Bagaimana rasanya tinggal seatap dengan mantan istri, tapi dengan status yang berbeda?
Sisa trauma pengkhianatan sang Istri membawa Bara bertemu Rea, gadis yang menurutnya sangat manis dalam hal apapun. Namun, Bara harus kembali menelan kekesalan saat mamanya bersikeras kembali menjodohkannya?
SEASON 2
Pengkhianatan Galen di malam sebelum pernikahan membuat Alesya Damara Alnav trauma. Video 19 detik membuat geger dan menghantam habis cintanya, hingga seorang duda menawarkan diri menjadi pengantin pengganti Galen untuk Alesya.
Akankah pernikahan mereka bahagia? Bagaimana cara Abberico Reivander mengobati luka hati seorang Alesya? sedang sifat sama-sama dingin membuat keduanya tersekat jarak meski raga berdampingan.
Happy Reading💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Di kediaman Alnav, Rosa tak mampu menyembunyikan binar bahagianya melihat respon Bara pada Alea, ia jadi semakin bersemangat menjodohkan mereka karena Rosa yakin Bara tertarik kepada Alea. Buktinya, meski berawal cuek kini putranya justru malah mengajak Alea keluar jalan-jalan.
Di ruang kerja, Aron tengah menelpon seseorang.
"Akusisi perusahaannya, pastikan besok pagi saya mendengar kabar baik dari kinerjamu!" perintah Aron dengan tegas. Ia bukan tak menyukai Alea, bukan! Aron hanya kecewa dengan istrinya karena selalu menilai sesuatu dari fisik dan materi tanpa memikirkan perasaan sang anak.
Hidup Bara sudah sulit dikhianati oleh Najira dan kini? istrinya kembali akan menjodohkan Bara dengan wanita pilihannya.
"Pa, kok pergi gitu aja habis makan?" tanya Rosa menyusul Aron ke ruang kerja dan mengusap pundak suaminya, tapi yang terlihat raut wajah suaminya datar-datar aja dengan tangan sibuk pada ponsel.
Aron meletakkan ponselnya dan menatap Rosa dengan tatapan entah. Kesal, kecewa, marah tapi ia tak bisa mengamuk pada wanita itu.
"Papa kecewa sama Mama, kenapa Mama selalu egois?" desis Aron.
"Egois, maksud Papa apa? bagian mana Mama bersikap egois?"
"Mama apa pernah sekali saja menanyakan Bara, apa mau anak itu? siapa wanita yang dicintainya atau paling nggak jika Mama tidak pernah melakukan hal itu, Mama cukup diam dan membiarkan Bara hidup sesuai keinginannya."
"Jadi Papa berfikir, Mama memaksa Bara? Mama cuma mau yang terbaik buat Bara, Pa!" tekan Rosa dengan suara meninggi.
"Terbaik? itu terbaik versi Mama bukan Bara. Kalau Mama mau Bara semakin menjauh dari kita, maka lanjutkan!" ujar Aron melangkah pergi meninggalkan Rosa yang mematung.
"Ck!" Rosa berdecak, ia ikut keluar. Melihat sang suami tak terlihat dari pandangannya membuat Rosa semakin kesal dan naik ke lantai atas menuju kamar.
"Silahkan saja tidur di kamar lain." gerutu Rosa mengunci pintu dari dalam.
Aron yang tak tahu jikalau Rosa mengunci kamarnya dari dalam pun tak perduli, dia memang sengaja tidak tidur di kamar dan memilih bersantai di ruang keluarga lantai tiga.
"Ckk! Istriku kemana sifat lembutnya dulu, bukankah aku menerimanya juga karena perasaan, karena rasa cinta. Tapi, kenapa dia sekarang berubah?" gumam Aron merebahkan diri sambil menatap langit-langit ruangan itu.
***
Bara terus menarik tangan Najira bahkan sampai ke parkiran. Hal itu membuat Najira merasa tak nyaman.
"Mas, udah kan aktingnya?"
Saat itulah Bara sadar dan melepaskan tangannya.
"Sorry, dan makasih Na."
Najira memejamkan mata sejenak kemudian mengangguk.
"Kau naik apa tadi?" tanya Bara.
"Aku bawa mobil, aku langsung panik saat dapat pesan dari kamu. Aku kira kalian, ehm kamu dan Rea berantem."
"Hahaha, sorry! sorry banget. Aku gak bermaksud bikin panik, tapi menurut aku nyuruh kamu kesini itu pilihan yang tepat."
"Kok bisa?" tanya Najira.
"Ya, kalau Rea yang kesini bisa-bisa dia salah paham."
"Hm, kau sangat mencintainya Mas?"
Bara mengangguk, Najira tampak menarik napas lalu tersenyum. Ia senang, Bara mantan suaminya bisa berubah sikap, meski bukan dengannya.
"Duduk dulu, Mas. Kita duduk disana bagaimana?" tawar Najira yang diangguki kepala oleh Bara.
Sementara Alea yang kesal pun terpaksa pulang dengan taksi online karena Bara meninggalkannya sendirian.
"Sia lan itu duren, mentang-mentang cakep seenaknya ninggalin orang. Awas aja, aku bakal aduin sama Tante Rosa biar tahu rasa, mau manfaatin aku buat rujuk sama mantan istrinya? Heh, jangan harap!" sepanjang jalan Alea terus menggerutu meluapkan kekesalannya dan yang lebih menyebalkan adalah taksi yang ia tumpangi harus terjebak macet.
"Aku ada beberapa pertanyaan, Mas. Aku harap kita bisa saling jujur," ucap Najira dengan hati-hati.
"Baiklah, ayo!"
"Apa kau sudah makan, Mas?" tanya Najira yang dijawab gelengan kepala oleh Bara.
"Aku baru sempet pesan minum tadi, itupun belum sempat meminumnya karena keburu emosi."
"Sabar, lagian kita baru bercerai beberapa hari dan Mama udah berniat jodohin kamu?" tanya Najira.
"Hm, itu dia yang membuatku muak."
"Soal kita, aku beneran minta maaf Mas, aku sebenarnya,--"
"Hm, iya itu sudah berlalu, Na."
"Mas, apa kamu sangat mencintai Rea?"
"Iya, aku mencintainya."
"Sejak kapan kalian bersama?" tanya Najira yang membuat Bara terdiam.
"Sejak hubungan kita berakhir. Waktu itu, aku nggak tau harus kemana, aku memutuskan tinggal di kos-kosan, dan tanpa sengaja mengenal Rea."
"Kau bisa mempercayaiku sebagai teman, tapi sepertinya Revan tak begitu suka denganmu. Aku akan membujuknya, semoga itu sedikit membantu."
"Aku sangat berterima kasih jika kau berhasil membujuknya. Acara di Bandung kemarin, Revan terlihat lebih menyukai mantan Rea."
"Mas Revan sebenarnya baik. Hatinya lembut, tapi kadang pikirannya sempit. Aku yakin kok lambat laun dia pasti bisa menerima kamu, dia sayang banget sama Rea."
"Hm, ya semoga. Kamu bahagia dengannya?" tanya Bara.
"Hm, tentu saja. Mas Revan sangat baik, aku tidak punya alasan untuk tidak bahagia bersamanya."
Deg! pernyataan Najira begitu menohok hati Bara. Apa sebegitu buruknya perlakuan Bara padanya di masa lalu?
"Kalau diingat-ingat, tanpa sadar aku adalah suami yang kejam sama kamu. Maaf Na."
"Bukankah kamu bilang itu sudah berlalu? aku cukup senang dengan melihat kamu begitu mencintai Rea."
Mereka masih mengobrol, hingga pesanan pun datang.
Makan malam kali ini akhirnya ia lewati dengan bertukar cerita dengan Najira. Bara mulai mengerti, Najira adalah wanita yang lembut. Selama ini, ia tak memperlakukan mantan istrinya itu cukup baik.
Terlebih saat mengenal Rea, Bara semakin sadar bahwa setiap wanita berhak mencari kebahagiaannya sendiri. Begitupun dengan Najira, mungkin banyak hal dalam diri Revan yang tidak bisa Najira dapatkan darinya. Sama seperti Bara, ia bisa memperlakukan Rea dengan cinta tapi tidak dengan Najira.
***
Di dalam kamar kos, Rea dan teman-temannya sedang asyik mengobrol banyak hal. Terutama Amel yang sangat antusias ingin tahu hubungan Bara dan Rea.
"Jadi semua itu berawal dari kamu salah masuk kamarnya, Re?"
"Hm, gara-gara Danis juga, si breng sek itu sampai sekarang masih nggak berubah..." Raut wajah Rea berubah sedih, ia tak bisa lupa bagaimana Danis meneriakinya murahan di tempat umum.
"Bukan cuma satu alasan aku ninggalin dia, makin kesini dia makin keliatan tabiatnya. Kamu tau kan Danis itu manis banget?"
Amel dan Amy mengangguk.
"Manis di mulut doang mah percuma atuh, Rea." cibir Amy, karena diantara dua temannya Rea, Amy lah yang paling menunjukkan rasa tak sukanya pada Danis.
"Kan aku udah bilang kalau Danis itu buaya empang." sambung Amy lagi.
"Hahaaha." Amel terbahak seraya memegangi perutnya.
"Hm, ya namanya aku juga anak polos. Aku pikir selama ini, sikap Danis itu tulus gak taunya ada udang dibalik bakwan." Rea berujar seraya mengotak-atik ponselnya.
"Ck! Mas Bara gak ada kabar." batin Rea. Meski ia tengah bersama Amel dan Amy, pikirannya justru tertuju pada Bara.
***
Pagi-pagi sekali Rea bersiap berangkat kuliah. Dengan buru-buru ia memakai jaket dan menyampirkan ranselnya kemudian menghampiri Amel dan Amy yang sudah menunggunya di luar.
"Mobil siapa tuh?" tanya Amel heboh.
"Entah. Tapi, eh bentar itu kaya pacar barunya Rea, iya bukan sih?" celetuk Amy.
"Apaan sih, pagi-pagi riweh?" tanya Rea.
Lalu pandangannya terpaku pada Bara yang keluar mobil dan berjalan menghampirinya.
"Mas Bara." gumam Rea tak berkedip.
"Hai, Re! Ayo kuantar."
"Ehm, tapi..." Rea melirik ke arah Amy dan Amel.
"Eh, aku tiba-tiba ada janji, i-iya kan Mel?" Amy menyenggol lengan Amel.
"Iya, ah aku ada janji dengan Tama. Hm, iya Tama namanya." celetuk Amel asal.
Bara dan Rea seketika saling tatap dengan tanda tanya.
"Tama?" tanya keduanya bersamaan.
"Iya, Tama." Amel menyenggol Amy. Ia mana tahu siapa Tama? Amel hanya asal bicara saja.
"Yaudah kalau begitu, biar Rea aku yang antar," ucap Bara. Amel dan Amy pun mengangguk kompak.
"Oke oke, hati-hati ya, Mas bawa bidadari kesayangan kita." goda Amel.
"Apaan sih, Mel." gumam Rea memalu.
Bara hanya membalas dengan senyum.
***
"Makasih, Mas. Pagi-pagi langsung jemput dan malah dianterin sampai kampus." Rea menyunggingkan senyum.
"Sama-sama, semangat belajar sayang!"
"Ih, makin semangat dong kalau gini." gumam Rea, ia tidak bisa menunjukkan sikap biasa-biasa saja kalau kenyataan Bara selalu berhasil membuatnya salah tingkah.
"Kan sudah disemangatin ayang," gumam Rea malu-malu.
Bara sontak mencubit hidung Rea kemudian terkekeh.
"Hm, jaga diri baik-baik."
"Iya siap, Mas. Kamu juga hati-hati kerjanya."
Rea melambaikan tangannya sambil senyum sebelum mobil Bara berlalu dari hadapannya.
Di mading kampus, Rea melihat ada beberapa orang berkerumun dan itu membuatnya penasaran. Rea mendekat dan dibuat terkejut oleh foto-foto dirinya bersama Bara di depan kampus.
"Wah, jauh-jauh kuliah ke Jakarta gak tahunya jadi sugar baby orang kaya yah, hmm? Sial banget cowok setampan Danis punya pacar kayak kamu yang jelas-jelas cewek nggak bener." Sinis seorang wanita, yang berada tak jauh dari dimana Rea berdiri.
Deg!
Pke alesan krn di sayang ibunya bara, trs pa korelasinya? Dasar laki2 lemah yah gini..
Yah lampiasin lah ke binik kamu atau selingkuh an nya kok mlh ke orang lain..