NovelToon NovelToon
Menjadi Guru Di Dunia Lain

Menjadi Guru Di Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sistem / Akademi Sihir / Penyeberangan Dunia Lain / Elf
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ned_Kelly

Arthur seorang guru honorer di sekolah negeri yang memiliki gaji pas-pasan dengan jam mengajar yang tidak karuan banyaknya mengalami kecelakaan pada saat ia hendak pulang ke indekosnya. Saat mengira kehidupannya yang menyedihkan berakhir menyedihkan pula, ternyata ia hidup kembali di sebuah dunia yang sama sekali berbeda dari sebelumnya.

Tetapi uniknya, Arthur kembali menjadi seorang guru di dunia ini, dan Arthur berasa sangat bersemangat untuk merubah takdirnya di dunia sekarang ini agar berbeda dari dunia yang sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ned_Kelly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 28: Kelas Bonding

Memanggil makhluk kuat? Terdengar keren, bukan? Ya, sampai kau sadar betapa merepotkannya hal itu.

Setelah sukses memandu murid-muridku memanggil familiar mereka—semuanya berjalan lancar, banyak senyum, beberapa pelukan dengan familiar baru yang lucu—aku berpikir, "Hei, kenapa aku tidak coba juga?" Menggabungkan beberapa sihir pemanggilan rahasia dari Perpustakaan Dunia, aku berusaha menciptakan metode pemanggilan baru yang, jujur saja, terdengar jenius di kepalaku.

Lalu, muncul dia—Mordraxx. Bukan kucing berbulu imut atau burung kecil yang bisa disuruh ambil surat. Tidak, Mordraxx adalah naga raksasa berbalut kegelapan yang, sejujurnya, lebih cocok jadi bos terakhir di game RPG. Dengan sisik hitam pekat, mata merah menyala, dan ekspresi yang seolah berkata, "Aku makan pahlawan sepertimu untuk sarapan," Mordraxx jelas bukan familiar impian.

Dan lebih parahnya, dia punya pendirian. Tidak seperti familiar lain yang menurut, Mordraxx dengan tegas bilang, "Kalau mau aku jadi familiarmu, buktikan dulu layak jadi majikanku." Jadi, setiap hari adalah kompetisi baru untuk membuktikan diri pada naga yang mungkin saja bisa menghancurkan kota dengan bersin.

Terdengar epik? Mungkin bagi yang melihat dari jauh. Bagi yang terjebak harus bernegosiasi tiap hari dengan naga drama ini, percayalah, hidupku jauh dari kata damai.

Sama seperti yang terjadi pagi ini. Semalam aku hampir tidak bisa tidur karena negosiasi panjang dengan makhluk keras kepala yang satu ini. Mordraxx, naga kegelapan dengan ego sebesar gunung, tidak mau diatur begitu saja. Setelah pembicaraan yang lebih menyerupai duel mental daripada diskusi, akhirnya kami mencapai satu kesepakatan yang... yah, setengah hati.

Mordraxx tidak ingin kembali ke dunia familiar atau dunia roh, menurutnya di sana sangat membosankan dan akhirnya ia memutuskan untuk terus berada di dekatku. Tapi tentu saja aku punya syarat untuknya. Untuk menghindari kecurigaan orang lain dan menghindari pemandangan naga raksasa berkeliaran di akademi, aku menyuruhnya untuk memperkecil tubuhnya. Awalnya, dia mendengus tak setuju, tapi akhirnya mengalah—dan jadilah Mordraxx dalam bentuk kecil, lebih mirip boneka naga daripada makhluk mengerikan. Sayangnya, meskipun bentuknya berubah, aura kegelapannya tetap terasa seolah-olah ruangan jadi lebih dingin dan sunyi setiap kali dia ada.

Saat murid-murid ku memasuki kelas pagi itu, reaksi murid-muridku sangat jelas: terkejut, bingung, dan mungkin sedikit takut. Mereka menatap Mordraxx dengan tatapan tak percaya, seperti baru saja ditampar oleh kenyataan pahit. Charlotte, Johan, Elyrde, dan Jade semua terdiam, seolah tidak yakin apakah yang mereka lihat itu nyata atau sekadar mimpi buruk.

"Guru... ini naga yang Anda panggil?" Charlotte bertanya dengan suara bergetar.

Aku mengangguk santai. "Iya, Mordraxx. Kemarin malam kami berdiskusi panjang, dan akhirnya dia setuju untuk mengikutiku dengan bentuk yang lebih... kecil." Mordraxx mengangkat kepalanya yang kecil, menatap Charlotte dengan tatapan yang masih menyiratkan kebengisan, meski kini lebih lucu ketimbang menakutkan.

"Tapi... aura kegelapannya masih sangat kuat, Guru," Johan menambahkan, mencoba menjauh sedikit tapi tak bisa mengalihkan pandangan.

Aku hanya bisa tersenyum. "Ya, itu memang bagian dari pesonanya. Tapi jangan khawatir, selama aku di sini, Mordraxx tidak akan mengamuk. Kami sudah mencapai kesepakatan, meskipun dia lebih suka menguji kesabaranku setiap waktu."

Namun yang paling terlihat jelas adalah rasa heran dan sedikit frustasi di wajah murid-muridku. Mereka mengingat betapa sulitnya kemarin, ketika mereka berjuang untuk memanggil familiar mereka masing-masing dan menikmati proses penuh usaha itu. Dan sekarang, di depan mereka, aku—guru mereka—muncul dengan naga yang tak bisa dianggap sebagai sekadar familiar. Mordraxx lebih terasa seperti penjahat dunia akhir daripada peliharaan magis.

"Ini tidak adil," Charlotte mendesis pelan. "Kami berjuang seharian untuk memanggil familiar, sementara Guru malah memanggil... dia."

Jade mengangguk setuju. "Ini bukan familiar, Guru. Ini lebih seperti… seorang tiran." Mereka tidak salah. Mordraxx, meskipun dalam wujud kecil, masih memancarkan aura yang seolah siap menguasai dunia kapan saja.

Dan di tengah ketegangan itu, Celestine melangkah maju tanpa rasa takut sedikitpun. Tanpa ragu, dia mengulurkan tangan, menyentuh kepala Mordraxx yang mengecil, dan tersenyum tipis. Mordraxx yang biasanya angkuh hanya bisa terdiam, seolah bingung bagaimana menghadapi keberanian lembut dari gadis yang bahkan tak bisa bicara.

Aku tersenyum melihat pemandangan itu, mungkin untuk pertama kalinya, Mordraxx merasakan ada yang lebih kuat dari sekadar kekuatan fisik—kebaikan dan ketulusan yang tidak pernah dia duga.

"Yah, setidaknya sekarang aku punya alasan bagus untuk tidak tidur nyenyak,"kataku setengah bercanda. Murid-muridku tertawa, meski ada nada tidak percaya dalam suara mereka.

Kelas kembali seperti biasa... atau setidaknya itulah yang kucoba lakukan. Tapi kenyataannya, situasinya jauh dari biasa. Di sudut ruangan, Mordraxx, naga kegelapan dengan tubuh kecil dan menggemaskan, duduk dengan tenang. Meski ukurannya berubah, auranya masih sama—menekan, gelap, dan memancarkan rasa takut yang membuat familiar lain di kelas ini seperti mau kabur. Aku bahkan bisa merasakan tatapan tajam murid-muridku yang berusaha keras fokus, tapi sesekali melirik Mordraxx yang duduk dengan tenang seolah sedang menikmati keadaan.

"Eh... Mordraxx bakal ikut kita terus ya, Guru?" tanya Charlotte sambil memeluk erat Frosty, familiarnya yang tampak menggigil meski ruangan tidak dingin. "Kukira cuma buat pamer," lanjutnya, sambil menyandarkan kepala pada boneka salju kecil itu.

Aku tersenyum tipis. "Dia ingin tetap dekat-dekat denganku, jadi anggap saja kita punya asisten baru." Jawabanku membuat murid-muridku semakin tidak percaya.

Sebenarnya, rencanaku hari ini cukup sederhana: aku ingin membawa mereka kembali ke dungeon. Dengan kekuatan mereka yang sudah meningkat pesat sejak latihan terakhir, aku yakin mereka bisa mengalahkan bos lantai 20, Noxcarlis. Tapi melihat Mordraxx yang tampak sudah siap 'menyantap' siapa pun yang berani berisik, aku berpikir mungkin lebih baik menunda dulu.

"Hari ini kita bakal bonding dengan familiar kalian masing-masing," kataku dengan nada santai.

"Bonding?" ujar Masamune sambil melirik Hikari, kirin kecilnya yang sedang sibuk mengendus meja, berusaha mengabaikan keberadaan Mordraxx yang membuat bulunya sedikit berdiri. Hikari bahkan mulai menyemburkan petir kecil, seolah menunjukkan kalau dia juga tidak bisa dianggap enteng.

"Ya, bonding. Bukan duel, bukan bertarung," jawabku sambil tertawa kecil melihat ekspresi kecewa murid-muridku yang berharap akan ada pertempuran epik lagi hari ini.

"Jadi kita bermain-main sama familiar kita begitu?" tanya Jade dengan nada penuh semangat sambil melirik Ragnar, si Salamander Api yang sudah mengeluarkan lidah apinya sebagai bentuk protes terhadap aura Mordraxx yang mengganggu.

"Tepat sekali, Jade. Kalian sudah berhasil memanggil familiar kemarin, sekarang saatnya mempererat ikatan dengan mereka." Aku melirik Mordraxx yang masih asyik duduk sambil mengibaskan ekor kecilnya. "Mordraxx juga akan ikut... entah dengan caranya sendiri."

"Kalau bisa tidak membuat semua orang ketakutan itu lebih bagus, Guru," ujar Johan sambil mengelus Aquila, griffin kecilnya yang terus mengepakkan sayap dengan gelisah. Johan berusaha menahan tawa, karena Aquila, yang biasanya berani, terlihat ingin kabur kapan saja kalau Mordraxx bergerak mendekat.

Di tengah suasana yang sedikit tegang, Celestine terlihat sangat santai. Dia duduk di lantai dengan Mordraxx di pangkuannya, tanpa rasa takut sedikit pun. Dia terus mengelus kepala Mordraxx yang kelihatan sedang menikmati perlakuan itu. Sarasvati, familiarnya, melayang di samping dengan ekspresi cemas. Dia sesekali menyemburkan air kecil ke arah Mordraxx, tapi hanya sebagai peringatan lembut. Aku bahkan tidak sadar kalau Celestine berjalan ke depan mejaku untuk mengangkat Mordraxx seperti boneka lucu miliknya.

"Sarasvati, tidak usah khawatir. Celestine sepertinya sangat senang bermain dengan Mordraxx," gumam Charlotte sambil menahan tawa, membuat Sarasvati mengeluarkan bunyi lembut seolah sedang merajuk.

"Hari ini bukan tentang bertarung atau unjuk kekuatan," aku menjelaskan sambil tersenyum. "Ini tentang kalian dan familiar kalian, belajar untuk saling memahami. Ya, termasuk kamu, Mordraxx." Mordraxx hanya mendengus pelan, tapi matanya menunjukkan kalau dia menikmati suasana santai ini meski tetap berusaha menjaga kesan menyeramkan.

Suasana kelas mungkin belum sepenuhnya cair, tapi setidaknya dengan sesi bonding ini, aku berharap semua orang—baik murid maupun familiar—bisa merasa lebih dekat satu sama lain, termasuk dengan kehadiran Mordraxx yang sedikit 'menyegarkan' ini. Ya ini juga hitung-hitung ajang bonding ku dengan Mordraxx, atau mungkin aku sudah melakukan itu tadi malam.

1
~YUD~
lajrooot!!
Ned: entar dulu ye kasih Ned nafas dulu wkwkwk...
total 1 replies
Ned
Parah nich, dari pagi tadi update eh kelarnya sore
~YUD~
di festival lunaris ini Arthur bakal ikut main apa cuma jadi guru pengawas doang?
Ned: Jadi pengawas doang, tapi....ada tapi nya hehe/CoolGuy/.... tungguin apa yang bakalan terjadi di sana
total 1 replies
~YUD~
nanti Arthur sama Brandon bakal duel gak author?
Ned: Ya tunggu aja tanggal mainnya
total 1 replies
Gamers-exe
kirain masamune date 👍🗿
~YUD~
nanti Charlotte sama Arthur bakal saling cinta gak author?
Ned: Yakin gak ada yang mau sama Celestine nih /CoolGuy/
「Hikotoki」: betul sekali, jadi meski charlotte umur 16 masih available buat dinikahi
total 8 replies
Erwinsyah
mau nabung dulu Thor🤭
Ned: Monggo silakan, jangan lupa vote dan rate bintang 5 nya kakak
total 1 replies
~YUD~
apa tuh yang segera terungkap?
Ned: apa tuh kira-kira hehehe
total 1 replies
R AN L
penasaran sekali reaksi murinya lihat kekuatan asli guru ny
Ned: tar ada kok, tunggu aja tanggal main nya heheh
total 1 replies
Ned
Update diusahakan tiap hari, setidaknya akan ada 1 BAB tiap hari...kalo Ned bisa rajin up mungkin 2-3 BAB...

Minggu Ned libur
R AN L
di tunggu up ny
Ned: kalo gak berhalangan tiap hari update, Ned usahakan ada 1 chapter update lah minimal sehari....Minggu kayaknya libur...doain aja Ned bisa nulis terus
Ned: kalo gak berhalangan tiap hari update, Ned usahakan ada 1 chapter update lah minimal sehari....Minggu kayaknya libur...doain aja Ned bisa nulis terus
total 4 replies
R AN L
Luar biasa
vashikva
semangatt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!