Balqis Azzahra Naura atau akrab di sapa Balqis, terpaksa menerima tawaran gila dari seorang pria beristri yang juga CEO di perusahaan tempat dia bekerja sebagai sekretaris. Faaris Zhafran Al-Ghifari, CEO yang diam-diam menyukai sekretaris nya sendiri, saat dia tau gadis itu butuh uang yang tak sedikit, dia memanfaatkan situasi dan membuat gadis itu tak bisa menolak tawaran nya. Tapi setelah melewati malam panas bersama, Faaris menjadi terobsesi dengan Balqis hingga membuat sekretaris nya merangkap juga menjadi pemuas nya. Tapi suatu hal yang tak terduga terjadi, Elma pergi untuk selamanya dan membuat Faaris menyesal karena telah menduakan cinta sang istri. tanpa dia tau kalau Elma dan Balqis memiliki sebuah rahasia yang membuat nya rela menjadi pemuas pria itu. Saat itu juga, Balqis selalu datang memberi semangat untuk Faaris, selalu ada saat pria itu terpuruk membuat Faaris perlahan mulai mencintai Balqis dengan tulus, bukan hanya sekedar nafsu semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rha Anatasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
Balqis berjalan gontai keluar dari ruangan dokter itu, mata nya sembab karena terlalu banyak menangis, di kantor, di rumah sakit juga dia terus menangis.
Dia memeriksa ponsel nya, ada beberapa pesan dari Faaris tapi dia tak peduli dan tak membaca nya, bahkan membuka nya pun tidak.
"Jam 10, pantesan udah lapar."
Gumam balqis sambil mengusap perut nya yang sudah keroncongan. Sudah sangat terlambat untuk makan malam.
Balqis pergi ke depan rumah sakit, disana ada cafe. Sebenarnya dia malas ke cafe itu, dia ingat saat bertemu dengan Faaris malam itu untuk meminta bantuan, tapi yang terjadi sungguh di luar dugaan, dia malah bermalam dengan Faaris hari itu.
Dia masuk ke dalam cafe dan duduk di kursi dekat jendela, kursi yang sama dia duduki saat lewat waktu makan malam.
Iseng, Balqis mengscroll media sosial nya. Tapi yang muncul pertama adalah akun media sosial Faaris, pria itu memposting foto seorang wanita yang nampak kurus tapi senyum nya terlihat sangat tulus dengan caption, 'My Universe' juga emoticon cium dan love berwarna merah.
"Jadi ini Nyonya Elma ? Kurus sekali." Ucap Balqis, dia mengusap slide foto itu. Ada foto kebersamaan mereka dulu, saat Elma masih sehat.
"Ya ampun, dua foto ini adalah orang yang sama tapi seperti berbeda, apalagi Nyonya Elma ." Gumam balqis. Elma yang dulu cantik bak model internasional, tapi Elma yang saat ini nampak berbeda, kurus sekali. Faaris juga terlihat berbeda, dulu wajah nya halus tanpa bulu, tapi sekarang pria itu berewokan.
"Tapi Tuan Faaris lebih keliatan dewasa kalo berewokan sih."
"Haisshhh, astaga. Kenapa aku ini? Otak ku seperti nya terkontaminasi sesuatu." Ucap Balqis sambil menepuk kepala nya.
Tak lama, makanan yang di pesan Balqis datang dan Balqis langsung memakan nya dengan lahap karena perut nya sudah keroncongan sejak tadi.
"Enak juga, tapi kurang pedes rabboki nya."
Tanpa perempuan itu sadari, ada seseorang yang mengambil foto nya sedang makan dan mengirimkan nya pada atasan nya. Siapa lagi, kalau bukan orang suruhan Faaris.
Pria itu sudah curiga dengan kedatangan Vander, dia merasa ada yang tak beres dengan pemuda itu, jadi dia mengerahkan beberapa anak buah nya untuk mengikuti Balqis dari kejauhan agar tak memancing kecurigaan perempuan itu.
Tringg...
Faaris yang sedang minum kopi di balkon kamar nya langsung membuka chat dari anak buah suruhan nya.
"Nona Balqis sedang makan di cafe depan rumah sakit tuan, sendirian." Isi pesan nya, membuat Faaris tersenyum. Balqis cantik bahkan sedang makan sekali pun.
Tapi foto berikut nya membuat Faaris marah, tangan nya terkepal, bahkan urat-urat tangan nya tampak menonjol, menandakan pria itu sedang marah.
"Sialan, sudah ku peringatkan agar jangan mendekati Balqis ku, keras kepala!" Umpat Faaris, dia merasakan hati nya terbakar saat melihat Balqis di peluk oleh dokter muda itu.
Faaris mengambil minuman nya dan menenggak nya hingga tandas, dia benar-benar di landa api cemburu yang membara.
Setelah makan, Balqis kembali ke rumah sakit, malam ini dia akan tidur di ruangan rawat ibu nya. balqy membuka pintu dengan perlahan lalu menutup nya kembali, Balqis duduk di kursi dekat brankar ibu nya.
"Ibu, Balqis kangen sama Ibu. Ibu denger Balqis kan? Bangun lah Bu, temenin Balqis." Ucap balqy, dia menggenggam erat tangan kurus ibu nya, mengusap nya dan mengecup nya dengan lembut.
Tiba-tiba saja air mata Ibu Fatma menetes, membuat Balqis senang bukan main dan langsung menekan tombol darurat. Tak lama, dokter Ilham datang dengan setengah berlari.
"Ada apa Nona?"
"Ibu saya menangis, dok. Itu tanda nya ada perkembangan kan?" Tanya Balqis dengan antusias.
"Ini suatu perkembangan yang baik Nona. Teruslah ajak Ibu Nona bicara, berinteraksi agar alam bawah sadar nya mendorong nya agar sadar."
"Berarti ibu saya masih koma?"
"Iya Nona, ibu anda memang koma tapi beliau bisa mendengar apapun yang anda bicarakan." Jelas dokter Ilham , membuat Balqis lemas. Dia pikir ibu nya akan bangun, tapi ternyata masih belum.
"Bersabarlah Nona, semua pasti akan membaik."
"Terimakasih dok, maaf membuat anda kemari malam-malam."
"Tak apa Nona, sudah tugas saya dan kebetulan saya sedang shift malam." Jawab Dokter Ilham .
"Saya permisi, selamat beristirahat Nona." Balqis mengangguk, dan dokter itu pun pergi dari ruangan rawat ibu Balqis.
Balqis duduk di kursi dan tak lama dia tertidur karena tak tahan dengan rasa kantuk yang sudah melanda kedua mata nya.
Pagi harinya, Faaris datang ke rumah sakit. Penampilan nya jauh lebih rapih dari biasanya, setelan jas hitam, sepatu mengkilat, yang berbeda adalah rambut Faaris yang biasa nya hitam, kini berganti menjadi coklat kemerahan. Faaris masuk ke dalam ruangan rawat ibu Fatma, dia yakin sekretaris nya itu ada di dalam sana.
Dia melihat Balqis masih tertidur sambil duduk, kepala nya menelungkup dengan rambut acak-acakan. Faaris mendekat dan merapikan rambut Balqis, menyelipkan nya ke belakang telinga, tapi itu membuat tidur Balqis terganggu dan malah terbangun.
"Tuan.."
"Ya, selamat pagi Balqis ku." Jawab Faaris datar.
"Sepagi ini sudah disini tuan?"
"Memang nya kenapa? Apa kau merasa tak bebas berduaan dengan dokter genit itu, Balqis?" Tanya Faaris.
"Maksud anda?"
"Kemarin kau berpelukan dengan nya kan?" Tanya Faaris dengan tatapan tajam nya.
"Berpelukan? Tidak tuan, itu salah paham." Faaris menarik tangan Balqis, membawa nya ke dalam kamar mandi dan mengunci nya dari dalam.
"Jelaskan!"
"Kemarin kondisi Ibu memburuk Tuan, dia hanya memberikan sandaran pada saya."
"Cihh, harus nya kau menolak saat dokter itu memeluk mu Balqis! Kau tak habis-habisnya membuat aku cemburu."
"Tuan, tolong jangan begini." Ucap Balqis saat Faaris mulai mengikis jarak, tapi posisi nya sudah membentur tembok.
"Kenapa? Kau suka saat dokter itu memeluk mu, tapi kau menolak saat aku yang mendekat?"
"Setidaknya dokter itu bukan pria beristri." Jawab Balqis.
"Lalu, kalau aku pria beristri memang nya kenapa? Ada yang salah?"
"Maaf, sebaiknya tuan pergi." Usir Balqis.
"Tidak, aku takkan pergi sebelum kau meminta maaf padaku."
"Maaf? Untuk apa?"
"Untuk perbuatan mu kemarin yang membuat aku kebakaran api cemburu!" Ucap Faaris. Dia mengungkung Balqis di tembok dan menahan nya dengan kedua tangan.
"Bagaimana bisa saya minta maaf tanpa tau kesalahan saya."
"Cepatlah, atau kau ingin aku hukum?"
"Baiklah, saya minta maaf telah membuat anda cemburu, Tuan." Ucap Balqis, membuat senyum di bibir Faaris terbit seketika.
"Gadis pintar kesayangan ku, hari ini kau bekerja?" Tanya Faaris sambil memainkan anak rambut Balqis, memutar nya dengan jari nya.
"Haruskah? Saya merasa tidak enak badan hari ini."
"Tapi aku membutuhkan mu, Balqis. Apa kau tak meminum pil kontrasepsi?"
"Memang nya kenapa Tuan?" Tanya Balqis, pria itu merengkuh pinggang Balqis agar semakin dekat dengan nya.
"Aku akan sangat marah kalau kau meminum pil semacam itu, kau tau aku sangat ingin punya anak dan kau bisa memberikan nya."
"Tapi tuan, saya sudah bilang saya tak mau." Jawab Balqis lirih.
"Karena status? Kau bisa menjadi istri kedua Balqis, aku tak mungkin menceraikan Elma sekarang apalagi dengan kondisi nya saat ini."
"Saya tidak mau tuan, maaf silahkan cari yang lain saja."
"Tidak dan tidak akan pernah, aku sudah memilih mu untuk mengandung anak ku!" Tegas Faaris.
"Jangan egois Tuan, pikirkan perasaan ibu saya juga. Jangan seenaknya!'
"Aku egois? Ya aku memang egois Balqis,"
Balqis mendengus, dia bersiap keluar dari kamar mandi tapi tangan Faaris cepat menarik pinggang Balqis, membuat perempuan itu menabrak dada bidang nya.
"Kamu boleh cuti hari ini, tapi beri vitamin dulu."
"Vitamin apa? Saya bukan dokter atau ilmuan yang bisa membuat vitamin." Jawab Balqis polos. Faaris menjawab nya dengan tindakan, dia menyambar bibir ranum kemerahan Balqis, melumat nya dengan nikmat.
"Bisa membalas ciuman ku, Honey?" Balqis memerah, tak salah Faaris memanggil nya Honey?
"Balas oke?" Ucap Faaris lagi dan entah kenapa, Balqis malah menganggukan kepala nya.
Faaris kembali melabuhkan ciuman basah nya, bahkan menyusup kan bibir nya membuat ciuman itu semakin dalam dan bergairah. Faaris membelai lembut pantat Balqis, meremas nya lalu mengangkat sebelah kaki perempuan itu.
Balqis juga mulai aktif membalas ciuman Faaris, melupakan sejenak kalau Faaris itu suami orang. Tapi nafsu memang bisa membuat akal sehat berhenti berfungsi.
Faaris berpindah ke leher Balqis, mengecup dan menyesap nya dengan kuat hingga meninggalkan bekas kemerahan yang mewarnai leher putih itu.
"Eemmhhh..." Balqis melenguh pelan saat Faaris menggigiti leher nya, sensasi nya membuat darah nya berdesir.
"Tuan.." Panggil Balqis lirih.
"Kenapa?"
"Apa sudah cukup vitamin nya? Nanti anda kesiangan." Peringat Balqis dengan nafas ngos-ngosan.
"Kantor itu milik ku, aku Bos nya." Jawab Faaris lalu kembali memulai permainan nya, dia menaikan blouse Balqis dan membuka pengait bra Balqis, dia menatap sejenak buah kenyal yang indah terpampang nyata di depan nya, begitu menggoda untuk di lahap, apalagi puncak nya yang kemerahan itu begitu menantang untuk di jelajahi.
Faaris melahap puncak gunung kembar itu dengan nikmat nya, membuat Balqis bergerak tak karuan apalagi sebelah kaki nya yang masih di angkat oleh Faaris.
Krieett..
Suara pintu terbuka membuat Faaris menghentikan sejenak kegiatan nikmat nya dan saling menatap dengan Balqis.
"Tak ada orang, kemana Balqis? Mungkin sudah pergi bekerja." Terdengar suara gumaman dari luar kamar mandi.
"Siapa?" Bisik Faaris pada Balqis.
"Dokter Ilham , Tuan. Sebaiknya kita sudahi ya?"
Faaris menggeleng, dia malah tersenyum menyeringai ke arah Balqis yang sudah memucat.
'Ohh No, tak mungkin pria ini akan melakukan nya disini dan di luar sedang ada dokter Ilham kan?'
Tapi benar saja, Faaris malah menyibak rok span Balqis dan menurunkan segitiga perempuan itu, menurunkan nya sedikit dan memainkan benda kecil di tengah-tengah irisan daging itu. Mulut Faaris juga kembali bermain di puncak gunung kenyal Balqis.
"Uhhh..." Balqis refleks melenguh, dia segera menutup mulut nya dengan tangan. Khawatir kalau dokter Ilham mendengar suara nya.
"Balqis? Kau di dalam sana?"
'Sial, pria ini semakin tak terkendali.' Batin Balqis merutuki kelakuan Faaris yang seenaknya, tapi bodoh nya dia malah menikmatinya.
Terdengar suara derap langkah kaki mendekat ke arah kamar mandi dan memutar handle pintu, Balqis memejamkan mata nya dia takut terciduk sedang melakukan hal tak layak di rumah sakit mana di kamar mandi lagi, tapi Faaris sama sekali tidak terganggu, masih tetap dengan kegiatan nya menyusu di dada Balqis.
Beruntung saja pintu kamar mandi itu sudah di kunci oleh Faaris tadi, jadi Balqis merasa sedikit aman.
"Balqis kau di dalam? Bersuara lah kalau ada di dalam!" Balqis bersiap menjawab pertanyaan dokter Ilham, tapi Faaris buru-buru membungkam bibir Balqis dengan ciuman memabukkan.
"Mungkin hanya perasaan ku saja, sebaiknya aku cepat memeriksa keadaan Ibu Fatma dan keluar." Gumam nya lalu pergi menjauh, dan tak lama terdengar suara pintu tertutup. Balqis refleks mengusap dada nya, saat ini dia aman. Tapi dia lupa kalau pria di depan nya adalah ancaman terbesar saat ini. Sudah jelas ini akan jadi tragedi kamar mandi part 2.