Hai, kenalin! Ini adalah novel gue yang bakal ngajak kalian semua ke dunia yang beda dari biasanya. Ceritanya tentang Lila, seorang cewek indigo yang punya kemampuan buat liat dan ngerasain hal-hal yang nggak bisa dilihat orang lain. Tapi, jangan mikir ini cuma cerita horor biasa, ya!Lila ini kerja di kota besar sebagai jurnalis, sambil terus nyoba buat hidup normal. Sayangnya, dunia gaib nggak pernah jauh dari dia. Dari gedung-gedung angker sampai pesan misterius, Lila selalu ketarik ke hal-hal aneh yang bikin bulu kuduk merinding. Di tengah kesibukannya ngeliput berita, Lila malah makin dalam terlibat dengan makhluk-makhluk dari dunia lain yang seolah ‘nungguin’ dia buat ngungkap rahasia besar.Penasaran gimana dia bakal hadapin semuanya? Yuk, ikutin terus perjalanan Lila di "Bayangan di Kota: Kisah Gadis Indigo". Siap-siap deh, karena lo bakal nemuin banyak misteri, ketegangan, dan sentuhan supranatural yang bikin lo nggak bisa berhenti baca!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hansen Jonathan Simanjuntak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28: Bayangan yang Kembali
Malam itu, setelah lari terbirit-birit dari gedung tua, Lila dan Rina masih ngerasa was-was. Di kos Lila, mereka berdua nggak berhenti ngelihatin jendela dan pintu, takut kalo tiba-tiba ada sesuatu yang muncul. Suasana malam itu begitu sunyi, sampai-sampai mereka bisa denger napas mereka sendiri.
“Lu yakin kita aman di sini, Lil?” Rina nanya pelan, suaranya terdengar gemetar.
Lila nggak bisa jawab dengan yakin. Dalam hatinya, dia juga nggak tau seberapa aman kosnya ini. Sejak mereka nemuin simbol-simbol aneh di gedung tua, semuanya terasa makin nggak masuk akal. Teror yang mereka alami nggak lagi sebatas di tempat-tempat tertentu, tapi kayaknya ngikutin mereka ke mana-mana.
“Nggak tau, Rin. Gue nggak yakin sama apapun lagi sekarang,” jawab Lila jujur.
Mereka berdua duduk di lantai kamar kos, di tengah tumpukan buku dan dokumen yang mereka kumpulin buat investigasi. Tapi sekarang, semua informasi itu nggak terasa berguna lagi. Terlalu banyak pertanyaan yang belum terjawab, dan makin lama, teror ini makin nyata.
Tiba-tiba, lampu kamar Lila berkedip-kedip. Suasana yang tadinya udah mencekam, jadi makin seram. Mereka langsung saling liat, nggak butuh ngomong apa-apa buat ngerti kalo sesuatu lagi nggak beres.
“Bangsat, apa lagi ini?” Rina langsung berdiri, tatapannya panik.
Lila juga berdiri, tapi sebelum mereka bisa ngapa-ngapain, lampu tiba-tiba mati total. Kamar kos Lila gelap gulita, dan suasana langsung berubah jadi menakutkan.
“Gila, ini nggak mungkin cuma kebetulan,” bisik Lila.
Sebuah suara pelan terdengar dari arah luar kamar. Suara langkah kaki, perlahan, tapi jelas, mendekat ke pintu kamar mereka. Lila dan Rina langsung berdiri tegak, napas mereka tertahan.
“Lu denger itu, kan?” Rina bisik dengan suara serak.
Lila angguk pelan. Jantungnya berdebar kencang, dan dia tau, sesuatu lagi mendekat. Langkah kaki itu semakin jelas, dan berhenti tepat di depan pintu kamar mereka.
...Hening...
“Siapa di luar?!” Lila berteriak dengan penuh keberanian, tapi di dalam hatinya, dia udah mati-matian nahan takut.
Nggak ada jawaban. Hanya ada keheningan yang semakin mencekam.
Tiba-tiba, pintu kamar mereka berderit pelan. Pegangan pintu bergerak sendiri, dan pintu itu terbuka sedikit. Lila dan Rina langsung mundur beberapa langkah, nahan napas mereka. Nggak ada siapa-siapa di luar, hanya lorong kos yang gelap dan kosong.
“Mampus. Kita harus keluar dari sini, sekarang,” Rina akhirnya ngomong dengan suara bergetar.
Tapi sebelum mereka sempat bergerak, sesuatu yang mengerikan terjadi. Dari celah pintu yang terbuka, muncul bayangan hitam yang tinggi. Bayangan itu melayang masuk ke dalam kamar mereka, tanpa bentuk yang jelas, tapi auranya sangat jahat.
“Anjir, ini beneran nyata?!” Rina teriak sambil mundur ke pojok ruangan.
Lila nggak bisa bergerak. Tubuhnya terasa kaku, seolah ada sesuatu yang nahan dia di tempat. Bayangan hitam itu terus mendekat, dan setiap kali dia mendekat, ruangan terasa semakin dingin dan gelap.
Suara bisikan mulai terdengar, pelan tapi menakutkan. Bisikan itu nggak jelas, tapi terasa seperti berasal dari tempat yang jauh dan mengerikan.
Lila akhirnya bisa menggerakkan tubuhnya. Dia mundur dengan cepat, hampir tersandung buku-buku yang berserakan di lantai.
“Kita harus keluar, Rin! Sekarang!” Lila teriak panik.
Mereka berdua langsung lari ke pintu, mencoba keluar dari kamar itu. Tapi saat mereka sampai di ambang pintu, pintu kamar tiba-tiba tertutup dengan keras, seperti ada kekuatan yang nggak terlihat yang mendorongnya.
“Bangsat! Kita terjebak!” Rina mulai panik, matanya melotot.
Bayangan hitam itu semakin mendekat, dan sekarang jelas terlihat bahwa dia bukan hanya sekadar bayangan. Wujudnya mulai terlihat lebih nyata, dengan sosok yang tinggi dan bentuk yang nggak jelas. Matanya kosong, dan wajahnya seperti tersenyum samar, senyum yang penuh kebencian dan kejahatan.
“Lo mau apa?!” Lila berteriak, mencoba menghadapi sosok itu.
Tapi bayangan itu nggak menjawab. Dia hanya mendekat, semakin dekat, sampai akhirnya dia ada di depan mereka. Udara di sekitar mereka terasa seperti berhenti, dan Lila bisa merasakan dingin yang menusuk tulang.
Lila dan Rina nggak bisa ngapa-ngapain. Mereka hanya bisa berdiri terpaku, ngerasain teror yang nggak bisa dijelaskan. Tapi saat bayangan itu hampir menyentuh mereka, tiba-tiba, ada suara keras dari luar kamar. Suara itu terdengar seperti sesuatu yang jatuh, dan bayangan itu langsung berhenti.
Bayangan hitam itu menoleh ke arah suara, lalu perlahan-lahan menghilang begitu saja, seperti asap yang ditiup angin. Udara yang tadinya berat sekarang terasa lebih ringan, dan keheningan kembali menyelimuti kamar.
Lila dan Rina saling pandang, masih terengah-engah. Mereka nggak percaya dengan apa yang baru aja terjadi.
“Apa-apaan tadi?!” Rina akhirnya ngomong dengan suara serak.
“Gue juga nggak tau, Rin. Tapi kita harus pergi dari sini. Gue nggak mau nunggu sampai dia muncul lagi,” jawab Lila cepat, nadanya tegas.
Mereka langsung keluar dari kamar tanpa pikir panjang. Mereka lari keluar dari kos, tanpa peduli lagi sama apapun yang ada di sekitar mereka. Udara malam yang dingin menusuk kulit mereka, tapi setidaknya, mereka merasa sedikit lebih aman di luar.
“Ini nggak bisa dibiarkan kayak gini, Lil. Kita harus cari cara buat ngakhirin ini semua,” Rina ngomong sambil mengatur napas.
Lila ngangguk. “Gue setuju. Teror ini udah terlalu jauh. Kita harus cari tau siapa atau apa yang ada di balik semua ini.”
Malam itu, mereka tau bahwa mereka nggak bisa lagi pura-pura semuanya baik-baik aja. Teror yang mereka alami semakin nyata, semakin berbahaya. Dan mereka sadar, kalo mereka nggak ngelakuin sesuatu, mungkin kali berikutnya, mereka nggak akan selamat.
Perjalanan mereka belum selesai. Bahkan, mungkin baru aja dimulai.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...