Novel ini merupakan lanjutan dari "susuk nyironggeng"
"Ampun Sari jangan,"Juragan Karta berlari keluar dari kamar,sedangkan perempuan yang bersama nya mengigil ketakutan,terlihat sosok penari ronggeng melayang mengejar Juragan Karta.
Sudah 10 tahun sejak peristiwa pembakaran yang menyebabkan kematian seorang penari ronggeng,kini desa itu sudah maju dan berganti nama menjadi desa sukamulya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JK Amelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepulangan Abah Harun
Siang itu di tempat ustadz Salim terlihat Abah sudah bersiap-siap untuk kembali kedaerahnya,disana sudah ada kang Jejen dan Kang Azam.
"Bah,tidak bisakah Abah tinggal didesa kami dulu,kami khawatir ada hal-hal yang buruk terjadi lagi?"ujar Kang Jejen.
"Sebenarnya aku ingin,tapi aku sudah janji sama seseorang,kasian dia terkena guna-guna perempuan,kasihan keluarganya sudah putus asa,dia sudah seperti orang gila."
"Oh,terus nanti kelanjutnya gimana Bah,"tanya Kang Azam.
"Makamnya udah aku segel,seharusnya aman,nanti 7 hari kedepan aku akan datang lagi menyempurnakannya,biar dia tenang dan tidak kembali menggangu lagi,kalian seringlah cek kesana sambil mendoakannya,aku khawatir ada orang yang sengaja membuka segel tersebut,makanya kenapa aku tidak ingin warga lain ikut,sudahlah,kalau ada apa-apa cepat kabari aku,"ujar Abah Harun.
"Pulang sekarang Bah?"kata kang Jejen.
"Iya,besok aku harus kesuatu tempat,oh yah Salim,apakah Mahmud datang kesini?"
"Loh tidak ada Wa,memang dia kemana?"ustadz salim terkejut mengetahui mahmud tidak bersama Abah Harun.
"Sudah 2 bulan dia pergi,entah kemana,aku pikir dia kesini menemuimu."
"Tidak ada Wa,coba nanti aku hubungi saudara yang lain,barangkali dia tinggal bersama mereka,"ujar Ustadz Salim.
"Sudah biarkan saja,aku sudah menghubungi yang lain,dia tidak bersama mereka,sudahlah aku pulang dulu,kalau ada apa-apa cepat kabari,ayo Jen,makasih semuanya dan kamu Azam harus berhati-hati,jaga anakmu dia punya keistimewaan,kelak bisa menolong orang,"setelah pamit Abah mengajak Kang Jejen segera berangkat.
Sementara ditempat Kades Jana,siang itu pak Komar dan Kades Jana sedang berbincang,sambil memperhatikan jago-jago pak Komar yang sedang dijemur.
Ketika mereka tengah asik berbincang,tiba-tiba Emaknya Sari datang menghampiri mereka.
"Komar bisa kita bicara sebentar."
"Iya Ceu,ada apa yah?"pak Komar bigung tiba-tiba saja emaknya Sari mengajaknya bicara,"apa ia tahu kejadian semalam yah,"pak Komar membatin.
"Kita bicara berdua saja,"Emaknya Sari melirik ke arah Jana.
"Oh silahkan Wa,saya juga mau kebalai desa,"mendapat lirikan seperti itu kades Jana segera pergi.
Setelah Kades Jana pergi Emaknya Sari duduk sambil mengutarakan maksudnya.
"Begini Komar,rencananya hari ini aku mau pulang kekampungku, aku mau menengok rumahku dulu,besok aku sudah balik kesini lagi dan aku juga mau minta maaf,aku sadar selama ini apa yang sudah kulakukan salah,aku tahu Sari lah yang salah,aku minta maaf kalau selama aku disini aku banyak menyusahkan kalian,siang ini juga aku akan kembali kekampungku."
Pak Komar terkejut sekaligus senang mendengar emaknya sari menyadari kesalahannya dan akan pulang kekampungnya.
"Kok mendadak Ceu,ada apa sebenarnya?"
"Tidak ada apa-apa,hanya tadi malam aku mimpi suamiku datang dan menyuruhku melihat rumahku dan meminta maaf pada kalian,dan dia juga menyuruhku meminta maaf sama kalian kalau sudah merepotkan."
"Sudahlah Ceu,aku tidak keberatan apa-apa,aku senang Ceu'Ceu disini."
"Kalau begitu aku permisi dulu,aku mau bersiap-siap,sekali lagi aku minta maaf."
"Silahkan Ceu,sudah tidak usah dipikirkan,saya senang akhirnya Ceu'ceu sadar,"terlihat wajah pak Komar penuh kelegaan melihat Emaknya Sari mau menyadari kesalahannya dan mau berubah.
Sore itu,setelah kepergian emaknya Sari,pak Komar dan Kades Jana duduk diteras membicarakan Emaknya Sari yang sudah sadar dan mau mengakui kesalahannya.
Mudah-mudahan Uwa Imas bener-bener sadar ya pak,"ujar Jana.
"Mudah-mudahan,tapi seperti ada yang menganjal dihati Bapak,apa ini cuma perasaan Bapak aja ya Jan?"
"Mungkin pak,sudahlah pak! Mungkin memang Uwa sudah sadar,"sahut Jana.
Pak Komar hanya mangut-mangut membenarkan ucapan Jana.
Senja pun mulai datang,terdengar suara adzan magrib berkumandang,orang-orang mulai masuk rumah,dan ada juga yang kemushola untuk melakukan sholat magrib berjamaah.
Namun disebuah rumah di dekat hutan,tampak Emaknya Sari sedang berbincang dengan seseorang.
"Gimana Mbah,apakah bisa?"
"Pasti bisa,saya Dukun paling sakti,apapun bisa saya lakukan.
"Iya Mbah,saya tidak rela mereka masih berkeliaran dengan bebas,saya tidak rela,saya ingin mereka merasakan apa yang saya rasakan."
"Sebenernya berat,tapi bisa,apa kamu membawa syarat-syarat yang aku minta?"
"Sudah Mbah?"
Emaknya Sari memberikan persyaratan yang diminta Dukun tersebut.
"Bagus,tapi harganya mahal,apakah kamu sudah menyiapkan bayarannya?"
Perempuan itu menyodorkan bungkusan dan setelah dibuka berisi perhiasaan.
"Apakah ini cukup mbah,kalau uang aku tidak punya,hanya ini yang aku punya,"ujar perempuan itu.
Melihat perhiasaan didepannya,Dukun itu lansung tersenyum senang.
"Bisa-bisa,sebenarnya susah,tapi karena aku kasian sama kamu aku bisa mengusahakannya."
"Terima kasih banyak Mbah,kalau begitu aku tidak salah datang kesini."
Lalu Dukun itu menata sesaji yang dibawa Emaknya Sari,dia meletakan kemenyan kedalam dupa pembakaran,kemudian mulutnya komat kamit.
"Ulurkan tanganmu,"sang dukun meminta Emaknya Sari menyodorkan tangannya diatas baskom berisi bunga tujuh rupa,setelah tangan itu terulur sang dukun mengambil pisau yang ada di dekatnya,disayatnya telapak tangan Emaknya Sari,darah mengucur dari telapak tangan Emaknya Sari.
"Akhhh..."Mbah sakit,"Emaknya berusaha menarik tangannya,tapi ditahan sang Dukun.
"Sabar,sedikit lagi,"setelah dirasa cukup,ia mengusap telapak tangan Emaknya Sari,seketika luka sayatan itu hilang.
Emaknya Sari melihat takjub melihat kearah telapak tanganya,ia sampai membolak-balikan telapak tangannya.
Setelah diberi mantra,tiba-tiba air didalam baskom bergolak,dan air itu seperti mendidih,setelah beberapa saat sang Dukun mencelupkan tangannya,ia seperti menangkap sesuatu.
"Dapat,"Dukun itu terseyum,dia membuka telapak tangannya,ada benang merah dan sebilah keris kecil.
"Bagaimana mbah."
"Sudah tenang saja,"sang dukun memasukan benda tersebut kekain hitam,setelah itu ia mengisi air bunga kedalam botol,"nih siram kesekeliling kuburan dan ini mantra yang harus kamu baca."
"Baik mbah terimakasih,ini waktunya kapan mbah?"
"Tengah malam,dan bawa juga ayam cemani,potong dan darahnya siram bersama air bunga ini,kalau tidak potong disini saja,kamu bawa darahnya siramkan bersama air kembang."
"Baik mbah," Emaknya Sari tersenyum,"sebentar lagi kamu bebas Sari,habisi semua orang yang telah menyakitimu."
Malam semakin merayap,terlihat sebuah motor berhenti di batas desa.
"Sudah Mang berhenti disini saja,sudah dekat kok."
"Loh Mak,ini udah malam,udah saya antar saja sampai di tempat."
"Enggak usah Mang,ini uangnya, kembaliannya ambil saja,dari batas desa ini sudah tidak jauh lagi,udah Mamang kalau mau pulang,pulang saja,saya enggak apa-apa,"setelah itu Emaknya Sari bergegas pergi dari hadapan tukang ojek tersebut.
Tukang ojek yang merasa khawatir,akhirnya bergegas pergi juga dari tempat itu.
"Salut berani sekali,padahal yang aku dengar desa ini seram,sudahlah bukan salah saya,sa bodo teuing ah (masa bodo lah),"batin tukang ojek.
Sementara Emaknya Sari langsung menuju area pemakaman,sebelum ia menghampiri makam Sari,ia terlebih dahulu mengintip dari balik rerimbunan pohon bambu.
Ketika sedang fokus melihat kesekitarnya,tanpa ia ketahui sesosok pocong sudah ada di belakangnya.
"Groukkk...groukkkk..."
"Apa sih ini,Emaknya Sari menepiskan wajah pocong yang berada didekat telinganya.
Sosok pocong tersebut terjengkang kebelakang kemudian terbang dan berdiri dihadapan Emaknya Sari.
"Groukkkk...groukkkkk...."
Terdengar helaan nafas dari sosok pocong,tatapan matanya merah menatap tajam kearah Emaknya Sari.
Sejenak Emaknya Sari tertegun melihat sosok pocong yang seram dengan darah merembes keluar dari lehernya,namun sejenak kemudian ia berbalik kesal menatap sosok pocong tersebut karena menganggunya.
"Eh,gelo sia,dasar pocong gelo teu boga akhlak,teu sien aing ka sia,goblok teu aya sopan na ka kolot,mani rewas aing jig kaditu mantog sia (gila kamu,dasar pocong gila,enggak ada akhlak,aku tidak takut sama kamu,goblok tidak ada sopannya sama orang tua,sampai kaget saya,sana pergi kamu),"sosok pocong tersebut malah di maki-maki dengan kasar oleh Emaknya Sari,lalu Emaknya Sari mengambil kayu dan dipukulnya sosok pocong tersebut dengan kayu.
Melihat Emaknya Sari tidak takut dan malah membalasnya,sosok pocong tersebut menghilang,dia ketakutan dengan air yang di botol yang dipegang Emaknya Sari.
awal aku ngebayangin daerah karawang, kan daerah penari.
lalu kalau jalur tempuh tengah malam bisa nyampe Banten, berarti deket, antara Bogor atau Sukabumi.
ah jadi lieur kumaha othor wae lah hehehe
up
up
up