Seorang murid mesti mematuhi apa kata gurunya. meskipun itu sulit. yah mengambil senjata ampuh memang bukan perkara mudah. bakalan ada halangan dan rintangan. baik di perjalanan maupun menghadapi musuh. namun semua di perlukan untuk melakukan perjalanan ke barat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 3112, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjalanan ke barat 8
“Aku melihat ada sesuatu yang di butuhkan,“ ujar Ban-dao yang terus memperhatikan apa yang di bawa orang-orang Bunga putih itu. Serta dengan pandangan nya yang tajam, langsung bisa menduga apa yang Tengah di sembunyikan itu. Dan harapan besar sudah Nampak. Sehingga tak perlu jauh-jauh menuju ke negeri Pai-Hua-yuan. Di sini semua sudah tersedia. Tinggal bagaimana memperjuangkannya.
“Iya.”
“Kita bisa memintanya itu.”
Para murid Perguruan Bunga Putih itu hanya saling pandang. Namun langsung tanggap. Nampaknya memang satu kesulitan sudah siap menghadang. Dan itu mesti di pecahkan. Agar terurai semuanya.
“Guru,“ ujar Yin-ying. “Sebaiknya berangkat duluan. Biar tak terlambat. orang-orang ini aku yang menghadapi.“
“Baiklah.“ kata guru molihua. “Ayo Hong-li.“
“Aku mau membantu mereka guru.“
“Kau masih sakit.“
“Tidak. Aku sudah sembuh.“
Hong-li memaksa. Rupanya sepanjang perjalanan tadi, sudah bisa mengistirahatkan diri. Serta sudah mampu membuat lukanya tertutup. Dan rasa sakit menurun tajam. Memang masing-masing orang daya tahan dan pengobatan diri berbeda-beda. Juga seperti pendekar kecil ini. Tapi sudah mampu mengobati luka sendiri. Sehingga walau masih berjala, tanpa ada kejadian berarti, membuat mampu menyembuhkan diri sendiri. Apalagi obat dan boreh-an luka dari sang guru membuat luka semakin mengering. Dan tanpa terasa sudah mampu tersembuhkan dengan sendirinya.
Walau kalau di lihat lebih jauh sebenarnya belum sembuh total. Namun di pakai untuk banyak aktifitas sudah mampu. Dan itu mampu membuat bisa mengerjakan banyak perkara yang lumayan besar. Begitulah. Terkadang sesuatu yang membuat suka di rasa bakalan mampu untuk bisa menyembuhkan luka dengan sendirinya. Atau apa yang di miliki dalam diri akan bisa menyembuhkan segala lara. Karena bisa mengeluarkan suatu energi penyembuh tersendiri yang sanggup keluar dengan dorongan dari sebuah rasa. Beda kala membutuhkan. Maka akan kesulitan. Mesti di coba dengan berbagai cara tak akan sanggup. Sebab memang sangat sulit. Terlebih lagi kalau sangat mendamba, maka energi aneh itu tidak bakalan keluar. Serta membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk sanggup menyetir kekuatan aneh tersebut. Dan jika sanggup membuat seperti itu, maka bakalan sanggup mengontrol banyak hal. Utamanya tentang penyembuhan diri.
“Baiklah. Hati-hati tapi ya,“ pesan gurunya. Dia tak mau sesuatu yang mengkhawatirkan akan menimpa Kembali. Bagaimanapun belum sembuh total, meski keinginannya kuat, dan itu sebagai satu modal buat mampu berkarya lebih banyak. Akan tetapi segala sesuatunya mesti di imbangi juga dengan kondisi diri. Dimana jangan memaksakan satu kehendak yang sekiranya justru akan mencelakakan diri sendiri dan lebih banyak hal lain, akan semakin menyiksa di lain waktu. Untuk itulah semua mesti di katakana. Tapi kalau sudah niat, mau apa lagi. Sebab hal demikian akan membuat semua itu bisa di jalani dengan baik. Bahkan satu factor atas kemenangan itu, antara lain karena niat kuat dari dalam diri. Sehingga yang lain bisa sedikit di abaikan. Walau skill dan kemampuan juga menunjangnya. Tapi kalau semua itu tanpa niat dan keberanian, maka bisa di katakana sangat sedikit, bahkan mendekati nol. Berharap pada salah satu keberuntungan adalah aneh. Karena keberuntungan biasanya beruntun untuk salah satu pihak saja. Namun kalau berusaha supaya mempunyai kemampuan, itu yang kebanyakan pihak mampu di andalkan.
“Baik guru.“
Guru Moli-hua segera menuju kereta. Dengan di ikuti oleh Guan-zu sang kusir.
