He Ma Li, seorang wanita muda yang penuh semangat, baru saja diterima sebagai karyawan di sebuah perusahaan besar. Berbekal mimpi besar dan tekad kuat, Ma Li berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya yang penuh tekanan. Namun, ada satu sosok yang selalu menguji ketenangannya—CEO Zhang Xiang Li, seorang pria keras kepala dan penuh aturan. Dikenal sebagai pemimpin yang ambisius dan tegas, Xiang Li menjalankan perusahaannya dengan tangan besi, tidak memberi ruang untuk kesalahan.
Awalnya, Ma Li menganggap Xiang Li hanya sebagai bos yang sulit didekati. Namun, semakin lama bekerja di dekatnya, Ma Li mulai melihat sisi lain dari pria tersebut. Di balik sikap dingin dan tatapan tajamnya, Xiang Li memiliki cerita hidup yang sulit, yang perlahan membuat Ma Li semakin tertarik.
Tanpa disadari, perasaan cinta mulai tumbuh di hati Ma Li. Namun, cinta ini bukanlah sesuatu yang mudah. Bagi Xiang Li, cinta dan pekerjaan tidak pernah bisa bercampur, dan dia bersikeras menahan perasaannya agar tetap profesional. Mampukah Ma Li menembus dinding yang dibangun oleh Xiang Li? Apakah cinta Ma Li cukup kuat untuk membuat CEO keras kepala ini membuka hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lim Kyung rin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 28
Hari Sabtu yang cerah, Zhang Xiang Li dan He Ma Li memutuskan untuk mengajak Tian Qi dan Yue jalan-jalan ke mal. Mereka berpakaian rapi dan bersemangat, terutama Yue yang senang bisa pergi bersama seluruh keluarganya. Sesampainya di mal, mereka berkeliling, melihat-lihat toko mainan dan pakaian. Tian Qi membimbing tangan adiknya yang berlari-lari kecil dengan penuh antusias, sambil sesekali menunjuk mainan yang menarik perhatiannya.
Sementara Zhang Xiang Li membawa anak-anak ke toko buku, He Ma Li berjalan-jalan di sekitar toko pakaian. Tiba-tiba, matanya tertuju pada sosok pria yang sangat familiar baginya—ternyata itu adalah aktor favoritnya dari serial TV yang ia ikuti! Aktor tersebut sedang berbicara dengan beberapa orang, tampak ramah dan tersenyum.
He Ma Li sedikit terkejut dan senang, tidak menyangka bisa bertemu langsung dengan sang aktor. Ia berusaha menenangkan dirinya, tetapi senyumnya yang lebar tidak bisa disembunyikan. Zhang Xiang Li yang datang menghampiri langsung menyadari kegembiraan istrinya.
"Ma Li, apa kamu mau berfoto dengan dia?" tanyanya sambil tersenyum.
He Ma Li, yang semula ragu, akhirnya mengangguk pelan. "Iya, tapi aku malu," jawabnya sambil terkikik.
Dengan dorongan lembut dari suaminya, He Ma Li akhirnya menghampiri aktor tersebut dan dengan sopan meminta izin untuk berfoto bersama. Aktor itu tersenyum ramah dan mengizinkannya. Mereka pun berfoto, dan He Ma Li merasa sangat senang. Tian Qi dan Yue yang melihat mama mereka tersenyum bahagia ikut tertawa, sementara Zhang Xiang Li merasa puas bisa membuat istrinya bahagia dengan momen tak terduga ini.
Sepanjang perjalanan pulang, He Ma Li tak henti-hentinya bercerita tentang pertemuannya dengan sang aktor kepada Tian Qi dan Yue, sementara Zhang Xiang Li tersenyum bahagia melihat keluarganya menikmati hari Sabtu yang penuh kejutan ini. Momen ini menjadi salah satu kenangan manis dalam keluarga mereka, yang selalu diisi dengan cinta dan kebersamaan.
Setelah pertemuan tak terduga itu, keluarga Zhang memutuskan untuk melanjutkan jalan-jalan mereka ke area food court untuk makan siang. Tian Qi dan Yue bersemangat melihat berbagai pilihan makanan. Mereka memilih hidangan favorit masing-masing—Tian Qi memilih ayam goreng dan kentang goreng, sementara Yue meminta es krim cokelat dengan wajah penuh harap.
Sambil menunggu pesanan datang, mereka duduk dan berbincang dengan penuh kehangatan. He Ma Li masih tersenyum-senyum sendiri, tak percaya bisa bertemu aktor idolanya. Zhang Xiang Li dengan penuh perhatian mendengarkan, sesekali menggoda istrinya, membuat Tian Qi dan Yue tertawa melihat mama dan papa mereka bercanda.
Setelah makan siang, Zhang Xiang Li mengajak keluarga ke toko mainan. Tian Qi dan Yue langsung berlarian dengan mata berbinar, melihat berbagai macam mainan yang menarik. Tian Qi terpaku melihat model pesawat mainan yang tampak keren, sementara Yue tertarik pada boneka kelinci yang lucu. Melihat wajah bahagia kedua anaknya, Zhang Xiang Li dan He Ma Li memutuskan untuk membelikan mainan tersebut sebagai hadiah untuk mereka.
"Tapi kalian harus berjanji untuk menjaga mainannya dan saling berbagi, ya," kata Zhang Xiang Li sambil tersenyum.
Tian Qi dan Yue mengangguk antusias, berjanji akan merawat mainan mereka dengan baik. Mereka bahkan saling mengucapkan terima kasih kepada orang tua mereka, membuat Zhang Xiang Li dan He Ma Li merasa bangga akan sikap baik anak-anak mereka.
Hari semakin sore, dan keluarga Zhang pun memutuskan untuk pulang. Dalam perjalanan, Yue terlihat mulai mengantuk sambil memeluk erat boneka kelincinya, sementara Tian Qi memandangi model pesawatnya dengan penuh rasa bangga. Zhang Xiang Li dan He Ma Li saling tersenyum, merasa bersyukur atas hari yang indah ini.
Sesampainya di rumah, Yue tertidur pulas di kamar dengan boneka barunya di pelukan. Tian Qi, sebelum tidur, menceritakan lagi betapa menyenangkannya hari itu kepada orang tuanya. Zhang Xiang Li dan He Ma Li memandang kedua anak mereka dengan penuh kasih, merasakan betapa berharganya momen-momen sederhana ini. Bagi mereka, kebahagiaan keluarga adalah segalanya, dan setiap kenangan seperti hari ini akan selalu menjadi bagian dari cerita indah keluarga mereka.
Malam itu, setelah memastikan kedua anaknya sudah tertidur pulas, Zhang Xiang Li dan He Ma Li duduk bersama di ruang tamu. Sambil menikmati secangkir teh hangat, mereka berbincang tentang keseruan hari ini dan bagaimana anak-anak mereka tumbuh begitu cepat.
“Lihat betapa pintarnya Tian Qi sekarang,” kata Zhang Xiang Li sambil tersenyum bangga. “Dia sudah bisa mengajarkan banyak hal kepada Yue. Rasanya baru kemarin dia masih kecil seperti Yue, dan sekarang sudah mulai jadi kakak yang dewasa.”
He Ma Li mengangguk setuju. "Ya, Tian Qi benar-benar perhatian pada adiknya. Setiap hari aku merasa beruntung memiliki anak-anak yang saling sayang seperti mereka," ucapnya sambil menghela napas bahagia. “Dan tadi di mal, aku merasa bersyukur punya suami yang selalu mendukung kebahagiaanku, bahkan dalam hal-hal kecil seperti bertemu aktor idola,” tambahnya sambil tersenyum penuh rasa terima kasih.
Zhang Xiang Li menggenggam tangan He Ma Li. “Yang penting kamu bahagia. Aku selalu ingin melihat senyummu, Ma Li.”
Obrolan mereka malam itu dipenuhi tawa dan rasa syukur. Bagi mereka, kebahagiaan ada di setiap momen kecil yang mereka habiskan bersama. Menyaksikan anak-anak mereka tumbuh dengan baik dan penuh kasih sayang adalah kebanggaan terbesar mereka sebagai orang tua.
Setelah beberapa saat berbincang, mereka pun memutuskan untuk beristirahat. Sebelum tidur, Zhang Xiang Li mengecek kamar anak-anak mereka sekali lagi. Ia tersenyum melihat Tian Qi tertidur sambil memeluk model pesawatnya, dan Yue yang pulas dengan boneka kelincinya di pelukan. Dengan hati yang tenang dan penuh cinta, Zhang Xiang Li mematikan lampu kamar anak-anak dan menutup pintu perlahan.
Di kamar, He Ma Li tersenyum lembut, merasa bahagia dan bersyukur memiliki keluarga yang penuh kehangatan. Ia tahu, momen-momen sederhana seperti ini akan selalu mereka kenang, menjadi bagian dari cerita indah keluarga yang tak tergantikan.
Hari itu berakhir dengan damai, tetapi kenangan akan kebahagiaan dan cinta yang mereka bagi akan selalu tersimpan di hati mereka. Zhang Xiang Li dan He Ma Li tidur dengan perasaan penuh syukur, menantikan hari-hari penuh cinta lainnya bersama Tian Qi dan Yue, anak-anak yang mereka banggakan dan sayangi sepenuh hati.