Alinea Alexandra sangat bahagia saat orang tuanya menjodohkan dirinya dengan Diksi Galenio, pria yang selama ini diam-diam dia cintai.
Namun, kenyataan tak sesuai dengan harapannya, Alinea harus menelan pil pahit karena hanya dijadikan istri rahasia oleh Galen.
"Kamu tidak perlu bertingkah seperti seorang istri! Karena Aku menikahimu hanya untuk balas budi. Satu lagi, rahasiakan pernikahan ini dari kekasih ku!" Diksi Galenio.
Namun, saat Alinea terus memperjuangkan cintanya, Dia justru dipertemukan kembali dengan mantan kekasihnya.
Apakah Alinea akan terus berjuang untuk mendapatkan cinta suaminya?
Atau menyerah dan memilih mantan kekasihnya?
"Aku tunggu jandamu!" Skala Bumi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23
Galen kembali ke rumahnya setelah mengurungkan niatnya untuk menemui Daddy Alinea. Awalnya Galen ingin memohon pada mantan mertuanya itu untuk tidak mencabut sahamnya di perusahaannya. Galen juga berharap agar Arshad Antariksa mau memberinya kesempatan ke-dua.
Namun setelah mendengar percakapan Daddynya dengan mantan mertuanya, Galen sangat kecewa karena ternyata Arshad melakukan itu semua karena permintaan Alinea.
"Dasar licik, padahal aku mulai mencintainya."
Galen menganggap Alinea adalah penyebab kekacauan yang membuatnya harus kehilangan perusahaannya, dan Arshad yang di anggap tidak profesional karena mencampur-adukkan urusan perusahaan dengan masalah pribadinya.
"Mas, Kamu kenapa?"
Di tengah-tengah kekesalannya, Ruby yang baru saja pulang setelah semalaman tidak pulang, menghampiri suaminya yang terlihat kusut. Ruby berpikir mungkin suaminya itu merasa kesal karena semalam tidak mendapatkan jatahnya, mengingat mereka adalah sepasang pengantin baru.
Ruby sedikit merasa bersalah, harusnya Dia menghabiskan malam pertama bersama suaminya, namun dirinya justru menghabiskan waktu bersama Chandra dan rela menjadi pelampiasan amarah pria selingkuhannya itu.
Kekesalan Galen semakin bertambah saat melihat istrinya baru pulang setelah semalam menghilang tanpa memberinya kabar.
"Bagus! Kamu baru pulang. Dari mana saja Kamu semalam?" Galen sedikit meninggikan suaranya dan menatap tajam pada istrinya.
Ruby merasa terkejut karena Galen tiba-tiba membentak nya, namun wanita itu tetap bersikap tenang supaya tidak ikut terpancing. Ruby tidak ingin suaminya itu semakin mencurigainya dan banyak bertanya nantinya. Satu-satunya cara, Ruby harus bisa meluluhkan Galen dengan jurus merayunya.
"Maaf, Mas. Semalam ponselku mati, dan aku lupa bawa charger." Ruby menunjukkan ponselnya yang mati pada suaminya. "Aku semalam pemotretan sampai pagi, Mas. Aku sengaja kerja lembur supaya bisa mengambil cuti, dan kita bisa pergi honeymoon."
Ruby duduk di samping Galen, tangannya memijat kaki Galen yang sedang berselonjor di atas sofa. Galen membiarkan saja istrinya itu berbuat sesukanya karena kebetulan juga pria itu merasa lelah dan butuh dimanjakan.
Ruby tersenyum senang karena sepertinya rencananya meluluhkan hati Galen sudah berhasil. Namun untuk menebus rasa bersalahnya Ruby akan memberikan pelayanan terbaik nya untuk suaminya.
"Mas, kita ke kamar yuk! Aku akan memijat badanmu juga." Ajakan Ruby itu di sambut anggukan dari Galen.
Sesampainya di kamar, Ruby membuka setelan kerja yang masih Galen kenakan hingga menyisakan kain segitiga yang membungkus miliknya saja. Kemudian wanita itu meminta Galen untuk berbaring.
Galen hanya menurut saja membiarkan Ruby memanjakan tubuhnya. Awalnya Ruby memijat biasa saja seperti kebanyakan orang, bahkan pijatan Ruby itu membuat Galen memejamkan matanya.
Namun semakin lama Ruby tidak hanya memijat tubuh suaminya saja, perlahan tangan nakal Ruby itu memijat tongkat sakti milik suaminya membuat Galen yang hampir terlelap kembali membuka matanya lebar-lebar.
"Kamu nakal, ya! Tapi, Kamu selalu tahu apa yang ku mau."
...----------------...
"Maafkan, aku. Aku tidak bermaksud mengusir mu." Skala tidak melepaskan Alinea, Bos tampan itu terus memeluk sekertaris kesayangannya. "Aku hanya kesal."
Alinea hanya diam saja tidak membalas ataupun melepaskan pelukan Skala. Wanita cantik itu membiarkan saja prianya mengeluarkan uneg-uneg yang dirasakannya. Setelah tak terdengar lagi ocehan Skala, Alinea mendongakkan wajahnya. Keduanya saling beradu tatapan dengan posisi Skala yang masih memeluk Alinea.
Perlahan Skala mencondongkan wajahnya lebih dekat dengan wajah wanitanya. Napas keduanya saling beradu karena jarak mereka yang hanya terpaut beberapa senti saja.
Cup
Bibir keduanya saling bertemu, merasa tidak ada penolakan dari wanitanya, Skala pun perlahan memagut bibir ranum itu penuh penghayatan. Pria itu semakin bersemangat saat Alinea membalas pagutannya.
Setelah beberapa menit saling berbagi rasa, keduanya melepaskan pagutannya. Mereka sama-sama tidak ingin melewati batasan, namun jika seperti ini terus khilaf bisa kapan saja terjadi.
Skala menyatukan keningnya dengan Alinea, keduanya bisa merasakan hembusan napas satu sama lain. "Aku dibutakan rasa cemburu. Aku takut kehilangan mu!" Skala berkata sangat lirih, namun ucapannya itu terdengar jelas di telinga Alinea, karena posisi mereka yang sangat dekat.
Alinea melerai pelukannya, wanita cantik itu menatap dalam pria tampan yang berdiri di hadapannya. "Cemburu?" Alinea memastikan jika pendengarannya tidak salah.
"Hmmmm... aku cemburu karena Kamu masih peduli dengan Galon air minum itu," ucap Skala. Mengingat mantan suami Alinea itu emosinya kembali meledak.
"Galon air minum?" Alinea semakin bingung dengan ucapan Skala.
"Ck! Galon air minum itu panggilan khusus buat mantan suamimu yang gak ada akhlak itu," tutur Skala.
Alinea menggelengkan kepalanya, wanita cantik itu merasa semakin kesini sifat Skala semakin mirip sekali dengan Abangnya. Contoh kecilnya saja suka mengganti nama orang seenaknya.
"Kenapa Kamu sangat mirip dengan Abang? Suka sekali mengganti nama orang seenaknya."
Skala mencebikkan bibirnya. Dia paling tidak suka disamakan dengan Orion. "Kenapa harus disamakan dengan Abang kamu, sih? Jelas-jelas aku lebih tampan dan berkharisma," ucapnya penuh percaya diri.
"Tuh, kan? Narsisnya aja sama." Alinea terkekeh melihat Skala yang semakin cemberut. "Tadi Kakak bilang, Kakak cemburu karena aku masih peduli sama Mas Galen, kapan aku peduli sama Mas Galen?"
Alinea merasa tidak ada sikapnya yang masih memperdulikan mantan suaminya. Jika pun ada, itu murni karena rasa kemanusiaan saja, bukan karena dirinya masih mengharapkan cinta mntan suaminya.
"Pertama, waktu di tempat project. Kamu membantu Dia yang nyaris terhuyung. Harusnya kamu biarkan saja pria gak berguna itu jatuh." Mengingat kembali kejadian itu membuat kepala Skala rasanya ingin pecah karena terbakar rasa cemburunya. Apalagi saat Alinea dan Galen saling beradu tatapan, ingin rasanya Skala mencongkel bola mata mantan suami Alinea itu.
"Itu cuma kebetulan saja, karena aku berada di dekat Mas Galen. Andai yang terhuyung bukan Mas Galen pun aku akan membantunya."
Skala menggelengkan kepalanya tidak terima dengan apapun alasan Alinea. "Itu bukan alasan, Al. Kalau Kamu cuma niat membantunya, Kamu tidak akan menatapnya seperti itu."
Skala melihat tatapan Alinea pada Galen seperti masih menyiratkan rasa cinta yang begitu dalam. Alinea seperti masih mengharapkan cinta Diksi Galenio.
"Menurut Kamu, apa ada seorang wanita yang masih mengharapkan pria yang mengkhianatinya? Apa aku sebodoh itu masih mengharapkan pria yang aku lihat dengan mata kepalaku sendiri bermain gila dengan wanita lain?"
Skala melebarkan bola matanya. Dia sangat terkejut mendengar kalimat terakhir yang Alinea ucapkan. "Jadi, Kamu melihat Galon air minum sedang anu dengan si model ani-ani itu?"
Alinea menganggukan kepalanya. Namun tidak ada lagi perasaan marah seperti sebelumnya saat Alinea mengingat kejadian itu. Mungkin karena hatinya sudah ikhlas melepaskan Galen sepenuhnya. Alinea benar-benar menyadari jika mencintai Galen hanyalah kebodohannya saja.
"Hmmm... aku melihatnya."
"Apakah miliknya besar? Tapi, pasti tidak segagah milikku," ucap Skala ambigu.
Plak
"Dasar mesum!"
"Hahaaaa... haha..." Skala tertawa melihat wajah Alinea yang memerah seperti kepiting rebus. "Tapi ada satu hal lagi yang membuatku kesal," ucapnya setelah menghentikan tawanya. Skala menatap Alinea dengan wajah seriusnya.
"Apa?"
𝘛𝘰 𝘉𝘦 𝘊𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥
👍❤🌹🙏
tuh denger apa kata babang skala awas nyesel looh 🤭🤭👍❤🌹🙏