Daren begitu tergila-gila dan rela melakukan apa saja demi wanita yang di cintainya, Tapi cintanya tak terbalas, Sarah yang di cintai Daren hanya mempunyai secuil perasaan padanya, Di malam itu semua terjadi sampai Sarah harus menanggung akibat dari cinta satu malam itu, di sisi lain keduanya mau tidak mau harus menikah dan hidup dalam satu atap. Bagaimana kelanjutan kisah Mereka. akankah Daren bisa kembali menumbuhkan rasa cinta di hatinya untuk Sarah? Dan apakah Sarah bisa mengejar cinta Daren?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon II, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebenaran Yang Terungkap
Sarah dan Daren tengah menghabiskan waktu berdua di dalam kamar, bahkan Daren begitu manja. "Seharusnya yang manja itu aku, bukan kamu." Ucap Sarah ketika dirinya menyuapi Daren. Keduanya masih betah selonjoran di atas ranjang.
Daren membuka mulut membiarkan Sarah terus berceloteh. Ia sibuk menyantap makanan dari tangan Sarah.
"Sekarang giliran kamu." Daren mengambil sendok dari Sarah, Menyuapi Sarah yang mana membuka mulut tanpa banyak drama.
"Nanti jalan-jalan yank?" Ajak Daren.
Sarah mengangguk antusias, sudah sangat lama tidak pergi bersama. Apalagi dua Minggu terakhir ini Daren sibuk di kantor, Fadli sendiri akan kembali satu Minggu nanti. Katanya di Belanda ada sedikit urusan yang belum selesai mengenai usaha di sana. Mengenai kepindahan ke Indonesia tinggal menunggu hari saja.
Mengingat itu Sarah tersenyum ceria, semua terasa mudah dan menyenangkan, Adanya Daren di sisinya membuat Sarah bisa kembali merasakan apa itu cinta. Apalagi perutnya semakin membesar, sudah tidak sabar ingin periksa ke dokter dan menyapa sang buah hati yang kini mulai bergerak. Seperti sekarang, Sarah terkejut mendapati sensasi di perutnya.
"Yank, Dia gerak." Ucap Sarah antusias.
Daren yang tak kalah antusias langsung menenggelamkan wajahnya ke perut Sarah. Menunggu si janin bergerak lagi. Seperti merespon, Si janin menendang wajah Daren.
Daren terkejut, wajahnya melongo merasakan tendangan dari sang buah hati.
"Dia nendang aku," Kata Daren, memijat gemas pipinya yang mana rasa tendangan masih terasa saja. "Rasanya aku ga mau cuci mukaku, Yank,"
Sarah tertawa mendengar ucapan Daren yang konyol. Keduanya terus bergurau bersama mengajak si janin yang mungkin kalau bisa berkata. 'Aku ingin segera bertemu dengan kalian'.
Di tengah senda gurau, Sarah menjadi murung, Daren yang melihat itu mengelus pipi Sarah yang mana terlihat semakin cabi.
"Kok tiba-tiba murung?" Daren langsung duduk memperbaiki posisi duduknya.
"Aku hanya takut, kalau dia benar-benar terlahir cacat." Sarah menunduk, berusaha menahan rasa gundah di hati.
Daren tersenyum kecil, tanpa memberi aba-aba memeluk Sarah. "Kalau dia cacat apa kamu malu?"
Sarah menggeleng cepat. "Aku hanya takut, kalau nanti dia akan kesakitan, bagaimana pun dia, dia adalah anakku darah daging ku,"
Di halaman rumah, mobil Yasmin baru saja tiba, Kakinya melangkah lebar masuk ke dalam rumah tapi niatnya di hadang satu pelayan pria.
"Nona, ada keperluan apa anda datang ke sini?" Kata si Pelayan, berdiri di ambang pintu yang terbuka lebar.
Yasmin melirik si pelayan tajam. "Kamu mungkin tau siapa aku, Jadi beri tau Daren kalau aku datang." Papar Yasmin, Seketika mundur beberapa langkah.
Pelayan itu mengangguk dan meminta temannya untuk memanggil Daren di lantai atas.
Tok...tok.... "Den Daren, Nona Sarah," Panggil si pelayan.
Daren berdecak kesal mendengar suara si pelayan karena sudah berani mengganggu waktu berharganya bersama Sarah..
"Apa mereka tidak bisa mengerti apa yang tadi aku katakan," Celoteh Daren ketus. Kemarin malam sudah memberi aba-aba untuk tidak menggangu.
"Mungkin ayah sudah datang, Daren." Sarah jelas menyadarkan Daren tentang permintaannya untuk sang ayah datang
Mendengar itu Daren gontai membuka pintu. Melirik si pelayan. "Ayah sudah datang?"
Kepala pelayan menggeleng. "Bukan Pak Darwin yang datang, tapi Nona Yasmin." .
"Yasmin? Mau apa dia?" Daren terheran. Tapi dirinya meminta si pelayan untuk tetap menahan Yasmin masuk. Daren berbalik, menghampiri Sarah di ranjang.
"Ayah?" Tanya Sarah menatap Daren yang baru datang,lalu Ia segera turun dari ranjang.
Daren menggeleng. "Itu Yasmin," ungkap Daren tak bersemangat.
Wajah Sarah menjadi datar. Ia menarik napas panjang sebelum akhirnya tersenyum penuh arti. "Ya udah tunggu apa lagi, kita turun, kita tanya niat dia datang ke sini."
Yasmin menunggu tidak sabar di teras rumah, Menatap sekitar dengan wajah kalut, otaknya mungkin sudah tidak bisa lagi berpikir atau bersabar, Kemarin sore Pak Darwin mengatakan untuknya bersabar karena Daren tidak mudah di gertak. Mendengar kabar dari sang ayah, Yasmin menjadi gelisah, terlalu lama jika harus menunggu. Keputusan yang benar dirinya datang menghampiri Daren..
"Aku akan menghadapi Sarah, Aku tidak akan gentar."
"Yasmin?" Sarah memanggil begitu santai, tangannya melingkar sengaja di pergelangan tangan Daren yang mana nampak tenang..
Yasmin berbalik, menatap datar Sarah tapi hatinya menjadi jengkel ketika lagi dan lagi Sarah dengan sengaja membuatnya cemburu.
Kaki Yasmin berjalan menghampiri keduanya, Sampai di mana Sarah mengangkat tangan meminta Yasmin untuk tak mendekat lagi.
"Kamu mau apa datang ke sini? Sepagi ini." Sarah melihat jam di tangannya, lebih tepatnya menyadarkan Yasmin, datang pagi-pagi sekali untuk bertamu.
"Daren, beri aku kesempatan." terlihat Yasmin tak memperdulikan Sarah atau sindirannya. matanya fokus pada Daren.
Daren menyeringai lebar. Tergelitik dengan ucapan yang terlontar dari bibir mungil Yasmin.
"Kesempatan apa?" Tanya Sarah sembari menahan emosi. Wanita di depannya ini benar-benar tidak tau diri.
"Aku mohon Daren, aku rela kamu jadikan istri kedua. Aku cinta sama kamu." Kali ini Yasmin tidak lagi memperdulikan tatapan Sarah atau pertanyaannya, dirinya sudah terlanjur datang dan harus mendapatkan jawaban hari ini juga.
Sebodoh dengan semua pelayan atau Sarah. Tujuanku adalah Daren.
Batin Yasmin. Bahkan Yasmin bersujud di kaki Daren. Memegang kedua kaki Daren dengan tangisan yang nyata.
"Aku cinta sama kamu Daren, ketika kamu menolak aku sangat sedih, tapi aku berusaha kuat. Tapi sekuat apapun aku berusaha aku ga bisa."
Sarah memutar bola matanya malas. Melihat sandiwara yang di pertunjukan Yasmin, dalam kemarahan Sarah merenung. Mengingat jelas bagaimana dulu dirinya sampai menculik Kinan hanya untuk membujuknya meninggalkan Daniel, sungguh Sarah merasa jijik dengan apa yang di lakukan Yasmin. Dan Sarah menjadi penuh emosi.
Dulu aku melakukan apa yang dia lakukan demi laki-laki yang aku cintai, cinta memang tidak salah. Tapi aku benci melihat ini.
Batin Sarah meracau, membandingkan diri dengan Yasmin yang hampir sama, melakukan apa saja demi laki-laki yang di cintai. Karena merasa tak tega dan seakan yang berlutut itu diri sendiri, Sarah segera menarik tubuh Yasmin.
"Jangan permalukan dirimu,"
Sontak Yasmin terkejut, mendengar ucapan Sarah yang tidak di duga. Tapi karena hatinya terlalu sakit ketika kenyataan memperlihatkan bahwa Sarah yang menjadi pemenangnya, Yasmin lantas mendorong Sarah sampai terjatuh.
Sontak hal itu membuat semua orang terkejut termasuk Daren. "Yasmin!" Bentak Daren. Gerak cepat menghampiri Sarah yang mengerang kesakitan.
"Kamu ga papah?" Tanya Daren begitu khawatir, ikut mengelus pinggang Sarah yang nyeri.
Sarah menggeleng pelan sembari menahan sakit.
"Jangan sok baik sama aku, aku benci-
"Berhenti Yasmin," bentak Daren murka, menatap tajam Yasmin yang kini ketakutan. Daren membantu Sarah bangun. Memapahnya untuk kembali berdiri.
"Pergi, dan jangan pernah memperlihatkan wajah mu di depan ku, aku bisa saja melaporkan keluarga mu atas apa yang kalian lakukan pada Sarah, Tapi aku mengurungkan niatku karena Sarah yang meminta kalau saja Kakakmu tidak mati dia akan membusuk di penjara dan keluarga mu akan menanggung akibat dari perbuatannya, sekarang, kamu sudah menyakiti istriku. Seandainya kamu laki-laki aku tidak akan segan-segan mencekik leher mu."
Yasmin yang ketakutan langsung melingkarkan kedua tangan di lehernya. Tapi Yasmin tak gentar. Ia kembali mendekati Daren dengan tidak tau malu. "Aku mohon Daren, ok maafin aku, aku mohon nikahi aku."
Sarah yang melihat itu menggelengkan kepalanya tak percaya. Sedangkan Daren menatap Yasmin penuh kebencian, seketika itu Daren menghempas tangan Yasmin dari lengannya. Gantian Yasmin yang tersungkur ke lantai.
"Menyedihkan, Penjaga, Bawa gadis ini keluar." perintah Daren begitu menggelegar membuat para penjaga yang tadi diam menyaksikan langsung menarik Yasmin.
"Ga, Ga mau, lepasin aku," Yasmin memberontak meminta di lepas. Tapi kekuatan para penjaga bukan tandingan. Tubuh Yasmin di seret ke luar teras.
"Kamu ga papah? Maafin aku, aku ga jagain kamu tadi." Daren memeriksa keadaan Sarah sekali lagi, mengelus perutnya dan berbicara. "Baik-baik ya di dalam,"
Sarah tersenyum manis melihat bagaimana Daren berbicara. Keduanya asik dengan si janin melupakan Yasmin yang terus berteriak. Berbarengan dengan itu, satu buah mobil masuk. Itu adalah Pak Darwin. Laki-laki berkacamata hitam itu turun membawa wajah penuh tanya ke arah Yasmin yang tengah di seret.
"Lepaskan Yasmin, Apaan kalian." Bentak Pak Darwin, menatap semua penjara penuh emosi.
Mendengar suara yang tidak asing, Daren dan Sarah menoleh. "Ayah." Ucap keduanya.
"Yasmin, Sayang, kamu ga papah?" Pak Darwin menarik tubuh Yasmin.
Yasmin memanfaatkan situasi. Memeluk Pak Darwin penuh rasa sedih. "Daren tidak ingin menikahi Yasmin, Om." Papar Yasmin sembari terisak.
Pak Darwin mengelus kepala Yasmin, melirik ketus ke arah Daren yang kini berjalan menghampiri. Sedangkan Sarah duduk di kursi di mana para pelayan melindunginya.
"Jangan dengarkan apa kata wanita ini," Teriak Daren.
Yasmin segera mundur, ia berbalik dan bersembunyi di belakang tubuh Pak Darwin penuh rasa takut. "Yasmin takut Om,"
Pak Darwin menepuk tangan Yasmin yang menempel dipundaknya. "Kamu jangan takut, ada om di sini."
"Daren? Apa yang kamu lakukan sampai Yasmin ketakutan? Apa benar kamu menolak menikahi Yasmin?" Begitu banyak cecaran pertanyaan dari pak Darwin yang mana hanya di jawab tawa kecil dari Daren.
Daren berdiri di hadapan sang ayah dengan wajah serius, melirik Yasmin sekilas. Sampai Daren mengeluarkan ponsel dari celananya. "Ada kabar penting yang harus ayah tau."
Tangan Daren yang menggenggam ponsel, ia angkat ke arah pak Darwin. "Ayah boleh lihat sendiri." Kata Daren..
Ragu pak Darwin mengambil ponsel Daren, begitu fokus membaca apa yang di tunjukkan Daren, Yasmin sendiri masih ketakutan, dan kini hanya bisa pasrah ketika Pak Darwin meliriknya lain.
Itu pasti laporan tentang kondisi Sarah yang asli, sial, kini aku yang terjebak.
Batin Yasmin penuh kebingungan, ingin sekali lari. Tapi kakinya seolah terikat. Dan lagi di sekeliling terdapat banyak penjaga.
"Dokter Vera sudah berbohong, Dan kenyataan yang harus ayah ketahui adalah, di balik semua ini adalah Om Dahlan, Dia sudah merencanakan semuanya, Daren berhasil mengusut kasus ini, perawat di rumah sakit sudah Om Dahlan beri uang untuk memalsukan hasil lab Sarah, Dan kematian anaknya adalah bukti keserakahan bapaknya sendiri, Apa ayah masih kekeh ingin membela keluarga itu, Termasuk Yasmin?" Daren melirik Yasmin lagi..
Pak Darwin menggelengkan kepalanya tak percaya, melangkah maju membuat Yasmin menjadi kikuk.
"Oh tuhan," Pak Darwin memijat kepalanya yang terasa berdenyut keras, kenapa bisa dirinya di kelabui sebegitu mudahnya..
"Om, Yasmin tidak terlibat, ini semu rencana ayah." Kali Ini Yasmin membela diri, dirinya bahkan melupakan pengorbanan yang di lakukan sang ayah untuknya, tapi kini seakan tak berarti.
"Ayah tidak percaya, Dahlan bisa melakukan hal serendah ini." Kata Pak Darwin tak percaya. Melirik Yasmin penuh rasa kecewa.
"Om, tidak menyangka, Ayah mu berbuat serendah ini,"
Belum habis Pak Darwin berbicara, dari arah samping satu buah mobil masuk dengan kecepatan tinggi. Di susul suara pak Dahlan dan tembakan.
"Daren, jangan kamu sakiti anakku." Teriak pak Dahlan.
Sarah yang melihat itu segera bangkit dan berlari. Apalagi Pak Dahlan turun dan menodongkan senjata api ke arah ketiganya.
"Daren, awasss!!!"
...
🔥Mohon maaf baru update episode lagi🔥