Sekuel Touch Me, Hubby
🍁🍁
Perjodohan karena hutang budi, membuat Sherinda Agastya, gadis cantik dan sedikit ceroboh itu terpaksa menerima pernikahan yang tidak dia inginkan sama sekali. Parahnya lagi orang yang dijodohkan dengannya merupakan kakak kelasnya sendiri.
Lantas, bagaimana kehidupan mereka setelah menikah? Sedangkan Arghani Natakara Bagaskara yang merupakan ketua Osis di sekolahnya tersebut sudah memiliki kekasih.
Bagaimana lanjutan kisah mereka? Baca yuk!
Fb : Lee Yuta
IG : lee_yuta9
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehujanan
Bab. 26
"Kenapa juga aku nerima-nerima aja pas dijodohin sama dia. Kalau tau sikapnya kayak gini, udah ogah banget. Bukannya dilindungi, ini malah dicuekin. Mending nikah sama giri baru itu aja kali, ya."
Rinda masih tetap saja mengomel tidak jelas.
Kemudian gadis itu memilih untuk mendekati motornya. Memakai helm yang sempat dia lepas, lalu berniat untuk menerobos derasnya hujan. Sebelum itu, Rinda menaruh tasnya di dalam jok motor. Beruntung ukuran jok motornya tersebut muat untuk menyimpan tasnya agar komik yang baru dia beli aman berserta barang lainnya.
"Oke, Rinda. Waktunya menikmati hidup lo. Abaikan orang yang melihat atau membicarakan lo di samping. Karena kalo dari belakang cuma keliatan talinya doang. Anggap aja lo sedang di pantai. Jadi, kalaupun nanti terlihat, itu masih mending daripada yang segitiganya keliatan," ujar Rinda pada dirinya sendiri. Meyakinkan diri sebelum benar-benar menerobos derasnya hujan.
Mungkin akan banyak mata yang menatap ke arahnya. Namun, ia tidak mungkin berteduh di bawah pohon dalam waktu lama. Toh, bajunya juga mulai basah.
Setelah mantap, Rinda pun menyalakan mesin motor dan bersiap untuk pulang. Melawan hujan yang semakin deras, serta pandangan yang juga tidak jelas.
Sesuai dugaan, dia menjadi pusat perhatian. Tetapi Rinda masih beruntung. Karena hari ini tidak mengenakan seragam putih abunya. Dia sedang memakai seragam almamater sekolah yang berwarna biru dan ada gambaran batiknya sedikit. Batik itu sedikit menolong gambaran bulan di balik seragam Rinda kenakan.
Sesampainya di rumah, Rinda melihat ibu yang baru saja keluar dari rumahnya. Mungkin khawatir akan dirinya setelah menyadari jas hujannya yang ketinggalan.
"Sudah Ibu duga. Kamu past—"
"Bu ... kepala Rinda pusing. Ngomelnya nanti aja, ya?" potong Rinda cepat.
Entah apa karena hujannya yang begitu deras atau dia memang sedikit lelah, rasa-rasanya Rinda ingin segera masuk ke dalam rumah dan menyembunyikan diri di balik selimutnya.
"Loh, Ghani mana? Nggak pulang bareng?" tanya bu Mela yang tidak melihat keberadaan sang menantu.
Rinda menatap malas. Ada putri kandungnya yang tengah kedinginan, ibu malah khawatirin anaknya orang.
"Nggak tau. Dia tadi pulang duluan," jawab Rinda dengan nada kesal.
Tidak mau berdebat dalam keadaan seperti ini, Rinda memutuskan untuk masuk ke rumah dan segera mandi. Tubuhnya benar-benar tidak bersahabat kali ini.
"Rinda masuk dulu, Ma," pamit Rinda singkat. Berjalan melewati sang mama yang masih melihat ke arah pagar rumah.
Selesai mandi, Rinda langsung memakai baju santainya dan naik ke atas ranjang. Menyembunyikan tubuhnya di dalam selimut. Tanpa tahu jika di tempat lain ada seseorang yang kembali pada tempat Rinda berteduh tadi.
Orang itu tampak menoleh ke segala arah. Mencari keberadaan gadis yang ia tinggalkan di sini tadi. Namun, ia tidak mendapati sosok tersebut.
"Ck! Percuma gue beliin ini," ujarnya yang kemudian mengendarai motor sport nya lagi. Menuju ke rumah orang tuanya.
Ya. Itulah Ghani yang kembali lagi setelah membelikan jas hujan untuk Rinda.
Ghani sengaja pulang ke rumahnya karena ingin mengganti motornya dengan mobil. Sebelum itu ia menaruh motornya di bengkel langganannya untuk dicek kesiapan buat acara nanti malam.
"Loh, kenapa sendiri, Gha? Rindanya mana?" cecar mama Ayumna ketika Ghani melewati ruang tengah.
"Di rumah," jawab Ghani.
Kening mama Ayumna mengernyit. "Kenapa nggak kamu ajak ke sini aja? Kam udah waktunya pulang ke sini," protes mama Ayumna yang tidak sabar ingin menghabiskan waktu bersama menantunya itu.
Ghani menghela napas. "Ini Ghani mau mandi dulu, baru ganti mobil, Ma. Kalau bawa dia ke sini, yang ada kehujanan. Jadi sekalian nanti sore Ghani susulin," ujar Ghani membuat mama Ayumna tersenyum senang.
Setelah di pikir lagi, waktu tiga hari itu sangat lama menurut Ghani untuk menginap di rumah mertuanya. Kegiatannya jadi terbatas dan itu membuat Ghani tidak nyaman.
"Beneran ya, ajakin pulang ke sini? Mama sudah siapin kamar untuk kalian," balas mama Ayumna.
Ghani mengangkat satu alisnya. Agak curiga dengan apa yang barusan dikatakan oleh mamanya. Di tambah lagi melihat senyum mama yang tidak pudar sama sekali.