NovelToon NovelToon
Alastar

Alastar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Bita_Azzhr17

Alastar adalah sosok yang terperangkap dalam kisah kelam keluarga yang retak, di mana setiap harinya ia berjuang dengan perasaan hampa dan kecemasan yang datang tanpa bisa dihindari. Kehidupan rumah tangga yang penuh gejolak membuatnya merindukan kedamaian yang jarang datang. Namun, pertemuannya dengan Kayana, seorang gadis yang juga terjerat dalam kebisuan keluarganya yang penuh konflik, mengubah segalanya. Bersama-sama, mereka saling menguatkan, belajar untuk mengatasi luka batin dan trauma yang mengikat mereka, serta mencari cara untuk merangkai kembali harapan dalam hidup yang penuh ketidakpastian. Mereka menyadari bahwa meski keluarga mereka runtuh, mereka berdua masih bisa menciptakan kebahagiaan meski dalam sepi yang menyakitkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bita_Azzhr17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35. Jejak Hujan dan Rasa yang Tertinggal

Kayana duduk di pinggir trotoar dekat taman kota, kamera terarah ke langit malam yang mulai dipenuhi awan mendung. Lampu-lampu jalanan menyinari jalanan yang sepi, menciptakan cahaya samar yang memantul di permukaan aspal basah. Kayana merasa tenang, seolah dunia berhenti berputar sejenak saat ia fokus pada pemandangan malam yang ingin ia abadikan. Ia selalu merasa ada kedamaian di langit malam, meskipun terkadang mendung datang menghalangi keindahan yang ingin ia lihat.

Namun, ketenangan malam itu terganggu oleh suara yang cukup dekat, terdengar berbeda dari bisikan angin malam. "Kayana." Suara itu berat dan tegas, namun cukup jelas untuk membuatnya tersentak.

Ia menoleh, dan di sana, di balik keremangan, muncul sosok laki-laki yang dikenal dengan baik oleh Alastar, namun bagi Kayana, ia bukan siapa-siapa. Falleo. Dengan rambut yang sedikit acak-acakan dan senyum tipis di wajahnya, Falleo tampak seperti sosok yang tidak terlalu memaksakan dirinya untuk terlihat serius. Tapi Kayana tahu, di balik tawa dan kejenakaan itu, Falleo menyimpan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang selalu ia coba sembunyikan.

Kayana mengernyitkan dahi, lalu memandang langit kembali, mencoba menanggalkan rasa terkejutnya. "Lo kenapa di sini?" tanyanya, masih dengan suara datar, mencoba menghindar dari kenyataan yang tiba-tiba mengganggu.

Falleo berdiri agak jauh, matanya memandang Kayana dengan serius. "Malam ini hujan. Lo nggak lihat mendungnya?" Katanya, nadanya sedikit mengingatkan, meski tak bermaksud menggurui. "Gue khawatir, hujan bakal turun sebentar lagi. Lo nggak takut kehujanan?"

Kayana menoleh cepat, lalu melirik langit yang semakin gelap. Memang, awan itu menggulung begitu rapat, seperti menahan sesuatu yang ingin jatuh. Suara kendaraan yang melintas sudah mulai jarang terdengar, seolah kota ini sedang menunggu kedatangan hujan.

"Kenapa lo peduli?" Kayana balik bertanya, namun ada sedikit rasa risih yang mengalir. "Lo nggak perlu khawatir. Gue bisa pulang sendiri."

Falleo menatapnya dengan pandangan yang lebih serius. "Tapi nggak baik kalau lo tetap di sini. Malang ini bisa jadi lebih dingin dan basah, dan hujan datang lebih cepat daripada yang kita duga," kemudian Falleo mengulurkan satu tangannya, agar Kayana segera beranjak. "Ayo, gue antar pulang."

Kayana terdiam. Ia tahu, sebenarnya tidak ada alasan untuk menolak. Namun, ia merasa aneh menerima bantuan dari seseorang yang bukan temannya. Ia pun beranjak tanpa berniat meraih tangan Falleo. "Gue nggak butuh bantuan," jawabnya, meskipun suara itu tidak sekeras yang ia harapkan.

Falleo hanya mengangguk perlahan, kembali menarik tangannya, tetapi tak bergerak pergi. "Kalau lo tetap di sini, hujan pasti datang lebih cepat. Gue nggak mau lo sakit." Ada sesuatu yang lembut dalam kalimat itu, seolah lebih dari sekedar kata-kata peringatan biasa.

Kayana menatapnya sesaat, mencari jawaban, mencari alasan untuk menolaknya. Namun, tatapan mata Falleo yang tenang dan tidak terburu-buru itu membuatnya ragu. Akhirnya, dengan berat hati, ia mengalah. "Oke, kalau gitu," jawabnya pelan, sedikit menyesal karena tidak bisa menahan perasaan untuk tetap sendiri.

Falleo tersenyum kecil, sedikit lega. "Ayo, hujan nggak akan menunggu." Dengan gerakan cepat, ia berjalan menuju motor sport yang diparkir tak jauh dari sana.

Suara mesin motor itu terdengar garang saat dinyalakan, menyatu dengan gemuruh hujan yang semakin mendekat.

Kayana hanya memandang, tak ada kata-kata lagi. Ia berjalan perlahan menghampiri motor sport itu, langkahnya ragu, tapi akhirnya ia duduk di belakang Falleo. Hujan mulai turun, perlahan membasahi jalanan, mengukir jejak-jejak air di aspal yang semakin gelap.

Mereka melaju bersama di tengah hujan yang turun semakin deras, dan meskipun tak ada banyak percakapan di antara mereka, ada ketenangan yang hadir. Hujan membasahi mereka, namun Kayana merasa seakan tak ada lagi yang perlu ia khawatirkan, seiring mesin motor yang melaju, membawa mereka menjauh dari malam yang penuh kabut.

Falleo menatap wajah Kayana yang tertangkap di balik kaca spion motornya, dan dalam hati, ia berkata, “Alastar benar-benar bodoh, menolak kehadiran seseorang seistimewa ini".

****

Alastar berjalan melintasi halaman sekolah yang ramai dengan persiapan acara besar yang akan digelar malam nanti. Semua anggota OSIS dan MPK sibuk mempersiapkan segala sesuatunya. Sebagai ketua MPK, Alastar terlibat langsung dalam koordinasi acara, namun pikirannya tetap tertuju pada sesuatu yang mengganjal. Ia merasa ada yang tak biasa dengan apa yang didengarnya dari Barram, yang tak sengaja melihat Kayana dan Falleo keluar bersama semalam.

Langkahnya terhenti ketika ia melihat Falleo sedang berbicara dengan beberapa teman OSIS. Tanpa ragu, Alastar mendekat dan berdiri di depan Falleo, matanya langsung menatap tajam ke arah sahabatnya itu. Suasana sekitar terasa samar, seolah hanya mereka berdua yang ada di sana.

"Lo sama Kayana semalam kemana?" tanya Alastar, suaranya datar namun terkesan penuh curiga. "Keluar bareng?"

Falleo yang sedang menyiapkan peralatan acara, tersentak mendengar pertanyaan itu. Ia terkekeh pelan, mencoba menanggapi dengan santai meskipun ada rasa canggung di dalam dirinya.

"Iya, semalam kita sempat keluar bareng," jawab Falleo, berusaha tenang meski ia bisa merasakan ketegangan yang muncul. "Cuma ngobrol-ngobrol biasa."

Alastar masih memandangnya namun berubah tajam, tidak puas dengan jawaban yang diberikan. Sejak dulu, Kayana tidak pernah keluar dengan cowok lain kecuali dirinya. Ia mengenal Kayana lebih baik dari siapa pun, dan instingnya mengatakan bahwa ada yang tidak beres.

"Ngobrol?" Alastar mengulang kata itu, menekankan kata yang sama, seolah mencari celah dari jawaban Falleo. "Lo yakin cuma ngobrol? Kayana nggak gitu, Falleo. Dia nggak sembarangan keluar sama orang lain."

Falleo sedikit terdiam, mencoba memahami perasaan Alastar. Ia tahu betul hubungan antara Alastar dan Kayana tidak hanya sebatas teman. Meskipun demikian, ia merasa tidak perlu menjelaskan lebih jauh.

Namun, rasa tidak nyaman mulai menggelayuti pikirannya. Falleo akhirnya terkekeh kecil, lalu menjawab jujur. Setelah puas melihat reaksi Alastar. "Gue cuma nganter Kayana pulang," jawab Falleo sambil melirik Alastar. "Dia keluar sendirian, malam itu mendung, dan gue nggak sengaja ketemu dia. Jadi ya... gue anterin pulang."

Falleo memutar tubuhnya, menghadap Alastar sepenuhnya. Lalu menepuk bahu Alastar, "Tenang aja, Star," jawab Falleo dengan nada lebih ringan, berusaha meredakan ketegangan yang mulai terasa. "Selayaknya perasaan lo pada Frasha, gue juga udah nggak ada perasaan apa-apa sama Kayana."

Alastar tetap diam, masih tidak sepenuhnya percaya. Ada sesuatu yang lebih, sesuatu yang tak ia mengerti, dan itu membuatnya tidak tenang. Namun, sebelum ia bisa melontarkan pertanyaan lainnya, suara salah satu anak OSIS terdengar memanggil mereka.

"Alastar, Falleo, ayo bantuin nih! Persiapan acara tinggal sedikit lagi!" teriak Dina dari jauh, memecah ketegangan yang ada di antara mereka.

1
Metana
Moa nih
Metana
terlalu berat beban mental untuk anak remaja
Metana
Faldo bener juga ini bukan urusannya, tapi di satu sisi kesian juga kayana. Tu anak bisa metong.
Metana
Sumpah, susah banget namanya Gunuardan jadi belibet wkwkwk
Metana
Terharu jadinya, Terima kasih yah alastar sudah mau nemenin/Kiss/
Metana
Ingin rasanya masuk dan menusuk
erta
Saya suka ketegasan Frasha... lanjutkan Thor
Anonymous
Alastar kenapa sih hrs pusing² mikrin kayana terus
erta
singkat aja Thor, siapa yg jadi ubi?😆
aca
hmmm males Thor dr awal ne bagus kij jd kanaya ma alastar jd males
aca
dr awal kn uda bnr ma fasha hadeh np jd ma cwek sok polos kek kanya
aca
lebih suka frasa g kayak Kanaya dia kek munafik gt sok polos sok baik pdhl munafik
Robitasari
PU nya Alastar.
aca
peran utama siapa sih Thor frasa apa kanaya
aca
Kanaya tipe tipe gadis munafik
aca
frasa jangan serakah klo lu punya pcr ywda skg cmburu aneh lu
aca
nama nya bagus bagus
lgtfav
Barram sepertinya punya dendam kusumat sama Kayana😂
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Robitasari: Faldo kak😭🙏
total 2 replies
erta
lanjut thor
erta
👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!