Kisah bermula dari seorang mahasiswa yang tiba tiba batal menikah, penyebab batal, tunangannya memilih membatalkan pernikahan karena mencintai pria lain dan sudah berselingkuh lama dengan pria itu.
Walau hatinya hancur, sang mahasiswa mengijinkan tunangannya pergi dan tentu saja tunangan nya langsung pergi dengan laki laki barunya tanpa mengetahui kalau sebenarnya dia salah memilih dan salah mengambil keputusan.
Alasannya karena sang mahasiswa yang di hina bukanlah mahasiswa dan pemilik kafe biasa, dia memiliki rahasia yang tidak pernah terbayangkan siapapun di belakang layar.
Genre : Urban, fiksi, komedi, drama, healing, psikologi, ceo.
100% fiksi ya, murni hasil pemikiran author.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Siang hari, setelah mengikuti tiga kelas, Liam dan Laura berjalan di koridor menuju ke kelas Luna untuk menjemputnya. Laura mengikat rambut nya menjadi pony tail dan memakai kacamata tipis yang biasa dia pakai kalau berada di kelas, dia melihat smartphone nya,
“Harusnya kak Luna udah keluar nih, dia masih ada kelas ga ya ?” tanya Laura.
“Hmm katanya sih enggak ya, tapi ga tau juga,” jawab Liam.
Ketika mereka sampai di depan kelas tempat Luna berada, mereka mengintip melalui celah pintu dan melihat kuliah masih berjalan, Liam dan Laura bergeser kemudian bersandar di dinding, tapi tiba tiba,
“Liam ?”
Liam menoleh, dia melihat Grace keluar dari pintu yang berada tepat di sebelahnya dan menutup kembali pintunya dengan perlahan.
“Grace,” sapa Liam sambil berbalik berhadapan dengan Grace.
“Um...boleh bicara ?” tanya Grace langsung.
Tiba tiba Laura muncul dari belakang Liam dan memegang lengan Liam, mata Grace langsung tertuju kepada Laura,
“Siapa kamu ?” tanya Grace.
“Aku ? Laura,” jawab Laura santai.
“Liam, aku mau bicara sama kamu, boleh ?” tanya Grace tidak memperdulikan Laura lagi.
“Mau bicara apa ? memang ada yang perlu di bicarakan lagi ?” tanya Liam.
“Bisa ikut aku sebentar, tolong kasih kesempatan aku bicara,” jawab Grace.
“Haaaah,” Liam menoleh melihat Laura di sebelahnya seakan akan meminta ijin. Laura tersenyum dan mengangguk, kemudian Liam menoleh melihat Grace,
“5 menit, di sana,” ujar Liam menunjuk ke kelas sebelah yang kosong.
“Ok,”
Keduanya langsung masuk ke dalam kelas, Liam berdiri di depan pintu dan menopang pintu agar tetap terbuka, Grace yang berada di dalam berbalik, dia menatap ke lantai, kedua tangannya saling meremas satu sama lain dan tubuhnya sedikit gemetar, kemudian dia menarik nafas dan menghembuskan nya kembali untuk memantapkan hatinya, dia mendongak menatap wajah Liam, kemudian menunduk lagi dan mulai berbicara,
“Aku....kangen kamu, aku tahu aku membuat kesalahan fatal dengan membatalkan pernikahan kita dan pergi dengan James, ternyata James tidak seperti yang ku kira, dia hanya memanfaatkan ku dan membuat ku mencuri uang dari mu, aku ingin memperbaiki hubungan kita karena aku masih mencintai....”
“Stop,” ujar Liam sambil mengangkat telapaknya memotong ucapan Grace.
Grace nampak kaget, dia langsung mendongak menatap Liam di depannya, wajah Liam nampak dingin dan tanpa ekspresi seperti seseorang yang sudah melihat dirinya seperti orang lain yang tidak dia kenal.
“Waktu lo pergi dari rumah, lo bilang lo membatalkan pernikahan dan pergi begitu saja, lo lupa ga gue bilang apa ?” tanya Liam dengan suara tenang tapi berat dan tajam.
Grace terdiam, tentu saja dia ingat apa yang di ucapkan Liam, dia membuka mulutnya tapi kata katanya tidak keluar,
“Ingat kan, begitu lo keluar, gue menutup pintu dan tidak akan membukakan pintu lagi,” ujar Liam.
“Tolong Liam, aku tahu aku memang bikin masalah dan bikin kacau, waktu itu aku tidak berpikir jernih, kamu juga terlalu cuek sama aku, kamu terlalu fokus mencari uang untuk pernikahan kita...aku merasa kesepian, itu sebabnya aku termakan rayuan James,” ujar Grace perlahan.
“Hoo jadi sekarang lo membenarkan perselingkuhan lo, pencurian lo dan membatalkan pernikahan karena awalnya salah gue ya....sori Grace, lo mau ngarang cerita apapun itu terserah, tapi kenyataan nya lo sudah selingkuh dengan James selama berbulan bulan, lo tidur sama dia setelah itu malam nya lo tidur ama gue, semua sudah lo rencanakan, jadi semua itu bukan satu kesalahan, semua itu pilihan, lo memilih hidup gemerlap bersama James ketimbang hidup sederhana sama gue,” ujar Liam.
Grace terdiam, dia terlihat seperti seseorang yang terkena pukulan fisik walau sebenarnya hanya kata kata mengandung kebenaran. Akhirnya kedua tangannya mengepal dan langsung menatap Liam,
“Lo kenapa udah move on ? harusnya lo hancur kan di tinggal gue ? sekarang lo bisa jalan sama Luna, apa apaan itu, lo ga pernah mencintai gue kan,” teriak Grace.
“Hmm lo salah, gue mencintai lo, tapi bukan lo yang ini, lo yang gue pikir gue kenal,” jawab Liam santai.
Grace terlihat seperti terkena tembakan sekali lagi, dia bergeser dan tangannya naik memegang dinding seakan akan menopang dirinya agar tidak jatuh. Grace menunduk, matanya bergerak gerak mencari sesuatu atau cerita yang bisa memutar balikkan semuanya, dia melihat Liam di depannya, dia sebenarnya tahu kalau Liam sudah tidak mungkin mengubah pikirannya, akhirnya dia bertanya sekali lagi,
“Lo beneran CEO ? lo yang menghancurkan James ?” tanya Grace.
“Hah...lo ninggalin gue karena gue apa ?” Jawab Liam dan melontarkan pertanyaan lagi.
“Jawab,” teriak Grace.
“Haaah...gue cuman barista, tukang kopi yang mati matian mempertahankan kafenya demi lo dulu dan sekarang berusaha bangkit karena uang gue di curi sama lo demi James, bener ga ?” tanya Liam lagi dengan tenang.
Grace menggigit bibir bawahnya, dia menyadari kalau semua yang di katakan Liam benar dan Liam masih sama dengan versi yang dia kenal. Grace membuka mulutnya untuk berbicara tapi tidak ada kata kata yang keluar karena tidak ada lagi yang bisa di bicarakan,
“Ok, waktu habis, selamat tinggal Grace,”
Tanpa menunggu jawaban Grace, Liam berbalik dan berjalan keluar, dia menutup pintu kelasnya dan membiarkan Grace berdiri mematung di dalam. Ketika keluar, Liam melihat Luna dan Laura sudah menunggunya bersama dengan Robby dan Sanjay,
“Sori ya Luna, Laura, mau tidak mau harus di hadapi,” ujar Liam.
“Iya ga apa apa,” balas Luna sambil memeluk Liam.
“Trus gimana perasaan mu sekarang ?” tanya Laura sambil merangkul lengan Liam.
“Sangat lega, tidak pernah lebih lega dari ini, bebas dan damai,” jawab Liam.
“Sip, senang mendengarnya,” balas Laura.
“Ya udah, yuk pulang,” ajak Luna sambil merangkul leher Liam.
“Klek,” pintu di buka, mata Grace membulat melihat Luna yang sedang merangkul leher Liam yang di balas oleh Liam memegang pinggulnya, matanya beralih kepada Laura yang juga merangkul lengan Liam,
“A..apa ini ?” tanya Grace.
Melihat Grace berdiri di depan pintu, Robby dan Sanjay langsung berpamitan dengan Liam, Luna dan Laura, tapi Liam mencegah mereka pergi, Luna menoleh melihat Grace yang wajahnya sekarang merah dan nampak geram,
“Seperti yang lo liat,” ujar Luna tersenyum.
“Sudah yu, ayo kita belanja,” ajak Liam.
“Yuuuuk,” teriak Laura girang.
“Lo berdua ikut aja,” ujar Liam kepada Robby dan Sanjay.
“Sip bro, gue nimbrung deh,” balas Robby.
“Sama, gue juga, yuk deh,” tambah Sanjay.
Tanpa menoleh melihat Grace dan menyapanya, kelimanya berbalik dan berjalan menelusuri koridor sambil tertawa dan bercanda riang. Grace melihat Liam berjalan di apit oleh Luna dan Laura menjauh dari dirinya, dia menggertakkan giginya, ekspresinya bercampur antara penyesalan, marah, sedih, cemburu dan rasa tidak percaya. Dia mengambil smartphone nya, jarinya lincah menari nari di atas layarnya, kemudian dia meletakkan smartphone nya di telinga,
“Ya halo, ada apa sayang,” ujar seorang pria.
“Om Charles, boleh minta tolong ?” tanya Grace.
“Minta tolong apa sayang ?” tanya Charles dengan nada serius.
“Tolong urus kafe nya Liam,” jawab Grace dengan suara gemetar.
Charles terdiam sesaat mencoba mengerti apa yang di maksud oleh Grace barusan, kemudian dia mulai bicara,
“Kamu dimana ?” tanya Charles.
“Di kampus, tolong jemput aku om,” jawab Grace.
“Ok, aku jemput kamu, kita bicarakan apa yang kamu maksud di hotel,” jawab Charles.
“Iya om,” balas Grace.
Telepon pun di tutup, Grace menurunkan smartphone nya, tangannya meremas smartphone nya sampai berbunyi seakan akan retak dan gemetar,
“Awas lo ya, lo pikir gue akan diem aja, kalau gue ga bisa balik sama lo, gue akan hancurin lo,” ujar Grace geram.
αყσ ƚɾιρʅҽ ʅ ʅαɳʝυƚƙαɳ...
ʂҽɱαɳɠαƚ υρ ɳყα ƚԋσɾ