NovelToon NovelToon
When The Heavy Rain Comes To You

When The Heavy Rain Comes To You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nanda Dwi

Lunar Paramitha Yudhistia yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi harus menerima kenyataan pahit bahwa ayahnya menikah lagi dengan rekan kerjanya. Ia tak terima akan hal tersebut namun tak bisa berbuat apa-apa.

Tak disangka-sangka, wanita yang menjadi istri muda sang Ayah menaruh dendam padanya. ia melakukan banyak hal untuk membuat Lunar menderita, hingga puncaknya ia berhasil membuat gadis itu diusir oleh ayahnya.

Hal itu membuatnya terpukul, ia berjalan tanpa arah dan tujuan di tengah derasnya hujan hingga seorang pria dengan sebuah payung hitam besar menghampirinya.

Kemudian pria itu memutuskan untuk membawa Lunar bersamanya.

Apa yang akan terjadi dengan mereka selanjutnya? Yuk, buruan baca!

Ig: @.reddisna

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nanda Dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 20: Everything Will Be Okay

Tatkala baskara tak lagi menampakkan sinarnya, berganti dengan lembayung senja. Burung-burung berkicau, saling bersahutan satu sama lain, terbang tinggi nan jauh di atas sana.

Balkon rumah bergaya eropa klasik itu menjadi salah satu tempat favoritku disini. Aku terduduk di sana, dengan secangkir kopi dan sebuah jurnal yang masih terbuka. Kenangan-kenangan indah tertulis dengan rapi di sana, tak sedikit juga kenangan buruk yang turut serta di dalamnya.

"Apa semuanya akan berjalan dengan baik?" kekhawatiran menyelimuti diriku, rasa itu terus tumbuh. Aku takut semuanya tak berjalan sesuai rencana. Semilir angin mulai berhembus, hawa dingin yang menusuk tulang menyapaku. Lagi dan lagi aku merasa sendiri. Jiwaku terombang-ambing dalam rasa takut dan kekhawatiran.

"Jangan khawatir, semuanya pasti akan berjalan dengan baik. Trust me, everything will be okay ..." suara berat itu menimpali ku. Aku menoleh ke belakang, pria tegap dengan manik hitam itu berdiri tepat di belakangku. Entah sejak kapan ia berdiri di sana, membawa sebuah majalah dengan kacamata yang bertengger di wajahnya.

Ia mulai mendekat, mengusap-usap bagian belakang kepalaku dengan lembut. Rasanya begitu nyaman, seluruh kekhawatiran yang menyelimuti raga ini seketika luruh. Tanpa ragu, aku menyenderkan kepalaku di bahunya.

"Terimakasih, kau selalu berhasil meyakinkan diriku bahwa semuanya akan baik-baik saja ..." aku menyibak rambutku, senyum kecil yang tulus ini ku persembahkan untuknya.

Ia memegang jemariku dengan lembut, aku dapat merasakan suhu tubuhnya yang dingin. "Aku akan selalu berada di sini, meyakinkan setiap langkah yang akan kau ambil," diciumnya jemari kecil nan ringkih ini dengan penuh kasih.

Di bawah lembayung jingga yang menyala, pandangan kami saling bertemu. Menunjukkan rasa yang sebelumnya belum pernah ada- sebuah cinta. Aku dapat merasakannya setiap kali manik hitam itu menatapku. Selalu teduh dan indah.

"Ayo masuk ke dalam, disini mulai dingin ..." ia memeluk dirinya sendiri, berlagak seolah-olah menggigil. Aku hanya tertawa kecil kemudian berdiri dari tempatku.

"Baiklah, ayo!" aku mengulurkan tanganku, menyambutnya untuk berdiri.

Ia menerima uluran tanganku. Aku mulai mengemasi barang-barang yang ku bawa sebelumnya, bahkan aku belum sempet menghabiskan kopinya. Kami berjalan beriringan menuju perapian, bermaksud menghangatkan badan setelah rasa dingin yang menusuk tulang menyerang.

Rupanya Bibi Chen dan Kak Hana sudah berada di sana sejak tadi. "Kemarilah sayang, bergabunglah bersama kami!" ajak Bibi Chen dengan lembut.

Tentu dengan senang hati aku akan menerima ajakannya, aku duduk di sela-sela mereka dan mulai merasakan hangatnya api dari kayu yang terbakar. "Hangatnyaa," aku memejamkan, merasakan nikmatnya kehangatan.

Kami duduk bersama di sana, mendengarkan Bibi Chen yang tengah bercerita mengenai masa muda. kami semua mendengarkan dengan seksama, banyak pelajaran yang bisa kuambil di sana.

"Aku tak pernah menyesali setiap hal yang kulakukan di masa mudaku, setiap langkah yang kuambil selalu penuh makna. Ayahku selalu membisikkan kalimat 'semuanya akan baik-baik saja' setiap kali aku merasa salah dalam mengambil langkah, itulah yang membuatku selalu merasa percaya diri dengan setiap keputusan yang kuambil. Kalian masih muda, lakukanlah apapun yang kalian suka. Jangan sampai menyesal di masa tua, percayalah pada diri kalian bahwa semuanya akan baik-baik saja ..." wanita paruh baya itu memperingatkan kami yang masih muda.

"Bibi Chen benar! Menghabiskan masa muda dengan hal yang kau suka itu benar-benar menakjubkan, walaupun terkadang realita tak selalu sesuai dengan ekspektasi," Kak Hana menimpali.

Aku mengulum senyum, apa yang mereka katakan memang benar. Selama ini aku menghabiskan masa mudaku untuk mendapatkan atensi dari seseorang yang bahkan tak pernah menghiraukan eksistensiku. Aku selalu berusaha menjadi kebanggaannya, namun semua sia-sia.

Selatan menatapku, sepertinya ia tahu apa yang sedang kupikirkan. Tangannya berayun tuk mengusap sorai panjangku sekaligus merapikannya. "Masih belum terlambat untuk menikmati semuanya. Jalanmu masih panjang gadis kecil ..." ucapnya sembari merapikan rambutku.

Bibi Chen mulai mengulurkan tangannya, mengusap-usap punggungku dengan lembut. "Yang Tuan katakan benar, kau harus hidup untuk dirimu sendiri mulai sekarang."

Aku menatap mereka bertiga, senyuman yang begitu tulus menghiasi wajah mereka. Oh astaga, aku benar-benar meleleh dibuatnya. Aku menjatuhkan diriku di pelukan Bibi Chen, di susul dengan Kak Hana yang tak mau kalah. Keduanya merengkuh tubuh mungil ini dengan begitu erat.

"Aku cinta kalian semua!" Kak Hana berseru, mengeratkan pelukannya.

"Kau ini ya, membuatku sesak saja!" Bibi Chen menarik kupingnya, membuat sang empu mengaduh kesakitan.

"Bibiii!" wajahnya seketika memelas, memohon belas kasih dari orang-orang yang ada di perapian. Memang dramatis.

Aku dan Selatan tertawa geli melihat tingkah lakunya, selalu ada saja yang bisa membuat kami tertawa. Dia benar-benar wanita penghibur di rumah ini, derap langkahnya seperti matahari yang akan selalu membawa sinar untuk kehidupan di bumi.

"Sayang, lihatlah Bibi Chen sudah tidak menyayangiku ..." ia mengadu, membenamkan wajahnya di punggungku dengan dramatis. Ternyata drama ini masih akan terus berlanjut.

Aku menoleh ke belakang, menatapnya dengan tatapan geli. "Berhentilah bertingkah seperti anak kecil, ingat kau sudah hampir tiga puluh!" aku menjauhkan tubuhnya dariku. Kemudian berpindah tempat duduk di belakang Selatan, mencari tempat berlindung yang aman.

"Kau ini benar-benar ya ..." Bibi Chen kembali angkat bicara, lagi-lagi ia menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat tingkah tak biasa dari Kak Hana.

Kak Hana mengerucutkan bibirnya, ia tak terima karena Bibi Chen lagi-lagi memarahinya. Bukannya iba Bibi Chen malah memegang mulutnya yang sudah maju lima centimeter itu. "Jangan membuatku kesal atau aku tidak akan menemanimu tidur!" keputusan terakhir keluar dari mulutnya, mengancam keberlangsungan hidup Kak Hana. Mereka benar-benar seperti ibu dan anak.

"Menyebalkan sekali! Selalu saja mengancamku dengan hal itu, sudah tahu aku paling tidak bisa tidur sendiri," gerutunya.

Lagi dan lagi aku tertawa melihat tingkahnya, ia benar-benar terlihat konyol. "Biarkan dia tidur sendiri Bibi, kau sudah besar bukan? Aku yang lebih muda saja tak takut untuk tidur sendiri," aku menimpali.

Ia menatapku. "Kau ini bukannya membelaku malah ikut memojokkan diriku, benar-benar menyebalkan!" ocehnya sembari membenarkan posisi duduknya.

"Wlee!" aku menjulurkan lidahku, mengejeknya.

"Kau ini ya!" api amarahnya mulai tersulut, di mengambil sebuah bantal kemudian melemparkannya kepadaku.

Duak!

Bantal itu tepat mengenai kepalaku, dia ingin berkelahi denganku ya? Aku mengambil banyal itu dan melemparkannya ke arah Kak Hana, "rasakan ini!" aku tak mau kalah.

"Wow, sepertinya kita harus pergi dari sini ..." Selatan pergi menjauh, ia dan Bibi Chen berdiri di sudut ruangan sembari melihat pertarungan kami.

Kami saling melempar bantal dan melontarkan kata-kata ejekan hingga membuat malam yang sepi itu menjadi riuh, suara teriakan dan lemparan bantal yang mengenai bareng-bareng lain menghiasi perapian.

1
Aksara_Dee
suka bacanya gimana dong...🩷🩷
Mampir juga di karyaku ya ka
Aksara_Dee
Karya yang bagus Kaka
Sylvia Rosyta
masih nyimak ceritanya
Reddisna: /Rose/
total 1 replies
Aiyub Umikalsum
tetap semangat semangat.
SnowDrop❄️
Wuiss,,, kata demi katanya tersusun dengan sangat sangat kerenn🦋
S.gultom
semangat Thor 🤛
Jihan Hwang
hai kak aku sudah mampir /Smile/
semangat terus
Momo🦀
Hai kak, aku mampir ya🤗 semangat ya
✿🅼🅴🅳🆄🆂🅰✿
hallo,semangat thor/Smile//Smile/
putribulan
aku mampir kak, semangat ya
Queen
semangat kakak 🔥🔥
seczzby
semngttt thorrr💗💗💗
Alta💕
Hai kakak, aku mampir dan🌹untuk kakak, kata-kata yang kakak tulis puitis😊
Momo🦀: hai kk makasih sudah mau meluangkan waktunya 🙏🙏 sukses terus kk🤗
🇷‌🇭‌: ak mampir untk kakak
total 3 replies
Little Sister
ditunggu episode selanjutnya 😉
Ellana_michelle
semangat kakk, jangan lupa mampir/Smile/
Reddisna: Terimakasih sudah mampir.
total 1 replies
☆☆D☆☆♡♡B☆☆♡♡
semangat🙏
Sylvia Rosyta
aku mampir kak 😊 semangat buat nulisnya 💪
Reddisna: Terima kasih sudah mampir.
total 1 replies
Aleana~✯
hai kak aku mampir....yuk mampir juga di novel'ku jika berkenan 😊
Reddisna: Terimakasih sudah mampir. 💓
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!