SISTEM PAHLAWAN WANITA

Seluruh kamar utama terasa hangat dan tercium bau yang familiar. Suara bising terus terdengar dari kasur besar dengan goyangan ranjang yang berirama.

Gala dan Raina bermain permainan hingga fajar datang, mereka benar-benar tidak tidur malam tadi.

"Rasanya segar sekali," ujar Gala sambil meregangkan tubuhnya.

Di sisi Gala terdapat tubuh Raina yang dibungkus selimut, terlihat wajahnya yang lelah dan berpipi merah.

Tatapan mata Gala tampak lembut ketika melirik wanita itu, ada perasaan khusus yang tumbuh di hatinya. Tanpa sadar Gala mengelus kepala Raina beberapa kali.

Hari ini ada yang ingin Gala lakukan, salah satunya adalah memutar kesempatan lotere yang semalam didapatkan. Selain itu juga, urusan Gala untuk memenuhi kebutuhan primernya belum selesai. Masih banyak baju yang belum ia beli, pakaian yang bisa dikenakan sangat sedikit.

"Sistem, aku ingin memutar lotere!" Gala duduk di sofa ruang keluarga sambil menyesap susu.

Sistem menampilkan gambar mesin lotere ya dan memutarkan bola-bola hadiah di dalam.

Tak lama kemudian sebuah cahaya yang hanya bisa dilihat Gala sendiri muncul bersamaan dengan pemberitahuan sistem.

[Selamat kepada tuan rumah mendapatkan +100 juta dolar!]

Tubuh Gala tersentak kuat lalu berdiri menatap layar pemberitahuan sistem di depannya. Matanya tampak melotot penuh kejutan.

"Seratus juta dolar?!" Gala mengulang kalimat sistem. "Ini tidak bercanda, kan?!"

Berikutnya, sebuah pemberitahuan yang berbeda datang ke ponselnya. Begitu jelas nada dering notifikasi yang muncul.

Begitu Gala membuka pesan yang datang, wajahnya menjadi memerah karena bahagia.

"Satu triliun rupiah? Lebih lima ratus miliar?!" Gala menjatuhkan badannya ke sofa.

Mimik wajahnya sangat aneh saking gembiranya. Bukan main rasanya saat mendapatkan uang banyak.

Sistem bukan lagi memberinya uang ratusan juta, melainkan 1 triliun rupiah secara berkala melalui berbagai bank.

Sangat mengagetkan baginya yang bahkan belum pernah memiliki uang 1 miliar rupiah, sekarang ia dihadapi uang berkali-kali lipat lebih besar.

"Hehe, aku akhirnya bisa membeli banyak barang."

Senyuman Gala pagi ini begitu lebar usai mendapatkan uang melimpah.

Bergegas ke kamar, Gala membangunkan Raina yang tertidur untuk ikut pergi ke mall terdekat.

"Kita mau apa ke sana, Gala?" Raina yang sedang memakai riasan bertanya sekali lagi tentang tujuan Gala mengajaknya ke Mall.

Gala hanya tersungging senyum. "Aku ingin berbelanja, memangnya apa lagi yang harus dilakukan di sana kalau bukan membeli barang-barang?"

"Siapa tahu kamu hanya melihat-lihat saja." Raina memutar matanya dan melihat cermin.

"Tidak, aku ingin membeli banyak pakaian dan beberapa barang. Aku juga ingin membeli kendaraan untuk bepergian ke mana pun."

Tangan Gala bergerak melihat-lihat sepeda motor dan mobil di layar ponselnya. Berniat ingin membeli sebuah sepeda motor dan mobil.

Namun, kebingungan datang sebelum ia membeli mobil. Gala sama sekali belum bisa mengendarai sebuah mobil.

"Um, aku ingin membeli sepeda motor saja. Mobil aku beli menyusul nanti," putus Gala sambil mengangguk.

Mendengar ucapan Gala, Raina berkata heran, "Kamu sungguh memiliki uang? Aku belum menerima kamu adalah orang kaya."

"Kamu tidak percaya kepada pria yang sudah membuatmu lemah di atas kasur?" Gala sedikit tersenyum penuh arti, berjalan mendekati Raina.

Pipi putih Raina memerah seketika, kemudian ia fokus merias wajahnya agar lebih cantik tanpa memedulikan Gala di belakangnya.

Tidak ada respons ketika tangan Gala bergerak nakal di tubuh Raina. Wanita itu fokus meski sedikit risih. Rasa terganggunha secara otomatis hilang karena perasaan sayang di hati.

Mereka berdua akhirnya pergi menggunakan sepeda motor Raina menuju mall terdekat. Sebelum tiba di sana, keduanya berusaha mencari Dealer atau tempat kendaraan dijual.

"Aku membelinya cash, aku tambahkan beberapa juta asalkan sepeda motornya ada dan bisa aku pakai sekarang." Gala memandang pria agak tua di depannya.

Senyum cerah terbentuk begitu saja di wajah pria itu lalu mengulurkan tangannya. "Deal, aku pastikan Honda Goldwing warna hitam akan aku bawa nanti sore, aku akan memberi tahu kedatangannya kepadamu."

"Deal, aku kirim uangnya sekarang."

Tangan Gala mengambil tangan pria itu dan melakukan kesepakatan.

Dalam sekejap mata, uang sebesar 1 miliar lebih puluhan juta digelontorkan Gala untuk membeli sepeda motor.

Raina yang duduk di sebelah Gala hanya bisa melotot terkejut melihat banyaknya saldo di ATM pribadinya. Banyak sekali angka 0 di belakang angka 1, artinya ada 1 triliun rupiah lebih.

"Gala, kamu sungguhan orang kaya yang bersembunyi, kan?" Raina menggandeng tangan Gala begitu erat.

Melihat mata besar Raina, sudut bibir Gala terangkat. "Mungkin, aku juga tidak tahu."

"Tidak tahu?" Tatapan Raina tampak bingung sampai mereka berdua naik kembali ke sepeda motor.

Gala tidak berbicara apa-apa hingga mereka tiba di dalam mall.

Tanpa banyak berpikir lagi, Gala dan Raina pergi ke tempat pakaian pria untuk membeli beberapa set baju. Uang 100 juta rupiah hilang begitu saja untuk membeli kain yang dijahit ini.

Tentu saja, beberapa pakaian wanita yang cantik dan intim dibeli Gala untuk Raina. Barang-barang yang dibeli murni rasa sayang dan terima kasih Gala.

"Muah! Terima kasih, sayang!" Raina berjinjit dan mencium pipi Gala.

Gala mencium kening Raina penuh rasa sayang dan tersenyum tampan.

Keduanya pergi menuju ke tempat aksesoris, jam tangan dan tas wanita senilai hampir 50 juta rupiah dibelinya dengan sedikit negosiasi.

Pemandangan mereka yang menghabiskan uang dan membawa banyak tas belanja mirip seperti pasangan suami-istri.

"Beruntungnya kita libur bersama sekarang. Aku senang sekali menghabiskan waktu bersamamu," celetuk Raina penuh kelembutan.

Raina memang sejak dahulu menyamakan hari liburnya dengan hari libur Gala. Dengan banyak persamaan keduanya, tidak heran orang-orang dan rekan kerja mereka yang menganggap mereka adalah pasangan cinta. Sebenarnya tidak sama sekali.

Gala membelai rambut hitam Raina dan berkata, "Aku juga senang bisa ditemani olehmu." Hati Gala benar-benar kalah oleh kelembutan Raina.

"Bagaimana sepeda motornya? Ini udah sore hari."

Sontak Gala langsung teringat dengan sepeda motornya yang dibeli. "Oh, aku hampir lupa. Ayo kita pergi ke sana!"

Dengan banyak barang belanjaan di tangannya, Gala dan Raina buru-buru ke tempat parkir dan pergi ke tempat penjualan motor.

Setibanya di sana sepeda motor besar dan lebar berwarna hitam telah disiapkan begitu rapi untuk Gala.

Gala memeriksa kelengkapan dan kesehatan bagian sepeda motornya, memastikan tidak ada kesalahan dan kerusakan. Sangat rugi apabila ia mengambil sepeda motor yang sudah rusak.

Menaiki sepeda motornya dengan beberapa barang belanja di kantung khusus, Gala berpamitan dengan semua orang. "Terima kasih, senang berbisnis dengan kalian."

"Sama-sama, Pak Gala. Jangan lupa untuk datang kembali jika butuh kendaraan baru lagi!" Pria tua yang merupakan manager di sana tersenyum hangat melihat Gala.

"Iya, aku akan ke sini kalau ada urusan."

Segera Gala dan Raina kembali ke rumah dengan membawa sepeda motornya masing-masing.

Alasan Gala membeli satu sepeda motor dan hanya untuk dirinya sendiri karena Raina memang belum menginginkan kendaraan baru. Sepeda motornya yang lama masih layak dipakai.

Selama satu hari ini Gala dan Raina hanya ada di dalam rumah dan melakukan banyak sesuatu kegiatan, salah satunya membersihkan rumah.

"Halo, aku ingin menyewa dua oranh pembantu untuk merawat rumah ini. Masalah gaji akan aku beri tahu melalui pesan pribadi." Gala menelepon seseorang begitu serius. "Oke, sepakat."

Ia berniat untuk mempekerjakan sepasang pembantu untuk membantunya merawat rumah ini. Mereka berdua tidak sanggup.

Raina tersenyum mendengar kabar ini dan langsung memeluk Gala begitu erat. "Aku tidak menyangka kebahagiaan akan datang secepat ini. Awalnya aku kira hubungan kita akan berhenti di hubungan pertemanan saja. Nyatanya sekarang aku bisa tinggal bersamamu."

"Ini tidak lepas dari usaha dan kesabaranmu, aku harap kamu tetap bersamaku apa pun yang terjadi." Gala membalas pelukan Raina dan mencium pipinya.

"Hum, itu pasti!"

Beberapa saat kemudian, Gala tiba-tiba beranjak pergi dari rumah dengan memesan ojek online. "Pak, antarkan aku ke titik tujuan!"

Wajah Gala begitu panik dan sedikit pucat saat naik ke atas jok sepeda motor ojek.

"Baik, mas!"