Seoul tidak pernah tidur, tetapi bagi Han Ji-woo, kota ini terasa seperti sedang koma.
Di bawah gemerlap lampu neon Distrik Gangnam, Ji-woo duduk di bangku taman yang catnya sudah mengelupas, menatap layar ponselnya yang retak. Angin musim gugur menusuk jaket tipisnya yang bertuliskan "Staff Event". Dia baru saja dipecat dari pekerjaan paruh waktunya sebagai pengangkut barang bagi para Hunter (pemburu).
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ray Nando, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balapan Maut Di Jalur Neraka
KUDA BESI RONGSOKAN
Jalan Tol Incheon, Pukul 02:00 Pagi. Kabut tebal menyelimuti aspal, jarak pandang nyaris nol. Konon, di jam ini, ada "Jalur Ke-5" yang muncul di sebelah bahu jalan—jalur khusus roh yang tersesat.
Di pinggir jalan tol yang gelap itu, Han Ji-woo sedang menendang starter sebuah sepeda motor bebek tua (tipe underbone) yang keranjang depannya penyok. Motor itu dulu berwarna merah, tapi sekarang warnanya lebih mirip karat dengan sentuhan oli bocor.
"Tuan Han," Valerius memegang helm catok yang retak. "Apakah ini kendaraan operasional kita? Menurut data, target kita adalah Ferrari yang melaju 300 km/jam. Motor ini... maksimal 60 km/jam kalau turun bukit."
"Jangan menghina 'Si Belalang Tempur'," kata Ji-woo sambil terus menyelah. "Aku meminjamnya dari paman pengantar ayam goreng. Dia bilang mesinnya sudah dimodifikasi dengan doa."
"Dan knalpotnya diikat kawat jemuran," tambah Yuna skeptis, duduk di jok belakang yang sempit.
BREM... BREM... PRET!
Motor itu menyala, suaranya seperti kaleng rombeng yang diseret. Asap putih tebal keluar dari knalpot, membuat Valerius batuk-batuk.
"Naik!" perintah Ji-woo. "Valerius, kau duduk di keranjang depan."
"Itu melanggar hukum fisika dan martabat saya!"
"Cepat! Atau ditinggal hantu!"
Dengan posisi berboncengan tiga yang sangat tidak aerodinamis (Ji-woo menyetir, Yuna memeluk pinggang Ji-woo, dan Valerius meringkuk di keranjang depan memegang tablet), motor butut itu melaju masuk ke dalam kabut.
Tiba-tiba, suara raungan mesin terdengar dari belakang.
Bukan suara mesin biasa. Suaranya seperti teriakan ribuan orang yang disiksa, dipadukan dengan deru V12 Turbo.
WNGGGGGGG!!!
Dua lampu depan berwarna merah darah menembus kabut di kaca spion Ji-woo.
The Devil's Ferrari telah datang.
TURBO KEMISKINAN
Mobil itu indah sekaligus mengerikan. Bodinya merah menyala seolah basah oleh darah segar. Tidak ada pengemudi di dalamnya, setirnya berputar sendiri.
Mobil itu melesat di samping motor Ji-woo, sengaja melambat untuk mengejek. Kaca jendelanya turun sendiri.
Suara GPS terdengar dari dalam mobil, bernada angkuh.
"Kendaraan miskin terdeteksi. Minggir, Sampah. Jalur ini hanya untuk Premium Member."
Ji-woo menyeringai. "Sombong sekali untuk ukuran besi tua."
Ferrari itu membanting setir ke kiri, mencoba menyerempet motor Ji-woo.
"KYAAA!" Yuna menjerit.
Ji-woo dengan tenang memiringkan motornya, melakukan manuver drift menggunakan standar samping yang bergesekan dengan aspal, memercikkan bunga api.
"Valerius! Aktifkan Skill Sistem: Kesenjangan Sosial!" teriak Ji-woo.
"Apa itu?!"
"Logika Sistem Mutual Wealth! Semakin jauh perbedaan harga kendaraan kita dengan musuh, semakin besar Speed Boost yang kita dapat!"
Valerius mengecek tabletnya.
"Harga Ferrari: 10 Miliar Won. Harga Motor ini: 50.000 Won. Rasio Kesenjangan: 200.000 kali lipat!"
[SISTEM DIAKTIFKAN]
Mode: Rakyat Jelata Overtake.
Buff: Kecepatan Motor +2000%.
Risiko: Mesin meledak dalam 3 menit.
BZZZTTT!
Aura emas (kekuatan kemiskinan) menyelimuti motor bebek itu. Knalpot yang tadinya bunyi pret-pret berubah menjadi suara jet tempur.
WUUUSSSHHHH!
Motor butut itu melesat bagai roket, meninggalkan Ferrari di belakang.
Roda depannya terangkat (Wheelie). Valerius menjerit di dalam keranjang, wajahnya gepeng diterpa angin.
"MAKAN ASAPKU, ORANG KAYA!" teriak Ji-woo.
Ferrari itu meraung marah. Asap hitam keluar dari kap mesinnya, membentuk wajah iblis. Mobil itu mempercepat lajunya hingga 400 km/jam, mengejar motor Ji-woo dengan niat membunuh.
PEMBAJAKAN DI KECEPATAN TINGGI
"Dia mengejar!" teriak Yuna. "Dia mau menabrak belakang kita!"
Ji-woo melihat speedometer motor yang jarumnya sudah patah karena berputar terlalu jauh.
"Yuna, pegang setirnya!"
"Hah? Bos mau ngapain?!"
"Aku mau pindah kendaraan. Motor ini suspensinya keras, pinggangku sakit."
Ferrari itu kini tepat di belakang ban motor. Bumper depannya berubah menjadi mulut bergigi tajam, siap melahap ban motor.
Ji-woo berdiri di atas jok motor yang sedang melaju 400 km/jam.
Dia mengeluarkan Jarum Rajut Spektral (hadiah dari Nenek Kim) di tangan kanannya.
"Valerius! Hitung momen inersia!"
"Lompat sekarang, Tuan Han! Sebelum kita jadi bubur!"
Ji-woo melompat. Dia melakukan salto di udara, melawan angin malam, dan mendarat tepat di atas kap mesin Ferrari hantu itu.
BRAK!
Ferrari itu berguncang hebat, berusaha melempar Ji-woo. Wiper kaca depannya bergerak liar seperti pisau, mencoba memotong kaki Ji-woo.
"Diam kau!" Ji-woo menancapkan Jarum Rajut Spektral ke kap mesin.
JLEB!
"ARGHHH!" Mobil itu menjerit kesakitan lewat speakernya. Kap mesinnya berdarah (oli merah).
Ji-woo merayap ke atap mobil, lalu menendang kaca sunroof hingga pecah. Dia masuk ke dalam kabin.
Di dalam, suasananya lebih mengerikan.
Sabuk pengaman bergerak seperti ular sanca, melilit leher Ji-woo. Jok kulitnya menumbuhkan paku-paku tajam. Airbag meledak berulang kali untuk memukul wajahnya. Bugh! Bugh!
"KELUAR! DARAHMU TERLALU MURAH UNTUK JOK KULIT ITALIA INI!" teriak suara GPS.
Ji-woo, dengan wajah yang tergencet airbag, menyeringai.
"Darahku murah? Kau benar. Tapi utangku mahal."
Ji-woo mengaktifkan Aura Death Debt. Tubuhnya menjadi berat, seberat 274 tahun penderitaan. Dia menekan dirinya ke jok pengemudi, menghancurkan paku-paku itu dengan pantatnya yang dilapisi aura.
Dia mencengkeram setir yang panas membara.
"Sekarang," desis Ji-woo. "Siapa yang menyetir siapa?"
ANCAMAN ESTETIKA
Mobil itu melawan. Setirnya berputar liar, mencoba menabrakkan diri ke pembatas jalan beton.
"Aku akan membunuh kita berdua!" ancam Ferrari. "Aku lebih memilih hancur daripada dikendarai oleh orang yang memakai celana training KW!"
"Oh ya?" Ji-woo mengeluarkan Jarum Rajut Spektral lagi.
Dia tidak mengarahkannya ke mesin. Dia mengarahkannya ke... Dashboard Kulit.
"Dengar, Mobil Setan. Kalau kau tidak menurut, aku tidak akan menghancurkan mesinmu."
Ji-woo mendekatkan jarum itu ke lapisan kulit dashboard yang mulus.
"Aku akan membuat... GORESAN panjang di sini. Lalu aku akan menyayat jok kulitmu dengan pola jelek. Dan aku akan menumpahkan susu cokelat basi di karpetmu."
Mobil itu gemetar. Untuk sebuah mobil mewah, cacat kosmetik lebih menakutkan daripada kematian mesin.
"JANGAN! JANGAN GORESAN! ITU MENURUNKAN HARGA JUAL KEMBALI!"
"Kalau begitu, jadilah mobil yang baik," Ji-woo menekan gas. "Jemput teman-temanku."
Ferrari itu menyerah. Aura merahnya meredup, berubah menjadi patuh.
Ji-woo memutar balik di tengah jalan tol (dengan teknik U-turn yang sempurna), lalu melaju ke arah motor bebek yang sudah berasap.
"Yuna! Valerius! Lompat!"
Yuna dan Valerius melompat dari motor yang mesinnya meledak sedetik kemudian. Mereka mendarat di jok penumpang Ferrari yang empuk.
"Wah..." Yuna mengelus dashboard. "Ini lebih nyaman daripada motor paman ayam goreng."
"Hati-hati," kata Ji-woo sambil menyetir dengan satu tangan. "Mobil ini sensitif. Jangan makan keripik di sini."
TING!
[MISI SELESAI]
Target: The Devil's Ferrari.
Status: DIJINAKKAN (Sekarang menjadi Kendaraan Dinas).
IMBALAN:
Pengurangan Utang Nyawa: 2 Tahun.
Sisa Utang: 272 Tahun.
Item Baru: Kunci Mobil Terkutuk.
"Dua tahun," Ji-woo menghela napas. "Prosesnya lambat, tapi setidaknya kita pulang naik Ferrari."
INTERUPSI DARI NERAKA
Mereka berkendara keluar dari jalan tol Incheon dengan gaya. Matahari mulai terbit.
Namun, kegembiraan mereka tidak berlangsung lama.
Di kursi belakang, Valerius tiba-tiba kejang. Matanya memutih. Suaranya berubah menjadi suara wanita tua yang berat dan bergema.
"Han... Ji... Woo..."
Ji-woo melihat lewat kaca spion tengah. "Valerius? Kau kesurupan lagi?"
Valerius (yang kesurupan) menunjuk ke arah langit utara.
"Ini bukan Valerius. Ini Operator Pusat. Kami mendeteksi pelanggaran kode etik."
"Apa lagi salahku?"
"Kau menggunakan Aset Sitaan (Ferrari) untuk kepentingan pribadi. Itu Korupsi."
"Aku cuma meminjamnya untuk pulang!"
"Sebagai hukuman," suara itu menjadi semakin berat. "Kami mengirimkan Target Prioritas Tinggi langsung ke lokasimu."
Langit di atas jalan tol tiba-tiba menjadi gelap gulita. Awan hitam berputar membentuk pusaran.
Dari tengah pusaran itu, sebuah benda raksasa jatuh.
BOOM!
Benda itu mendarat di depan Ferrari, membuat aspal hancur dan mobil berhenti mendadak.
Debu menyingkir.
Yang berdiri di sana bukan hantu, bukan monster.
Tapi seorang pria dengan pakaian olahraga (tracksuit) hijau, membawa pedang kayu, dan... wajahnya sama persis dengan Han Ji-woo.
Tapi matanya hitam total. Dan di atas kepalanya ada tulisan:
[HAN JI-WOO (VERSI GAGAL)]
Valerius (yang sadar kembali) terengah-engah. "Tuan Han... itu adalah Doppelgänger. Itu adalah manifestasi dari 'Han Ji-woo yang mati di timeline lain'."
Doppelgänger itu tersenyum, memperlihatkan gigi runcing.
"Aku datang untuk mengambil tempatku. Satu dunia tidak butuh dua orang miskin."
Ji-woo keluar dari mobil, membunyikan lehernya.
"Kau benar. Dunia ini keras. Saingan cari kerja makin banyak."
Ji-woo memasang kuda-kuda.
"Tapi maaf, posisi 'Tokoh Utama' sudah terisi."