NovelToon NovelToon
Duality

Duality

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Crazy Rich/Konglomerat / Murid Genius / Teen School/College
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Siastra Adalyn

Bagaimana jadinya jika siswi teladan dan sangat berprestasi di sekolah ternyata seorang pembunuh bayaran?

Dia rela menjadi seorang pembunuh bayaran demi mengungkap siapa pelaku dibalik kematian kedua orang tuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siastra Adalyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. Jangan Ganggu Temanku!

"Ah, itu..."

Dira merasakan sesak di dadanya, kata-kata yang ingin disampaikan seolah tersangkut di tenggorokan.

"Itu...tentang kerja kelompok besok. Sepertinya aku tidak bisa ikut, orang tuaku baru memberi kabar kalau besok keluarga besarku mengadakan acara makan malam bersama".

"Oh, begitu ya. Baiklah, nanti akan aku sampaikan ke yang lain, kalau begitu kerja kelompoknya kita ganti saja jadi lusa atau hari minggu"

Dira menghela nafas lega. "Terima kasih". Dira berpura-pura tersenyum dan kembali memperhatikan pelajaran, meskipun perasaannya sedang kacau sekarang.

"Aku tidak bisa memberitahu soal kak Agnes pada Agacia. Bagaimanapun ini semua terjadi karena dia berusaha melindungiku saat itu. Kalau aku membiarkan Agacia pergi bertemu dengan kak Agnes dan teman-temannya, entah apa yang akan terjadi nanti" Ucap Dira dalam hati.

Ia terus berusaha menenangkan diri. "Biar aku yang pergi menemui kak Agnes sepulang sekolah nanti." Pikirnya untuk mencari cara agar Agacia tidak terlibat lebih jauh.

Setelah pelajaran usai, Dira membereskan buku-bukunya dengan perlahan, mencoba menenangkan diri sebelum bertemu Agnes. Saat semua siswa mulai berjalan keluar kelas, Agacia menatap Dira yang masih terduduk di kursinya. "Ada apa? Kamu tidak pulang?" tanyanya.

Dira berusaha tersenyum meski jantungnya berdebar. "Oh, aku hanya... ingin memastikan semua catatan sudah rapi. Kamu juga cepatlah pulang" jawabnya, berusaha terdengar biasa saja.

Agacia mengangguk "Ya, aku akan langsung pulang sekarang. Kau juga cepatlah pulang."

"Ya, aku akan segera pergi," Dira menjawab sambil menyunggingkan senyum di wajahnya.

Agacia mengangguk, tetapi Dira bisa melihat keraguan di matanya. "Jika ada yang mengganggu pikiranmu, jangan ragu untuk bilang padaku. Mungkin aku bisa membantu walau sedikit."

Dira merasa tersentuh mendengar kata-kata dari temannya itu, tetapi dia tahu kali ini harus dirinya sendiri yang menyelesaikannya. "Terima kasih, Agacia. Kau memang orang yang baik" jawab Dira tersenyum cerah, mencoba meyakinkan Agacia.

Agacia menatapnya sebentar, seolah ingin mencari tahu lebih dalam. "Baiklah, katakan saja padaku jika kamu butuh bantuan," katanya sebelum beranjak pergi.

Setelah Agacia pergi, Dira menghela napas dalam-dalam, bersiap untuk menemui Agnes di halaman belakang sekolah. Ia melangkah perlahan menuju halaman belakang, jantungnya berdebar. Saat ia tiba, pandangannya tertuju pada Agnes dan dua temannya yang sedang merokok. Asap putih mengepul ke udara, menciptakan awan tipis yang perlahan menyebar di sekeliling mereka. Dira merasakan ketegangan di dadanya.

"Hei, lihat itu. Kenapa malah dia yang datang?" Kata salah satu temannya begitu melihat Dira.

"Katamu si rambut biru itu yang akan kemari?" Tanya temannya pada Agnes yang saat ini tatapannya sinis ke arah Dira.

"Bawa dia kemari" Ucap Agnes, tatapannya sinis, seolah bisa melakukan apapun saat itu juga.

Dira merasa tubuhnya kaku mendengar perintah itu. Asap rokok yang mengalir di udara seolah semakin menambah rasa tidak nyaman di perutnya. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Agnes menghampiri Dira dengan ekspresi marah, lalu memegang kedua pipinya dengan satu tangan, hal itu membuat Dira merasa terkejut dan sedikit ciut. "Kenapa malah kau yang datang kemari? Punya nyali juga anak ini, hahaha" katanya dengan nada tajam, menggelengkan kepalanya seolah mengolok-olok.

"...jangan ganggu tem...ku," ucap Dira lirih, berusaha menahan ketakutan.

"Hah? Apa yang kau bicarakan? Ucapkan lebih keras agar kita bisa mendengarnya," kata Agnes, genggaman tangannya di pipi Dira semakin menguat, membuat Dira sedikit merintih.

Dira menatap Agnes dengan mata yang mulai berair, berusaha menahan semua emosi yang ingin meledak.

"Jangan ganggu temanku!" Teriaknya, mencoba menegaskan apa yang ingin di ucapkannya.

PLAK***!!***

Suara keras itu terdengar nyaring saat Agnes dengan cepat menampar pipi Dira yang membuatnya terhuyung mundur.

"Ah, sial. Aku kelepasan. Kenapa kau tiba-tiba berteriak seperti itu, sih" Ucap Agnes sambil mengerutkan alis, ia  terlihat terkejut sejenak, tetapi senyumnya segera kembali.

Dira merasakan rasa sakit di pipinya dan merasakan air mata menggenang di pelupuk matanya, tetapi dia menahannya. Dia tidak akan memberi Agnes kepuasan karena sudah membuatnya menangis. Agnes melangkah lebih dekat, menatap Dira dengan tatapan mengejek. "Aku kan sudah bilang suruh temanmu yang berambut biru itu kemari. Kalau dia yang datang, mungkin yang ada di posisi ini bukan kau"

Dira menahan nafasnya, merasakan jantungnya berdegup kencang. "Aku tidak akan membiarkanmu mengganggunya," jawabnya, berusaha menunjukkan keberanian meskipun ketakutan masih menjalar di sekujur tubuhnya.

Agnes mendekat dan mengintimidasi dengan tatapan tajam. "Kau pikir bisa melindungi dia? Lihatlah dirimu sekarang, hahaha" Ejeknya, suaranya dipenuhi dengan rasa merendahkan, kedua temannya juga ikut menertawakan.

Agnes menggelengkan kepala, senyumnya semakin lebar. "Mari kita lihat seberapa lama keberanianmu itu bertahan. Aku akan membuatmu menyesal sudah berani menantangku."

Dengan gerakan cepat, Agnes mendorong Dira hingga tersungkur. Kedua temannya kembali menertawakan Dira.

Gadis itu berusaha bangkit, namun rasa sakit di lututnya membuatnya sulit bergerak. Air mata mulai mengalir di pipinya.

"Hei, cepat rekam ini, hahaha"Ucap salah satu temannya yang di name tag nya tertulis nama "Mya Ariana"

Dira meringis kesakitan saat kedua temannya Agnes mulai merekam dengan ponsel mereka. Tawa renyah mereka semakin menambah rasa sakit di hatinya. Dira merasa sangat terpojok dan sendirian.

Agnes kembali menarik kerah baju Dira dan menampar pipinya berkali-kali hingga Dira merasa kepalanya berputar. Setiap tamparan yang dilayangkan berulang kali itu terasa begitu menyakitkan, membuatnya semakin merasa tertekan dan tidak berdaya. Dia menatap Agnes dengan tatapan lemah dan penuh air mata, berharap mereka akan berhenti. Mya, yang masih merekam kejadian itu tidak bisa menahan tawanya.

"Kemana perginya semangat mu yang bilang ingin melindungi temanmu itu?" Ejek Agnes, sambil menyunggingkan senyuman sinis.

"Sudah lah, ayo kita pergi" Ucap Agnes pada kedua temannya.

Akhirnya mereka pergi meninggalkan Dira yang masih tersungkur di tanah sambil tertawa terbahak-bahak.

.

.

.

.

.

Bersambung...

1
Nanymous
selalu di bikin penasaran tiap episodenya/Panic/
Nanymous
berasa makin pendek episode nya/Sob//Sob/
Panjangin lah thorr/Whimper/
Hopi Berry
Penuh dengan emosi yang tegang.
Setsuna F. Seiei
Setiap hari saya selalu mengecek, semoga hari ini ada update baru.
Nagisa Furukawa
Sederhana namun dalam
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!