranya tertahan. Sebuah bucket cantik berpindah ke tangan Keyra.
“Terima kasih, Om Ken,” jawab Keyra sambil tersenyum tipis, anggun, tidak terburu-buru, tidak penuh luapan rindu seperti dulu.
Ken merasa dadanya diremas.
Biasanya Keyra akan memeluknya, menuntut oleh-oleh, mengeluh karena ia pergi terlalu lama. Tapi hari ini… gadis itu hanya berdiri dengan sopan. Elegan. Seperti diajarkan untuk tidak menunjukkan perasaannya.
Dan itu membuat Ken risau.
Ken merasa kehilangan sesuatu yang ia bahkan tak pernah sadari ia miliki.
Elvira muncul di belakang Keyra, tersenyum puas.
“Saya bilang apa, Tuan? Keyra itu cepat belajar. Dia sudah bukan anak kecil yang bergantung padamu.”
Ken menelan ludah.
“Ya… saya lihat. Terimakasih, Madame.”
Namun yang ia lihat lebih dari itu.
Ia melihat seseorang yang tidak lagi membutuhkan dirinya.
Sementara di sisi lain…
Keyra menahan getaran halus di ujung jari. Senyumnya mungkin terlatih, gesturnya tampak tenang, namun setiap detik Ken menatapnya membuat jantungnya berdebar menyakitkan.
Nama Ken masih memenuhi ruang hatinya.
Tetapi ia tidak ingin menjadi gadis kecil yang menaruh semua hidupnya pada seorang pria yang pergi tanpa janji.
Ia tumbuh. Ia mendidik dirinya. Ia belajar mengendalikan diri.
Keyra memilih menjaga jarak, jarak yang tidak pernah ia biarkan dulu.
Dan itu membuat Ken semakin memperhatikannya… semakin bingung.
Seolah didikan Elvira tidak hanya mengubah Keyra.
Tapi juga mengguncang Ken, memaksanya melihat gadis itu dengan cara baru yang sama sekali tidak nyaman.
Akankah Ken kembali ke London membawa kekecewaan?
.
YuKa/ 121225
keburu Keyra digondol Rafael😏
gitu aja terus Ken. sampe Keyra berhenti mengharapkanmu, baru tau rasa kamu. klo suka bilang aja suka gitu loh Ken. sat set jadi cowok. hati udah merasakan cemburu, masih aja nyangkal dengan alasan, kamu tanggung jawabku😭😭😭