Idola! kebanyakan orang pada umumnya, memiliki seseorang yang menjadi idolanya. Tidak soal kamu tua mau pun muda.
Seperti Freya Collie Lambert, gadis berusia dua puluh tiga tahun, diam-diam mengagumi seorang pria dewasa, yang semua orang kenal pria itu sangat kejam dan dingin.
Tidak tahu kapan persisnya, Freya sangat mengagumi sosok pria kejam itu, yang ia ingat, ia tanpa sengaja melihat pria itu membantai sekumpulan pria pembunuh bayaran dengan begitu kerennya.
Austin Chloe, tidak menyangka di usianya yang memasuki hampir empat puluh, yang tepatnya tiga puluh sembilan tahun, di kagumi oleh seorang gadis muda yang sangat jauh di bawah usianya.
Bagaimana sikap Austin Chloe, si pria yang dulunya di anggap semua orang pria sampah, menghadapi gadis muda dan polos yang jatuh cinta padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28.
Freya merasakan hidung Austin menyentuh pipinya, dan selanjutnya ia pun merasakan bibirnya bersentuhan dengan bibir lembab Austin.
Akhirnya harapannya terkabul, Austin mengecup bibirnya pelan, dan terasa sedikit canggung. Beberapa detik bibir mereka saling menempel.
Austin tidak bergerak, saat bibirnya akhirnya menempel pada bibir kecil Freya. Selanjutnya ia merasa ragu untuk mencium bibir Freya.
Sementara Freya menunggu selanjutnya, ia merasakan bibir Austin mengulum bibirnya. Beberapa detik berlalu, bibir Austin tidak bergerak.
Mata Freya perlahan terbuka, karena Austin tidak melakukan ciuman berikutnya pada bibirnya. Mata mereka bertemu! ternyata Austin menatap matanya sedari tadi.
Mereka saling menatap dengan bibir saling menempel. Dan, mereka tidak berniat untuk melepaskan bibir mereka yang menempel.
Mata Freya berkedip, ia merasa Austin belum pernah mencium seorang wanita. Perlahan Freya membuka bibirnya, dan selanjutnya ia mencium bibir Austin.
Mata Austin tampak terkejut, matanya sedikit membulat merasakan bibir Freya perlahan mencium bibirnya. Dan selanjutnya bibir kecil Freya mengulum bibir bawah Austin.
Tubuh Austin seketika menegang, dan telinganya terasa panas. Ia pun mengedipkan matanya, merasakan bibir Freya semakin menciumnya.
Freya menaikkan tubuhnya dengan berjinjit, agar ia bisa lebih dalam lagi mencium dan mengulum bibir Austin. Mata mereka tetap saling menatap satu sama lain.
Tangan Austin yang menempel pada badan mobilnya, terasa membeku tidak dapat ia gerakkan. Ia merasakan ciuman Freya terasa panas, dan penuh gairah.
Austin mencoba membalas ciuman Freya, dan selanjutnya ciuman mereka terasa sangat panas, hingga membuat Austin merasa tubuhnya terasa aneh.
Tapi, detik berikutnya Austin segera melepaskan ciumannya. Hingga terdengar suara berdecak, saat bibir mereka terlepas. Dan nafas mereka terdengar memburu.
Sama-sama baru merasakan ciuman pertama, membuat mereka belum bisa mengontrol pernapasan mereka saat berciuman.
Mereka masih saling menatap dengan lekat, tangan Austin akhirnya dapat ia gerakkan. Dan perlahan jemarinya menyentuh bibir kecil Freya yang basah.
"Ma.. maaf, aku mencium mu, ini ciuman pertama ku yang terasa panas" bisik Austin serak.
Ia juga merasakan bibirnya terasa lembab, dan basah. Austin perlahan menundukkan wajahnya lagi, dan menempelkan keningnya ke kening Freya.
"Kenapa anda minta maaf? aku yang pertama mencium anda, ini juga ciuman pertama ku yang terasa sangat menyenangkan, aku menyukainya" bisik Freya, dan ia kembali ingin mencium bibir Austin.
"Hentikan, kita tidak boleh melanjutkan nya lagi, ini sudah malam, kamu tidak boleh terlalu lama di luar rumah, orang tuamu nanti cemas menunggu mu"
Austin menempelkan jari telunjuknya ke bibir Freya, ia tidak ingin lepas kendali, dan membawa Freya masuk ke dalam mobilnya, untuk menuntaskan rasa yang aneh pada tubuhnya.
"Baik" jawab Freya sedikit kecewa, karena ia ingin mencium untuk ucapan selamat malam saja.
"Pergilah masuk, aku akan melihat mu sampai masuk ke dalam lift" Austin meraih tangan Freya.
Freya melepaskan tangannya, yang di raih Austin dari memeluk koper uangnya. Dan membiarkan Austin menarik tangannya, masuk ke lobby gedung apartemen.
Sesampai di depan lift, Austin menanyakan lantai berapa rumah Freya. Dan Freya pun menyebutkan lantai rumahnya.
Austin pun menekan tombol lantai rumah Freya, saat lift terbuka dan Freya masuk ke dalam lift. Tangan Freya masih memegang erat koper uangnya.
Freya menatap Austin dari dalam lift sembari tersenyum manis, matanya terlihat berbinar menatap wajah Austin dengan lekat.
Sampai lift tertutup secara perlahan, mata mereka masih saling menatap dengan penuh rasa, yang sulit untuk mereka alihkan kemana pun.
Freya menghela nafas dengan lega, saat lift naik ke lantai enam. Bibirnya masih menyunggingkan senyuman bahagia, sampai lift terbuka di lantai enam.
Freya membuka pintu apartemennya, dengan wajah yang terlihat masih berbinar.
"Papa! aku pulanggg... !!" sahut Freya dengan nada yang riang.
Drrrtt!
Terdengar suara roda berjalan, dan Erick tampak keluar dari dalam kamarnya. Melihat Ayahnya baik-baik saja, seperti biasa Freya memberikan ciuman pada pipi Ayahnya.
Erick mengelus puncak kepala Freya dengan sayang, melihat putrinya pulang dengan keadaan baik-baik saja.
"Papa... lihat!!" Freya memamerkan tas koper kecil yang ia pegang.
"Apa itu??" tanya Erick memandang tas itu bingung.
"Uang!" jawab Freya tersenyum lebar.
"Uang? uang apa? gaji mu, ya?" tanya Erick kurang yakin.
"Ini hadiah yang ku dapatkan dari pesta di kapal pesiar tadi, Pa!" kata Freya dengan nada yang begitu senang.
"Hadiah??"
"Iya, Papa lihat baik-baik, ya!" Freya membuka tas koper kecil tersebut, "Jeng jeng jenggg... !!"
Freya memamerkan isi koper ke hadapan Ayahnya, dan mata Erick pun terpaku melihat begitu banyaknya uang dalam koper tersebut.
Bersambung.....
Akhirnya Austin ketemu Erick🤗
lanjut