Bagaimana jadinya jika seorang siswa SMA yang hidup sebatang kara mendapatkan anugrah sebuah Sistem Spin Kekayaan dan Kekuatan oleh seorang pengemis yang ternyata adalah seorang Dewa?.
Rendi Murdianto, seorang anak laki-laki yang hidup sebatang kara, orang tuanya meninggalkan dirinya ketika masih kecil bersama neneknya.
Hidup Rendi sangatlah miskin, untung saja biaya sekolah di gratiskan oleh pemerintah, meskipun masih ada kebutuhan lain yang harus dia penuhi, setidaknya dia tidak perlu membayar biaya sekolah.
Seragam sekolah Rendi pemberian tetangganya, sepatu, dan perlengkapan lainnya juga di berikan oleh orang-orang yang kasihan padanya. Bahkan Rendi mau saja mengambil buku bekas yang kertas kosongnya hanya tinggal beberapa lembar.
Kehidupan Rendi jauh dari kata layak, Neneknya mencoba menghidupi dia semampunya. Namun, ketika Rendi duduk di bangku SMP, Neneknya harus di panggil sang pencipta, sehingga Rendi mulai menjalankan hidupnya seorang diri.
Hidup tanpa keluarga tentu mem
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alveandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belanja Kebutuhan
Rendi berjalan ke arah Motornya, Novi mengikuti dari belakang, saat Rendi naik Motornya, Novi juga ikut naik, sehingga membuat Rendi mengerutkan keningnya.
"Kamu mau ikut aku lagi?" tanya Rendi menoleh ke belakang.
Novi mengangguk-anggukkan kepalanya seperti gadis bodoh saja, Rendi sampai heran kenapa gadis tersebut terus menempel padanya.
Rendi menghela napas, dia menatap serius Novi. "kamu tidak takut aku apa-apain kamu?"
"Memangnya kamu mau apa? Asalkan kamu tanggung jawab, aku mau saja." jawab Novi pongah.
Rendi melebarkan rahangnya, dia tidak menyangka kalau kata-kata seperti itu akan keluar dari mulut seorang gadis cantik seperti Novi.
"Turun!" bentak Rendi pada Novi.
Novi menggeleng, Rendi turun dari Motornya, dia tidak tahu lagi harus berbuat apa, agar Novi tidak terus menempel padanya. Rendi kemudian punya ide nakal.
"Kita lakukan sekarang, Ayo!" Rendi menarik tangan Novi.
Sontak saja Novi terkejut. "lakukan apa? Jangan gila kamu Ren!"
"Lah, katanya tadi kamu mau, ya... ayo lakukan sekarang mumpung sepi!" Rendi masih menggoda Novi.
Terlihat Novi panik, dia turun dari Motor Rendi dan menampar Rendi dengan keras, suara tamparan yang begitu renyah terdengar sangat keras.
"Kamu ini yah! Aku padahal baik padamu, aku Carikan kamu kontrakkan, aku mau bantu kamu belanja kebutuhan, tapi ini balasan kamu? Aku kira kamu tidak seperti cowo lainnya, ternyata sama saja!" Novi memarahi Rendi habis-habisan, dia kemudian pergi meninggalkan Rendi.
Rendi tertegun di tempatnya, memegangi pipinya sambil melihat kepergian Novi, entah kenapa hatinya sedikit terasa sakit, karena dia telah salah menilai Novi.
"Kok dia marah sih? Kata Pak Santoso kalau Wanita penghibur akan melakukannya kapanpun aku mau, kok ini berbeda yah?" gumam Rendi polos.
Rendi masih berpikir kalau Novi wanita penghibur, karena itulah dia tidak mengejar Novi sama sekali. Rendi mengabaikan kejadian tersebut, naik Motornya untuk berbelanja kebutuhannya.
Sementara itu Novi berjalan cepat sambil menggerutu kesal." Cowo brengsek! Sudah di kasih hati malah minta jantung! Awas saja nanti, kalau ketemu lagi, aku becek-becek dia!"
Novi berjalan pulang ke Rumahnya, lagi pula di jam kerja, kedua orang tua Novi tidak ada di Rumah, mereka berdua bekerja di salah satu Pabrik yang ada di kota Larangan.
Daripada jalan-jalan tidak jelas, Novi lebih memilih pulang saja dan membaca Novel Online Karya Author Alveandra, seperti biasanya saat dia sedang ada waktu luang.
***
Di tempat Rendi, dia sudah sampai di pasar Kota Larangan setelah mengambil uang dari ATM terdekat, Rendi mengambil sepuluh juta Rupiah, karena dia pikir akan banyak kebutuhan yang dia beli.
Bocah SMA tersebut memarkirkan motornya di parkiran pasar, juru Parkir sangat hati-hati memarkirkan Motor Rendi, karena dia tahu kalau Motor Rendi mahal.
"Nitip yah Mas!" ucap Rendi ramah.
"Siap Bos, pasti aman aku jaga motor sampean!" juru parkir berkata dengan ramah.
Rendi tersenyum, dia langsung masuk ke dalam pasar, pertama dia mencari kasur yang harganya 1 jutaan, dia kemudian membeli tabung gas dan kompor lengkap, sekaligus alat-alat untuk masaknya.
Rendi melihat ada penanak Nasi dia juga membelinya juga, sekaligus TV, untuk mengisi waktu luangnya nanti.
Baru membeli empat kebutuhan saja, Rendi sudah menghabiskan uang tiga juta lebih, setelah alat-alat untuk masak sudah di beli, Rendi baru berbelanja kebutuhan pokoknya.
Mie instan satu dus, minyak satu liter, Beras satu karung dan juga beberapa bahan makanan lainnya.
Belanja kebutuhan pokok saja, dia menghabiskan hampir satu juta, kurang lebih Rendi sudah menghabiskan hampir lima juta uang yang dia bawa.
Rendi memberikan alamat Kontrakannya pada Toko yang dia beli barang-barangnya, hanya kebutuhan pokoknya saja di bawa tukang becak yang ada di pasar.
"Mas belanja banyak amat? Ada acara apaan?" tanya tukang becak yang giginya ompong di depan.
"Tidak ada acara apa-apa Pak, ini persiapan untuk satu bulan di kontrakan, biar d
tidak bolak-balik ke pasar." jawab Rendi sambil membantu menaikkan barang-barangnya ke becak.
"Wah, Emasnya orang baru di sini yah? Hebat masih muda sudah hidup mandiri." ucap tukang Becak memuji.
"Iya Pak, kebetulan aku sekolah di SMA Larangan 1." jawab Rendi jujur.
Tukang becak, manggut-manggut mengerti, Rendi kemudian menyuruh tukang Becak untuk membawa Belanjaannya terlebih dahulu, karena dia masih mau berbelanja lagi.
Rendi yang dari dulu menginginkan Ponsel, tentu saja dia langsung pergi ke konter terdekat yang ada di pasar.
"Selamat datang, Monggo mau Ponsel jenis apa, Masnya?" tanya penjaga konter Ramah.
Rendi bingung Ponsel jenis apa yang dia cari, dia kemudian memiliki ide. "Ponsel yang harganya dua jutaan saja Mba, apa ada?"
Penjaga konter tersenyum. "tentu ada Mas, Anda mau merk Siomay, Coros atau Pipo?"
"Apa ajalah Mbak, yang penting bisa buat main Game!" jawab Rendi polos.
"Kalau begitu ambil Siomay aja Mas, Ramnya cukup besar, untuk bermain Game bagus." jawab penjaga Konter.
"Oke, aku ambil itu." jawab Rendi langsung setuju.
Setelah mendaftarkan nomor barunya, Rendi membayar. Terlihat Rendi sangat senang, sekarang dia sudah memiliki Ponsel sendiri, seperti mimpinya dulu.
Rendi buru-buru pulang ke Kontrakannya, agar bisa cepat memainkan ponselnya, dan menata semua perabotan yang dia Beli.
"Sudah Mas belanjanya?" tanya juru parkir.
"Sudah Pak, Ini buat kamu." Rendi nyodorkan uang lima puluh ribu.
"Wah, gak ada kembaliannya Mas, baru dapat dua puluh ribu, uang pas saja Mas." ucap juru Parkir sambil melihat tempat uang yang ada di pinggangnya.
"Ambil saja buat Bapak semua." ucap Rendi tulus yang langsung naik Motornya.
"Terima kasih banyak Mas, semoga rejeki Mas lancar!" juru Parkir mendoakan dengan tulus.
"Sama-sama, aku pergi dulu yah pak!" selepas memakai Helm, Rendi langsung pulang ke kontrakan barunya.
...***...
Motor Rendi sampai di Kontrakan, dia terkejut saat melihat Novi yang sedang memakan buah yang dia beli di pasar.
"Kamu kesini lagi?" tanya Rendi keheranan.
"Aku bosan di Rumah tidak ada siapa-siapa, lagian kamu juga, kenapa sih tiba-tiba jadi jahat!" Novi malah memarahi Rendi yang baru pulang.
Saat di Rumahnya, Novi sadar kalau Rendi pasti merasa risih dengannya, karena dia terlalu sok dekat dengannya, Novi yakin kalau Rendi tidak ada maksud untuk menodai dirinya, lagi pula Rendi terlihat sangat kaku dengan seorang gadis, jadi Novi yakin kalau Rendi bukan Pria jahat.
"Jahat apanya? Aku cuma mengingatkan kamu saja, semua pria tidak seperti aku, coba saja selain aku, kamu pasti sudah di kunci di dalam kontrakkan tujuh hari tujuh malam!" bentak Rendi mengingatkan.
Novi menundukkan kepalanya, ucapan Rendi memang ada benarnya. "Maaf Ren, tapi jujur aku tidak tahu kenapa tidak takut dengan kamu, aku yakin kamu pria baik-baik."
Degg!
gimana kecewanya Rendi tau ibu kandung masih ada,,,,,,,,🤔🤔😢😢