Hidup saudara kembar antara Cahaya dan Bulan berubah ketika sang ibu memperkenal kan mereka kepada Farid, salah satu anak dari sahabat nya.
Saat mereka sudah kelas 3 SMA, Aya selaku pemeran utama sudah mencintai orang lain selain farid.
Hingga Ulan berbuat rencana sesuatu yang merubah dinamika di antara Aya dan Farid.
Apa itu rencana nya? selengkap nya ada di A Jilted Twins , saudara kembar yang di tolak cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 04. Ciuman Lingga Untuk Ulan.
(Isi Bab, panjang)
Hari minggu adalah hari yang sangat cocok untuk mengisi energi dengan bersantai dan berlibur sepanjang hari.
Secara tiba-tiba, Lingga muncul di depan rumah disaat Aya sedang sibuk menjemur pakaian.
"Ay apa ada Ulan?" Tanya Lingga.
"Ada, dia lagi dandan" Jawab Aya.
Sehabis menjawab Aya persilahkan Lingga masuk ke dalam rumah untuk singgah dulu di ruang tamu.
"Makasih ya" Kata Lingga dengan sopan.
Cahaya sekilas menatap, sisanya ia langsung pergi ke arah lemari es untuk mengambil air minum untuk Lingga.
"Oh iya mamah lu kemana Ay?" Tanya Lingga.
"Lagi ke rumah teman nya" Jawab Aya sambil membawa gelas serta botol minuman.
"Oh.. lu gak keluar hari ini?" Tanya Lingga
"Enggak" Jawab Aya.
Disaat Lingga ingin berbicara, lebih dulu di Tukas oleh Ulan dari pembatas balkon lantai dua.
"Ay, apa Lingga sudah datang?" Kata Ulan
"Iya sudah datang, cepat sedikit lu dandan nya" Pinta Aya. Ulan langsung tebar senyum disaat Lingga menatap nya.
Habis itu Ulan pergi lagi ke kamar nya untuk memasang ikat rambut dan memakai parfum.
Tujuh menit kemudian...
Ulan sudah selesai dengan urusan dandan nya, dia keluar kamar dan pergi ke lantai bawah untuk menghampiri Lingga disana.
Sisi lain, Aya sudah kembali dengan rutinitas di hari liburnya yaitu menjemur pakaian.
Lingga terus memperhatikan Aya di balik kaca yang tembus ke luar ruangan. Ia menilai kalau sekarang aya sudah berubah. Biasanya lingga melihat aya selalu murah senyum
"Aneh" Gumam Lingga.
"Hem... Apa outfit gue sekarang terlihat aneh di mata lu sayang?" Timpal Ulan mendengar ucapan lingga.
"Eh enggak..." Lingga berdiri dari tempat duduk. Habis itu ia langsung mengajak Ulan keluar rumah.
"penampilan lu hari ini sangat cantik sayang, lebih cantik dari biasanya" Gombal Lingga.
"Seriusan?" Ulan tiba-tiba merona salting hingga menabrakkan kepala ke dada Lingga.
Dalam posisi itu, Ulan menoleh ke arah Aya untuk berpamitan.
"Ay, gue mau main dulu ya"
"Iya" Aya reflek menoleh ke mereka, sebelum akhirnya Aya balik pandangan lagi ke arah jemuran.
Aya tiba-tiba mengambil ember cucian untuk masuk ke dalam rumah sementara waktu.
Setelah Ulan dan Lingga benar-benar pergi dari pandangan Aya, ia kembali melanjutkan jemur pakaian hingga selesai.
Aya kembali masuk untuk bersantai sejenak nonton film pada laptop kesayangan nya.
Baru saja ingin bersantai, Ibu nya sudah datang ke rumah bersama Bu Matilda.
Aya langsung menghampiri ibu nya, sekaligus menyalami tangan Bu Matilda yang baru saja selesai berolahraga bersama ibu nya.
"Ulan mana Ay?" Tanya Bu Venera.
"Ulan pergi mah " Jawab Aya.
"Sama siapa?" Tanya Venera lagi.
"Lingga mah" Jawab Aya.
Jawaban Aya sukses membuat Bu Matilda mengerut kening. "Bukan nya kalau Lingga itu pacar kamu Ay? Kok dia pergi sama adikmu?"
Aya menggeleng kepala "Aku sama Lingga cuma sahabatan aja bu" Kata Aya.
"Loh Farid bilang kalau kamu pacaran sama Lingga?" Kata Bu Matilda.
Aya menggeleng kepala lagi "Lingga pacaran nya sama Ulan Bu bukan sama Aya"
"Oh gitu" Bu Matilda langsung berdiri sehabis minum air. Tak lama, beliau langsung pamit pulang ke rumah nya kembali.
Berselang satu jam...
Hari weekend Aya kembali berjalan dengan normal, kali ini gadis itu tengah membeli bakso di depan perumahan.
Ia duduk sambil nunggu antrean yang terus menatap jalan raya yang ada di depan nya.
Sesekali Aya juga menoleh ke layar ponsel nya untuk membaca komik.
Lengah nya Aya di manfaatkan dengan baik oleh seorang pria dan wanita paruh baya yang secara tiba-tiba menyerobot antrian.
"Aish.. Pak maaf, kan saya yang datang duluan kesini?" Kata Aya.
Pria paruh baya itu tidak menjawab perkataan dari Aya, beliau memilih membisik sesuatu kepada pedagang bakso tersebut.
"Bang beli dua bungkus ya, dan tolong bakso yang ini kasih ke gadis yang lagi duduk di samping gerobak abang" Bisik pria tersebut.
"Oke" Jawab Abang bakso.
Sehabis memesan bakso, pria paruh baya itu langsung pergi bersama wanita disamping nya ke arah mobil yang ada di sebrang jalan.
"Aneh" Gerutu Aya.
"Bang gue.... Loh, bang ini apa?" Aya langsung bingung saat pedagang itu tiba-tiba memberi satu buah plastik berisi kuah bakso untuknya.
"Itu dari orang yang barusan beli kak, rezeki jangan di tolak tuh" Jawab pedangan bakso tersebut.
"Apa coba maksudnya?" Gumam Aya sambil menatapi mobil milik orang itu.
Aya mengangkat plastik serta menatap kuah bakso yang penuh dengan warna merah.
"Ah bisa mencret kalau gue makan" Gumam Aya singkat.
"Bang gue pesan satu lagi aja ya, yang ini jangan pedas, sama jangan di kasih mie, pakai sohun sama sayuran aja isinya"
"Buset gak muntah apa sampe beli dua?" Kata pedagang bakso dengan berpura-pura, bakso yang dipegang Aya aslinya bukan di beli dari dagangan nya.
"Mana ada beli dua bang, yang atu kan gue di kasih orang itu, bagaimana sih?!"
"Yaudah maap" Pedangan itu pun langsung melayani apa yang Aya pesan.
"Ya buruan, emak gue bakal ngomel nanti kalau kelamaan" Kata Aya.
Selesai Aya bicara, di belakang punggung nya Aya terlihat sudah ada Bu Venera yang secara mengejutkan membelai lembut kepala nya dari belakang.
"Bagus ya kamu Aya, disuruh mamah beli minyak di warung malah PDKT sama kang bakso, mana sejam gak balik lagi" Kata Bu Venera. Cahaya menelan saliva nya sambil memeluk sang ibu.
"Maaf ya mama ku sayang... Habis nya tuh Abang nya ajak Aya ngobrol terus" Aya tunjuk ke pedagang bakso sebagai kambing hitam nya.
"???" Pedagang bakso pun sampe bingung mau jawab apa.
"Udah kamu salah, malah salahin pedagang bakso, cepat kamu pulang" Sewot Bu Venera sambil melepas kedua tangan Aya yang lagi memeluk tubuhnya.
"Bentar dulu, Aya mau bayar bakso nya" Tahan Aya menghampiri kang bakso untuk memberi uang sekaligus ambil bungkus makanan yang sudah ia pesan.
Habis itu, Aya langsung memberikan satu bungkus bakso yang pedas untuk sang ibu.
"Kamu ini mau buat mama kamu mencret apa gimana? ini bakso kelihatan nya pedes loh AYA!"
"Dari pada dibuang kan mubazir mah, terus juga itu bakso dari orang lain"
Bu Venera mengerut kening "Itu dari siapa? Kok mau-mau aja diterima"
"Gak tau dari om-om, kata kang bakso rezeki gak boleh di tolak kan mah?" Kata Aya. Dan kang bakso itu sampe menggeleng kepala.
"Lagi-lagi salahin aye!" Cibir kang bakso.
"Om om sapa lagi? udah udah makin ngawur kamu, cepat kamu balik ke rumah" Bu Venera langsung merangkul pundak anaknya.
Berselang, Aya dan Bu Venera sudah kembali ke dalam rumah.
Niatnya, Bu Venera ingin masak ikan pindang untuk makan siang bersama. Hanya saja anak sulung nya secara tiba-tiba memberikan satu plastik bakso untuk nya.
Ya, mau gak mau beliau makan bakso yang terlihat pedas itu.
"Kurang ajar emang punya anak gadis satu ini" Keluh Venera sambil menatap Aya.
Bu Venera mendadak terdiam, teringat suatu hal tentang bakso enak ini.
"Apa jangan-jangan yang kasih bakso ini..."
Bu Venera menghampiri anak nya sekedar bertanya "Ay, apa orang yang kasih kamu bakso ciri-ciri tubuh nya gak tinggi, terus rambut nya lurus?"
"Gak tau mah, Aya gak terlalu perhatikan om om cabul itu"
"Yaudah jangan dipikirin Aya, kamu makan dulu yang kenyang ya, biar bakso ini mama yang habiskan" Kata Bu Venera.
"Iya mah" Kata Aya.
**
Di tempat lain masih dihari yang sama.
Lingga sama Bulan sekarang sudah berada di dalam Dufan.
Ulan memilih berlibur di hari minggu ini dari kakak kembarnya yang memilih menyibukkan diri dengan urusan rumah.
Saat sudah masuk ke dalam tempat wisata, Ulan mengambil spot foto dan mengajak Lingga untuk foto selfi berdua.
"Beb, lihat kamera... Say cheese" Kata Ulan sambil senyum mengacungkan dua digit jari tangan menghadap kamera.
Lingga menghadap ke kamera melakukan gaya yang datar tidak ber-eskpresi apapun.
"Beb kok?.. lu gak senang ya kalau gue ajak ke Dufan" Kata Ulan, lingga menoleh singkat dan menarik lengan Ulan untuk masuk ke dalam rangkulan nya.
"Bukan gitu sayang, gue cuma gak suka saja sama keramaian seperti ini" Kata Lingga.
"Kebiasaan, lu itu sering-sering bersosialisasi ke orang-orang lah beb" Omel Ulan.
"Iya-iya, Hem.. yaudah yuk kita kesana dulu sayang" Kata Lingga, ia pun membeli kan Ulan sebuah ice cream coklat yang sangat enak.
Kebucinan mereka pun terjalin sendirinya di dalam Dufan dengan saling comel es krim ke pipi, suap-suapan es krim, hingga mengobrol penuh canda dan tawa sambil menatap ke arah langit yang sama.
"Beb lu janji ya jangan tinggalkan gue apapun yang terjadi" Kata Ulan sambil menyender kepala di pundak Lingga.
"Iya gue janji gak akan ninggalin lu apapun yang terjadi sayang" Lingga menyelipkan jari kelingking di jari Ulan.
Setelah itu Ulan menunjuk lurus ke arah salah satu wahana di dufan
"Beb, naik itu yuk"
Lingga menoleh dan ia langsung mengajak Ulan naik wahana bianglala.
Tak lama, wahana telah di jalankan sama petugas nya.
Lingga tak pernah berhenti menatap wajah Ulan yang hampir mirip dengan Aya, dan pria itu langsung mengumbar senyuman.
Ulan yang merasa di perhatikan, langsung menatap balik ke arah Lingga.
"Kenapa lu beb?" Tanya Ulan.
"lu cantik hari ini sayang" Jawab lingga.
Again.
Wajah Ulan langsung merah merona tanpa ia duga-duga.
"Ih apa sih beb, jangan gombalin gue terus sih" Gumam Ulan. Ia langsung pindah posisi tempat duduk.
Gadis itu sekarang duduk bersanding sambil bersandar di pundak Lingga.
Mereka berdua sama-sama menatap kota jakarta dari atas Bianglala.
Lingga tak pernah berhenti membelai lembut puncak kepala Ulan, sampai membuat gadis itu benar-benar nyaman dan takut kehilangan Lingga. Melupakan bagaimana hancur nya perasaan sang kakak tercinta yang ada di rumah.
Ulan mendongak kepala untuk menatap wajah Lingga.
Begitu pun lingga yang menurunkan tengkuk leher sambil menatap Ulan tanpa berkedip.
Hm..
Kedua nya saling menghening, sebelum akhirnya lingga secara pelan-pelan mendekati salah satu objek di wajah Ulan.
Cup!!
Sebuah ciuman kedua dalam hidup nya Ulan telah resmi dicuri oleh Lingga yang secara tiba-tiba mencium bibirnya.
Ulan kaget bukan main, ia langsung melepas ciuman itu.
Ulan sekarang bungkam, terus memegang bibir nya dengan rasa malu yang berkecamuk dengan hati yang berdebar kencang.
"Gue benar-benar sayang lu Lan" Kata Lingga.
"I-iya gue juga, tapi ini ciuman" Kata Ulan yang masih speachless tidak tau mau berkomentar apa pun tentang ciuman itu.
"Itu ibarat buah yang jatuh dari rasa sayang gue ke lu sayang, gue juga gak tau kenapa reflek cium bibir lu sayang" Kata Lingga.
"Oh gitu" Gumam Ulan.
"Tau gak itu ciuman pertama dalam hidup gue lan" Kata Lingga.
"Hah" Ulan merasa syok, pikirnya itu adalah ciuman kedua setelah Aya. Hal serupa dulu apa yang di alami Farid saat direbut Ulan.
"Ini seperti Dejavu"
Berselang, mereka sudah turun dari wahana itu, keadaan mereka sekarang menghening pasca Ulan berciuman bibir dengan Lingga.
"Apa lu gak suka ya kalau dicium sama gue sayang?" Tanya Lingga.
"Bukan gue gak suka beb, gue kaget aja gitu" Jawab Ulan. Lingga tersenyum dan kembali membelai kepala Ulan dalam rangkulan nya.
"Udah jangan dipikirin ya, sudah gue bilang itu adalah bukti kalau gue sayang sama lu" Kata Lingga.
"Hem" Ulan langsung memeluk nya erat-erat.
"Terima kasih ya sayang, semoga lu konsisten sampai kita menua nanti" Gumam Ulan.
"Iya sayang" Jawab Lingga sambil membalas pelukan Ulan.
Berselang setengah jam.
Ulan semakin nyaman dengan pacar baru nya yang berhasil ia rebut dari hidup Aya.
Yang tadi nya Ulan canggung, kini berubah menjadi lebih berani. Ia terus di gandeng dan di jaga oleh Lingga sampai waktu kencan nya sudah memasuki sore hari.
Lupa waktu itu membuat ibu nya Ulan yang ada di rumah terus mengomel di balik telepon genggam nya.
'Cepat kamu pulang sudah sore, bukan nya bantuin mamah sama Aya beres-beres rumah malah ngelayap seharian' Kata Bu Venera.
'Iya mamah sayang. Ini Ulan lagi otw pulang kok' Kata Ulan.
Habis itu ia menutup telepon ibunya sebelum beliau akan marah lebih dari itu.
"Sayang pulang yuk, emak gue sudah ngomel dari tadi" Pinta Ulan.
"Yaudah ayo sayang" Jawab Lingga. Sampai akhirnya Lingga dan Ulan pergi meninggalkan area Dufan.
Selama dibonceng dari kawasan dufan, Ulan terus menerus memeluk tubuh Lingga dari arah belakang jok motornya.
Tak ada celah sedikit pun untuk Ulan lepas pelukan nya itu, kecuali saat mereka berada di lampu merah.