Hai, kenalin! Ini adalah novel gue yang bakal ngajak kalian semua ke dunia yang beda dari biasanya. Ceritanya tentang Lila, seorang cewek indigo yang punya kemampuan buat liat dan ngerasain hal-hal yang nggak bisa dilihat orang lain. Tapi, jangan mikir ini cuma cerita horor biasa, ya!Lila ini kerja di kota besar sebagai jurnalis, sambil terus nyoba buat hidup normal. Sayangnya, dunia gaib nggak pernah jauh dari dia. Dari gedung-gedung angker sampai pesan misterius, Lila selalu ketarik ke hal-hal aneh yang bikin bulu kuduk merinding. Di tengah kesibukannya ngeliput berita, Lila malah makin dalam terlibat dengan makhluk-makhluk dari dunia lain yang seolah ‘nungguin’ dia buat ngungkap rahasia besar.Penasaran gimana dia bakal hadapin semuanya? Yuk, ikutin terus perjalanan Lila di "Bayangan di Kota: Kisah Gadis Indigo". Siap-siap deh, karena lo bakal nemuin banyak misteri, ketegangan, dan sentuhan supranatural yang bikin lo nggak bisa berhenti baca!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hansen Jonathan Simanjuntak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16: Petualangan Gaib di Gedung Lama
Setelah semua drama kosan yang bikin kepala Lila cenat-cenut, dia sama Rina memutuskan buat break dari segala keanehan itu. Keduanya sepakat buat ngehindarin kosan sementara dan cari tempat baru buat ngelepas penat. Akhirnya, mereka milih buat jalan-jalan ke tempat yang jauh dari keramaian kota. Tapi sayangnya, di hidup Lila, bahkan liburan pun nggak pernah sesimpel itu.
"Pilih mana, villa di pegunungan atau penginapan di pantai?" Rina ngelempar pilihan ke Lila sambil liat peta di ponselnya.
"Pantai sih seru, tapi males kalau rame-rame. Kita cari yang sepi aja," jawab Lila sambil ngeliatin peta. Tapi tiba-tiba matanya tertuju ke satu titik di peta, ada bangunan tua yang kayaknya menarik.
"Eh, liat deh yang ini. Kayaknya bangunan tua ini nggak terlalu jauh dari sini," Lila nunjuk layar. Bangunan itu terletak di tengah-tengah hutan kecil, agak terpencil, tapi bukan di tempat wisata terkenal.
Rina melirik layar dengan alis terangkat. "Serius mau ke situ? Nggak takut ada hantu lagi?"
Lila cuman senyum sinis. "Hidup gue udah penuh sama hantu, Rin. Apa lagi yang bisa bikin gue takut? Lagian, mungkin aja di sana seru, kan."
Akhirnya, mereka memutuskan buat pergi ke bangunan tua itu. Dengan mobil sewaan, mereka menuju ke lokasi yang terlihat kayak nggak banyak orang tahu.
...****************...
Perjalanan ke tempat itu cukup lancar, walaupun jalannya agak berliku dan sempit. Pas mereka udah hampir sampai, suasana jadi makin mistis. Pohon-pohon yang tinggi menjulang dan jalanan yang sepi bikin semuanya terasa kayak di film horor.
"Anjir, gue udah ngerasa vibe-nya nggak enak nih," Rina nyeletuk sambil melirik ke luar jendela mobil. "Lu yakin kita nggak salah ambil keputusan?"
Lila hanya ketawa kecil. "Santai, Rin. Nggak ada yang perlu dikhawatirin. Ini cuma liburan kecil, lagian nggak bakal ada apa-apa, gue yakin."
Tapi saat mobil mereka berhenti di depan bangunan itu, Lila mulai ngerasa ada yang nggak beres. Bangunan tua itu kelihatan lebih gede dan angker daripada yang dia bayangin. Dindingnya udah kusam, beberapa jendelanya pecah, dan pintunya kebuka sedikit, kayak ngundang mereka buat masuk.
“Gila, tempat ini vibes-nya sigma banget,” gumam Rina.
Lila ngeliat Rina dengan bingung. "Sigma? Apaan tuh maksudnya?"
Rina cuman nyengir. "Tau tuh, kata orang-orang zaman sekarang. Pokoknya, tempat ini ngerasa kuat banget auranya, kayak udah lama diem tapi masih nyimpen sesuatu."
Lila cuma ngangguk. “Yaudah, ayo masuk aja. Kita cek apa di dalem sini beneran ada sesuatu atau cuma bangunan tua biasa.”
Mereka berdua turun dari mobil dan pelan-pelan jalan ke arah pintu masuk. Suasana makin sepi, suara burung-burung hilang, dan udara jadi lebih dingin. Pas mereka masuk ke dalam, kesunyian langsung menyergap.
Interior bangunan itu lebih gelap daripada yang mereka bayangin. Debu tebal menutupi lantai dan perabotan yang udah lama ditinggalkan. Ada cermin besar di satu dinding, tapi kacanya udah retak. Jendela-jendela besar membiarkan sedikit cahaya matahari masuk, tapi nggak cukup buat ngehangatin suasana.
"Serem sih, tapi nggak ada yang aneh sejauh ini," kata Lila, nyoba meyakinkan diri.
Tapi saat mereka berjalan lebih dalam ke bangunan itu, Lila mulai ngerasa sesuatu yang lain. Ada energi aneh yang perlahan ngerayap ke sekeliling mereka, bikin bulu kuduknya berdiri. Rina juga mulai kelihatan nggak nyaman.
"Lu ngerasa nggak sih, Lil? Ini tempat... kayak hidup," bisik Rina pelan, takut suaranya bakal ngebangunin sesuatu yang nggak seharusnya dibangunin.
Lila mengangguk pelan. "Iya, gue juga ngerasain."
Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari arah belakang mereka. Keduanya langsung berhenti dan saling pandang.
“Gila lu, tadi itu suara apa?” Rina langsung waspada, matanya nyari sumber suara.
Lila ngeliat ke belakang, nggak ada siapa-siapa. Tapi jelas banget tadi mereka denger langkah kaki. “Kayaknya kita nggak sendiri di sini, Rin.”
“Jangan bercanda, Lil. Gue nggak siap buat drama horor lagi. Cukup dengan hantu-hantu kemarin.”
Mereka lanjut jalan, tapi sekarang lebih hati-hati. Tiap langkah mereka terasa semakin berat, kayak ada sesuatu yang nahan mereka. Rina mulai ngeluarin senter dari tasnya buat nambah penerangan.
Pas mereka nyampe di ruangan besar yang ada di ujung lorong, tiba-tiba Rina berhenti.
"Eh, lu liat itu nggak?" Rina nunjuk ke cermin besar di seberang ruangan.
Lila ngikutin arah tunjuk Rina, dan seketika dadanya berdegup kencang. Di dalam cermin yang retak, ada bayangan samar. Awalnya kayak nggak jelas, tapi makin lama, makin terlihat. Bayangan itu bukan cuma refleksi mereka. Ada seseorang di situ.
Sosok itu pelan-pelan bergerak. Wajahnya nggak jelas, tapi jelas itu bukan manusia biasa. Dia berdiri diam, cuma ngeliatin mereka dari dalam cermin. Lila dan Rina nggak bisa ngomong apa-apa, cuma bisa mandangin sosok itu dengan perasaan ngeri.
"Lu liat kan?" bisik Rina dengan suara gemetar.
"Iya, gue liat," jawab Lila pelan, matanya nggak lepas dari sosok di cermin.
Tiba-tiba, cermin itu bergetar, kayak ada yang mau keluar dari dalamnya. Suara gemeretak terdengar, dan sosok itu mulai bergerak mendekati kaca, seakan-akan mau nyebrang ke dunia mereka.
“Anjir, kita harus keluar dari sini sekarang juga!” Rina langsung narik tangan Lila, dan mereka lari keluar dari ruangan itu. Langkah mereka terburu-buru, napas tersengal-sengal. Lila ngerasa kayak ada sesuatu yang ngikutin mereka.
Pas mereka sampai di luar, Lila langsung ngunci pintu bangunan itu dari luar, meski jelas itu nggak bakal ngaruh apa-apa kalau yang ada di dalam sana beneran mau keluar.
Mereka berdua berdiri di depan gedung, napas masih tersengal-sengal. “Gila, ini liburan apaan sih? Bukannya santai, malah dikejar hantu lagi,” kata Rina sambil ngelap keringat di dahinya.
“Ini bener-bener makin absurd, Rin. Gue kira kita udah ninggalin semua drama gaib di kosan, ternyata malah ngikutin kita ke sini,” jawab Lila.
Mereka berdua diem sebentar, ngelirik ke arah bangunan tua yang masih berdiri angkuh di depan mereka.
“Lu yakin nggak mau balik ke kota sekarang?” tanya Rina.
Lila mikir sebentar, lalu tersenyum tipis. “Yakinlah. Kita belum selesai di sini. Lagian, ini bisa jadi petualangan baru. Sigma vibes, kan?”
Rina ngeliat Lila dengan bingung, tapi akhirnya dia ketawa kecil. “Sigma vibes apaan? Lu gila, Lil. Tapi oke, gue ikutin lu. Kita lihat sampe sejauh mana tempat ini bikin kita makin edan.”
Dan dengan semangat nekat, mereka memutuskan buat nggak kabur dulu. Petualangan ini baru dimulai.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...