NovelToon NovelToon
Sketsa Baby Bee

Sketsa Baby Bee

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Unik Muaaa

"Panggil Bee aja seperti biasa. Gak ada akan ada yang curiga kan kalau kita in relationship, namaku kan Bilqis keluarga panggil aku Bi."

"We have no relationship."

Samapai kapanpun aku akan mengingat kalimat itu.

>_<

Bahkan hubungan yang aku pahami, lain dari hubungan yang kamu pahami.

Kamu tidak salah.

Aku yang salah mengartikan semua kedekatan kita.

Aku yang begitu mengangumimu sejak kecil perlahan menjelma menjadi cinta, hingga salah mengartikan jika apa yang kamu lakukan untukku sebulan terakhir waktu itu adalah bentuk balasan perasaannku.

Terima kasih atas waktu sebulan yang kamu beri, itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku merasakan layaknya seorang kekasih dan memilikimu.

Tolong jangan lagi seret aku dalam jurang yang sama, perasaanku tulus, aku tidak sekuat yang terlihat. Jika sekali lagi kamu seret aku kejurang permainan yang sama, aku tidak yakin bisa kembali berdiri dan mengangkat kepala.

This is me, Bee Ganendra.
I'm not Your Baby Bee Qiss anymore

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Unik Muaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Coding

Karna kesal, aku berdiri, menghampiri Chaka dan Daniel yang berjalan kearah kami dengan bola ditangan Chaka, kurebut bola itu dan kulempar kearah Elio dengan kesal.

Aku kembali duduk di Gazebo mengambil earphone lalu memasangnya ditelingaku, sebelum mengambil novel yang tadi aku bawa dan membukanya meski sedang tidak mood untuk membaca, karna tidak mungkin aku melanjutkan menggambar dia disaat dia berada dekat denganku.

Deg ...

Aku baru saja mencari posisi untuk duduk dan membaca novel tiba-tiba aku terkejut karna seseorang duduk disampingku, saat aku menoleh kesamping, jantungku serasa berhenti seketika karna posisi wajah kami begitu dekat.

Tangannya melepaskan earphone yang menutupi telingaku lalu kembali menatapku dengan tatapan paniknya.

"Tolong bantu gue cari kembaran gue."

Aku memutuskan tatapan kami, menatap Daniel dan Chaka secara bergantian karna otakku sedang tidak bisa diajak berputar cepat untuk menganalisis keadaan.

"Sakura ngilang Bi" jelas Chaka singkat.

Barulah aku bisa menangkap apa yang terjadi sehingga aku mengedip-ngedipkan mata dan kembali menatap pada dia.

Posisi wajahnya masih saja sedekat tadi sehingga aku menarik wajahku membuat jarak.

"Semua peralatan gue disita Bang Ar" ucapku sembari meringis.

"Kalau begitu ayo ke Bang Ar."

Tampa menunggu persetujuanku dia sudah menarik tanganku, atau ... Menggenggam tanganku lebih tepatnya.

Fokusku pecah saat itu juga, meski kakiku tetap mengkah kedepan, kepalaku menoleh kebelakang menatap Chaka yang tersenyum begitu lebar padaku.

Setelah sekian lama aku kembali merasakan genggaman tangannya lagi.

Perasaanku bercampur aduk bahagia dan haru menjadi satu, aku ingin menangis tetapi sekuat tenaga aku tahan. Tatapanku hanya fokus pada tangannya yang menggenggam tanganku, agar aku tidak menangis. Jangan tanya bagaimana jantungku yang berdetak menggila hingga serasa penuh dadaku.

Tak ...

"Aw ..." Aku memekik kesakitan.

Jidatku sakit, sehingga kaku mengalihkan tatapanku dari genggaman tangannya.

Didepanku ada Bang Ar yang menatapku dengan tangan terangkat, dan jari yang siap menyentil kearah jidatku sehingga aku mundur bersembunyi dibelakang dia.

Aku menoleh kekanan dan kekiri, ternyata aku ada diruang kerja Ayah, karna menatap genggaman tangannya dan sibuk mengalihkan pikiranku agar tidak menangis, aku sampai tidak sadar jika dia sudah membawaku keruang kerja Ayah.

"Ngapain lo pegang tangan Bi begitu?" Tanya Bang Ar dengan suara menggeram.

"Maaf Bang" Dia melepas genggaman tangannya.

Wajahku langsung merengut menatap Bang Ar kesal, dan Bang Ar malah membalas tatapanku dengan pelototan tajam membuat nyaliku menciut kembali bersembunyi dibelakang dia.

"Bang, bisa minta tolong kembalikan barang Bilqis gak?" Pinta Dia.

Tatapan mata Bang Ar beralih pada Dia.

"Aku minta tolong Bilqis untuk mencari Sakura Bang, Sakura menghilang."

Sebelah alis Bang Ar terangkan dan melirikku, "Baby Bee" geram Bang Ar penuh peringatan.

"Dia tahu dari Elio" bataku, melangkah mendekati Bang Ar. "Salahkan kalian yang mengungkit aku saat berkumpul di restaurant Raja Throne" aku berkacak pinggang menatap Bang Ar dengan dagu terangkat, "Aku bukan Baby Bee, Abang!. Beta, Bilqis, Bi, no ... Baby Bee!."

"Ck!" Bang Ar berdecak, tangannya menyentuh puncak kepalaku dan mengacak-acak rambutku. "Kenapa susah dibilangin jadi bocah" keluhnya.

"Aku bukan bocah!."

Bang Ar, mendengus, berjalan kearah meja kerja Ayah dan mengambil sesuatu dilaci meja.

Bang Ar menjulurkan leptop miliknya padaku sehingga dengan girang aku menghampirinya dan mengambil leptop miliknya. Meski bukan leptop milikku, aku bahagia bisa memegang teknologi lagi.

"Kamu cari lokasi Sakura, ajak Daniel, jangan biarkan Elio menyetir, Chaka mengalihkan perhatian Bunda. Dan Sagara harus disini, kamu juga harus melacak keberadaan Sakura dari sini."

^-^

Lokasi Sakura sudah aku kirim pada Elio sehingga Elio yang membaca map, dan Daniel yang menyetir.

Waktu senggangku selama perjalanan aku gunakan untuk berselancar didunia coding. Aku mendapatkan satu informasi yang membuatku terdiam mencoba mencerna segala kejadian yang saling bersangkutan.

"Bi" panggilan Elio nyaring membuatku terlonjak, "Adesya beneran disini?."

Aku menatap kearah luar, nama club terkenal terpampang jelas, Sakura berada disana, entah apa yanh dipikirkan cewek itu.

"Ya, Adesya Sakura disana" jawabku.

"Kita dibawah umur gak bisa masuk, lo masuk sendiri" ucap Daniel.

"Desya ada dilantai dua" aku memperlihatkan layar leptop dipangkuanku pada Elio.

Tampa menunda waktu, Elio membuka pintu belakang mobil dan berlari masuk kedalam dengan terburu-buru.

Perasaan tidak tenang mulai merasuki diriku saat aku melihat Elio berlari dengan cepat masuk kedalam club dengan wajah penuh kekhawatirannya.

"Moga aja mereka bisa bersama" gumamku.

Setelah Elio masuk kedalam, aku kembali fokus pada layar leptop Abang Ar. Berusaha kembali mecari informasi lebih yang tadi aku dapatkan.

*-*

Aku kembali menguap.

Aku bangun kesiangan, semua gara-gara mencari keberadaan Sakura. Ayah yang tidak ingin Bunda mengetahui apa yang aku lakukan semalam membangunkanku, Chaka dan Daniel. Bahkan yang menyisiriku saat ini adalah Ayah.

"Sudah cantik, ayo turun."

Dengan malas aku berdiri, Ayah terkekeh kecil dan merangkul pundakku.

Kusandarkan kepalaku dipindak Ayah, mataku terpejam namun kakiku terus melangkah menuruni anak tangga.

"Bi!"

Panggil Bunda yang menggelegar membuat kantukku hilang, aku langsung berdiri tegap menoleh kekanan dan kekiri mencari keberadaan Bunda.

"Semalam kamu kemana?, ngapain aja pulang sampai jam dua belas lewat?, siapa yang mengantarkanmu pulang?!."

Bunda bertanya sembari berkacak pinggang.

Tangan Ayah menepuk pelan pundakku, aku menelan ludah, sebelum menyengir dan berjalan dengan riang menghampiri Bunda yang berdiri didepan Dia dengan sepiring buah yang telah Bunda potong dan kupas.

Sagara masih menginap di rumah kami, sepertinya Bang Ar dan Bang Je tidak memberinya kelonggaran dam belajar coding sehingga ada lingkaran hitam dibawah matanya.

"Bunda, semalem aku cari Sakura, kembaran Sagara Bun, lalu dianter Sai pulang" jelasku sembari mengambil piring buah ditangan Bunda.

"Mencari Sakura dengan membawa leptop Abang?."

Deg ...

Langkahku yang akan membawa sepiring buah ditanganku terhenti, namun tidak berbalik menghadap Bunda. Aku melirik kekanan dan kekiri mencoba mencari alasan dan menunggu bantuan dari orang-orang didepanku.

"Aw ..."

Tangan Bunda menjewer telingaku sehingga aku memekik kesakitan.

"Ampun Bu."

"Bi, dalam semalam kamu melanggar beberapa aturan dari Bunda" geram Bunda.

Aku hanya meringis tidak berani menjawab.

"Kalau kamu tiba-tiba amesia, Bunda ingetin. Pertama kamu berani kembali ngeretes, kedua keluar malam gak izin sama Bunda atau Ayah, ketiga pulang malem dianter cowok!. Kamu ini, anak cewek Bunda yang bandel banget ngalah-ngalahin anak cowok Bunda, kamu ..."

Omelan Bunda begitu panjang, namun tangan Bunda tidak melepaskan jewerannya ditelingaku sehingga aku harus berjinjit agar telingaku tidak semakin sakit.

Terlihat semua orang memperhatikanku, aku bahkan tidak perduli ada dia. perasaan malu benar-benar tidak aku rasakan, karna jeweran Bunda dan Omelannya tidak bisa mengalahkan apapun.

"Ayah dengar!."

Kali ini Bunda berjalan menghampiri Ayah sehingga jeweran ditelingaku terlepas.

Aku buru-buru berlari kecil menghampiri Bang Ar, duduk dipangkuannya dan membenamkan wajahku dalam pelukannya.

"Jika sampai terjadi sesuatu dengan anak-anakku, aku akan membakar rumah ini!" Ancam Bunda menggelegar.

"Bunda ga ..."

"Kalian selalu melakukan apa yang kalian mau, maka Bunda akan melakukan apa yang Bunda mau. Aase, Raja, sekarang apa lagi?!." Bunda terdengar murka, "selesaikan dengan cepat, Carl pernah menculikku saat si kembar masih bayi, usir dia dari sini sebelum aku potong dadu burungnya!."

*-*

1
Rini Anggraini
hai thor salam kenal....saya suka baca novelnya,tp g tau jg alurnya gimana cuma ngalir ngikut aja,maaf klo boleh tau alur ceritanya kearah mana ya,soale belum nemu,ini cerita ttg cinta ato gmna ....🙏🏼🙏🏼😊
Efi Nurwardani
tidak sabar menanti mu thor
Unique: Terima Kasih 😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!