NovelToon NovelToon
Suami Pilihan Ayah

Suami Pilihan Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta setelah menikah / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Siti Masrifah

zayn malik seorang mahasiswa di salah satu universitas ternama di kota bandung . lelaki yg kerap di panggil malik itu harus menikahi seorang gadis SMA yg masih suka main-main dan sulit di atur.
kalau bukan karena permintaan terakhir Sang ayah , gadis yg bernama zahartunnissa tidak akan menerima perjodohan dengan seorang lelaki yg tidak ia sukai.
akan kah keduanya sama-sama bertahan atas pernikahan ini?
gimana cerita selanjutnya? yuk baca kisah nya di novel ku ini ya, selamat membaca 🤗🤗

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Masrifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 28

"Zah, lo mau lagi? "

" Engga usah kak. Gue udah kenyang"

"Di gadoin, engga usah makan pake nasi lagi" Sahut malik.

"Nih, lik. Lo suka paha ayam kan? " Lagi, zaidan menaruh paha ayam di depan malik. Masih mencoba mendapatkan perhatian teman kecilnya itu.

Malik mengambil dan menyimpan paha ayam itu di tempat Zahra. Semua orang malah kembali hening karena zaidan dan malik. Zahra mau menolah, tapi tidak enak juga karena suasana sudah mulai tidak nyaman semenjak kehadiran zaidan, jadi ia memilih memakan paha ayam tersebut.

" Makasih, kak zaidan " Serunya pada zaidan.

" Eh, gausah manggil gue kakak" Sahut zaidan.

" Ke si malik, dia manggil kakak juga, ke kita juga manggilnya kakak juga" Sambung syahrul.

" Oh gitu ya " Zaidan terkekeh.

" Eh tapi, lik. Zahra itu sepupu dari siapa? Om zafar atau tante aisyah? Setau gue dari kita kecil gue engga pernah liat zahra"

Semua orang sontak saling menoleh, benar juga teman kecilnya malik adalah zaidan. Tidak mungkin zaidan tidak tahu kepada sepupu malik, secara zaidan sering sekali menginap di rumah malik dari kecil sampai SMA.

Malik terdiam, begitu pula dengan Zahra.

" Aku sepupu jauh, kak" Sahut Zahra.

"Sekolah dimana? "

"Bandung xxxx"sahut Zahra.

" Pindahan? " Tanya zaidan dengan menaikan alisnya.

"Bukan pindahan, dari kecil di sini, satu kota, tapi keluarga gue engga tau kalau ayah Zahra tinggal di sini. Kita lost contact lama, baru ketemu lagi beberapa bulan lalu" Sahut malik yang sedari tadi berpikir keras mencari alasan.

" Oh gitu, pantes aja kita engga kenal dari kecil"

" Hehe iya, kak zaidan ".

Saking fokus nya mendengarkan obrolan mereka, aken sampai membiarkan sayap ayam di mulutnya belum terkunyah.

Selesai makan mereka kembali ke warung bi ijah hanya untuk mengobrol sebelum pulang. Ponsel Zahra bergetar, ia membuka pesa masuk dari rival yang mengirim foto rival tengah latihan basket, Zahra pun membalas.

"Semangat val"

Rival kembali membalas.

" Zah lagi apa? Pap dong"

Zahra bergeming, bagaimana bisa ia mengirim foto dirinya di saat seperti ini, banyak teman-temanya malik. Akhirnya Zahra beralasan.

"Nanti ya, lagi kumpul keluarga sama sodara ibu"

Rival kembali membalas.

" Ya udah, kalau gitu aku latihan dulu ya"

"Iya"

Bi ijah tersenyum haru melihat ke kompakan mereka apalagi sekarang ada zaidan, walaupun malik masih enggan berbicara dengan zaidan, tapi itu bukan masalah besar lagi, zaidan sudah di terima oleh malik makan bersama saja sudah lebih dari cukup.

Bi ijah berdiri dari duduknya.

" Perhatian-perhatian . . Bi ijah mau bicara sebentar "

Semua orang seketika berhenti berbicara dan menoleh menatap bi ijah. Bi ijah tersenyum.

" Pertama-tama... Bibi mau ucapin banyak terimakasih buat kalian semua yang sudah nyumbangin dana buat warung bibi." Mata bi ijah mulai berkaca-kaca. Yang lain tersenyum.

" Bibi engga tau, a-apa yang bikin kalian teh bisa sayang sama bibi, padahal bibi cuman tukang warung " Bi ijah mulai menangis, ia menyeka air matanya sambil terus berbicara.

"Bibi seneng ngeliat pertemanan kalian yang awet banget. Bibi seneng kalian punya temen kaya malik yang bisa ngenalin teman SMA sama temen kampusnya, jadi warung bibi makin rame".

Zahra tersenyum haru melihatnya.

" Sekali lagi makasih buat kalian yang nyumbangin dana buat warung bibi sampe sekarang warung bibi makin bagus. Semoga Allah swt mengganti berkali-kali lipat rezeki yang kalian keluarin buat warung bibi."

"Aamiin bi" Mereka menjawab serempak.

" Kami juga mau bilang makasih, karena Senakal-nakalnya kami dari zaman SMA, bibi engga pernah ngusir kami dari warung ini" Ucap malik.

" Ya, warung ini udah kami anggap markas sendiri. Sering juga kami ribut di sini, bibi malah sabar banget ngadepin kami, yang sakit bantu di obatin, yang marah bantu di tenangin. "Dion mengacungkan jempolnya membuat gelak tawa dari mereka semua.

"Semoga yang marahan cepat akur, itu doa terakhir dari bibi" Ucap bi ijah menyindir malik dan zaidan membuat zaidan diam-diam menatap ke arah malik sambil tersenyum tapi malik tidak menatapnya sama sekali. Semua orang juga tahu bibi sedang menyindir siapa, jadi mereka menatap bergantian zaidan dan malik.

Satu jam lebih setelah mereka makan, akhirnya mereka semua pulang . Di perjalanan Zahra kembali memeluk malik karena cuaca yang sangat panas dan malik mengatakan hendak melajukan motornya lebih cepat agar lebih cepat sampai rumah.

Rival tidak latihan basket di sekolah, melainkan di sebuah taman yang cukup luas dengan banyaknya tempat olahraga di sana, selain ada tempat untuk bermain basket, ada juga lapangan voli, lapangan futsal, tempat joging.

" Eh, gue beli air dulu ya" Seru rival pada teman-temanya yang lain. Mereka mengacungkan jempolnya sebagai jawaban.

Tapi ketika ia tengah membeli beberapa minuman di pinggir jalan, ia tak sengaja melihat sebuah motor melintas, rival membalikan badannya, ia merasa kenal dengan motor itu juga gadis yang duduk di belakang nya, karena motor tersebut melintas cukup cepat membuat rival hanya bisa menatap punggung gadis itu saja.

" Zahra? " Rival mengerutkan dahinya. Mencoba berpikir apa yang tadi itu Zahra atau bukan, tapi Zahra sendiri mengatakan sedang kumpul keluarga.

Sesampainya di rumah, Zahra dan malik menjatuhkan tubuhnya di sofa, rasa panasnya hilang seketika ketika masuk rumah dan merasakan AC yang dingin di rumahnya.

" Ah... Enak banget" Seru gadis itu duduk bersandar di kursi merasakan dinginya AC.

"Gila, panas banget ya kak hari ini. Tapi gue seneng sih bisa kenal sama teman-teman li, mereka seru. Kapan-kapan ajak gue lagi ya kak".

Malik menarik ujung bibirnya tersenyum.

" Oke"

Sementara itu rival kembali bermain basket. Ia memantapkan benaknya kalau ia salah lihat, yang tadi pasti bukan Zahra . Rival merasa ia paling tahu bagaimana karakter Zahra, Zahra tidak pernah berbohong.

Ketika ia bermain basket, matanya mendapati sosok salma yang duduk di salah satu kursi menonton rival latihan bersama teman-temanya.

" Val... " Salma berteriak sambil melambaikan tangan dengan tersenyum. Rival menoleh dan balik melambaikan tangan , rival cukup akrab dengan kedua sahabat nya itu.

Salma mengeluarkan ponselnya dan dengan semangat ia memotret rival dari kejauhan. Senyuman mengembang di bibir gadis itu.

Salma berhasil mengambil foto rival yang tengah mendrible bola basket dan berhasil mengambil foto rival yang tengah melakukan bola ke ring sambil meloncat.

" Waaah... Hebatnya " Seru Salma lalu bertepuk tangan.

Setelah latihan rival menghampiri salma.

" Hei sal. Lo di sini sama siapa? "

"Ngapain? " Tanya rival

" Um, bosen aja di rumah, jadi kesini, eh malah ngeliat lo main basket. Oh iya, gue belum ngucapin selamat buat lo jadi kapten basket yang baru. Selamat ya val" Salma mengulurkan tangannya.

" Makasih sal" Rival menerima uluran tangan Salma.

" Udah sore juga lo pulang sama siapa? "

"Gue naik angkot, soalnya ke sini naik angkot juga tadi "

" Oh ya udah bareng gue aja"

Salma menggeleng.

"Gue sendiri"sahut salma berdiri dari duduknya.

"Gue engga enak ngerepotin lo"

"Apaan sih, engga ngerepotin juga, lagian lo sahabat nya Zahra juga" Sahut rival

" Ya udah yu"

Dengan tersenyum salma mengikuti rival, mereka berjalan menuju motor rival.

" Oh iya gue cuman bawa helm satu"

"Engga apa-apa ke rumah gue jarang ada polisi kok"

Rival naik ke motornya, memakai helm dan menyalakan mesin motornya. Salma pun naik dan mereka pun pulang bersama dari taman.

" Val" Teriak Salma parau suaranya hampir tenggelam di bisingnya jalanan.

" Apa? " Sahut rival

" Anterin gue ke mall bentar boleh ga? Gue mau beli mukena buat hadiah nyokap"

" Sekarang nih? "

" Iya, kalau lo engga sibuk. Kalau sibuk engga apa-apa gue sendiri aja, turunin gue di depan nati"

" Ya udah gue anterin"

Salma mengulas senyum di wajahnya dan motor pun berbelok ke kanan menuju salah satu mall .

1
Diana
Menghidupkan imajinasi
Sagara Sanosuke
Sekali baca, rasanya nggak cukup! Update dong, thor! 👀
Siti Masrifah: nanti malam ya kak setiap jam 8 , makasih udah mampir 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!