Bercerita tentang seorang pria usia 30an yang jatuh dari kehidupan nya setelah bercerai dan terpuruk dalam kehidupannya, ketika di perjalanan pulang dirinya mengalami sebuah kecelakaan tragis yang menyebabkan dirinya meninggal dunia. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, ada penyesalan dalam dirinya yang membuat dirinya begitu terpuruk dan berharap dapat memperbaikinya. Namun tanpa disadari dirinya kini bertemu seorang dewa dan di renkarnasikan di dunia lain dengan bantuan sistem. Bagaimanakah kehidupan nya di dunia lain? Apakah dia akan dapat bertahan hidup di dunia yang penuh monster dan sihir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizSlide, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PUKULAN TELAK 2
Melihat seekor Hewan Suci melayang di depan istananya, Luther pun keluar untuk menemuinya.
"Tunggu yang mulia" ucap Marcus
Darius pun segera berdiri di depan Luther untuk melindunginya.
"Tidak apa Darius, aku tidak merasakan niat permusuhan darinya" ucap Luther
Luther maju beberapa langkah menuju tepi balkon, dia berkata.
"Wahai hewan suci Ikaruga Sang Badai, apa yang membuatmu mendatangi istana kami" ucap Luther
Ikaruga hanya terdiam sembari melayang dengan mengepakkan sayapnya. Itu membuat tekanan udara di sekitar tempat itu menjadi sedikit lebih kuat.
...-- Sebelumnya --...
Ketika Darius mulai menunjukan perasaan kesal dan mengancamku, aku menghubungi Ikaruga dan menceritakan secara singkat apa yang sedang terjadi melalui koneksi kami..
*Manusia nampaknya menjadi semakin angkuh dan lupa diri, padahal dahulu mereka hanyalah ras lemah yang dulunya dilindungi oleh semua ras di dunia ini* ucap Ikaruga
*Tapi kurasa tidak semuanya seperti itu" kataku
*Lalu apa yang kau butuhkan nak* ucap Ikaruga
*Jika kau tidak keberatan, bisakah kau membantuku keluar dari tempat ini?* kataku
*Itu mudah* ucap Ikaruga
*Maaf karena merepotkanmu* kataku
*Tidak masalah, sebagai seseorang yang telah di akui oleh ku dan Gugnir, sudah sewajarnya bagiku untuk membantumu* ucap Ikaruga
*Terima kasih* kataku
Tak lama setelah pembicaraan kami melalui koneksi khusus, Ikaruga langsung muncul di depan bangunan istana kerajaan. Mungkin dia terbang dengan kecepatan tinggi untuk kesini.
-- Saat ini --
Aku melangkah maju menuju ke balkon, Ikaruga melihatku berjalan kearahnya. Dia pun turun dan mendarat di balkon bangunan istana, itu membuat Luther mundur beberapa langkah dan Darius langsung berdiri di depan Luther untuk bersiap melindunginya.
Namun seketika semua orang terkejut melihat Hewan Suci setinggi lebih dari 3 meter mendarat di hadapan mereka dan membiarkan aku menyentuh dan mengusap kepala Ikaruga Sang Badai.
"K-kau..?" ucap Darius dengan nada gemetar
Luther dan Marcus terdiam melihat apa yang sedang mereka saksikan. Sementara itu Leonore mulai meneteskan air mata di tempatnya berdiri, dia melihat apa yang Ryo lakukan pada Ikaruga dengan mengelus kepalanya, sedangkan Ikaruga malah menunduk menunjukan pengakuannya persis seperti sang pahlawan dari seribu tahun silam.
Max melihat itu dari dalam ruangan, dia sudah mengetahui tentang semua ini terlebih dahulu, jadi itu sama sekali tidak membuatnya terkejut. Selain itu dia merasa kalau semua ini terjadi karena dirinya menerima menjadi pelayan di pertemuan. Karena sejujurnya dia lah yang mengajukan diri untuk posisi itu agar dapat mengikuti jalannya pertemuan.
Dalam hatinya Max menyesali keegoisan dan sikap kekanakannya itu, padahal meski dia tidak ikut dalam pertemuan, nanti Leader nya itu juga pasti akan menceritakan semua yang terjadi ketika pertemuan. Dia mengepalkan tangannya dan merasa kesal pada dirinya sendiri.
Sedangkan di sisi lain..
Aku dan Ikaruga sedang berbicara melalui koneksi kami..
*Apa benar kau tidak keberatan aku mengelus kepalamu seperti ini* kataku
*Tidak masalah, ini akan membuka mata mereka, bagi kami Hewan Suci, membiarkan seseorang menyentuh atau mengelus kepala kami menandakan kalau kami sudah mengakui orang itu, jadi cara seperti ini lebih mudah dan lebih cepat untuk di mengerti orang yang melihatnya" ucap Ikaruga
"Jadi begitu ya* kataku
*Lalu apa yang akan kau lakukan setelah ini Nak?* tanya Ikaruga
*Aku sudah bersikap kurang sopan pada sang Raja, kurasa aku sudah tidak bisa lagi tinggal di kerajaan ini* kataku
*Lalu bagaimana dengan teman2mu? tanya Ikaruga
*Itulah yang sedang ku fikirkan* kataku
Ikaruga terdiam sejenak dan melirik kearahku lalu berkata..
*Apa kau percaya padaku nak?* tanya Ikaruga
*Tentu saja aku percaya padamu, bagaimana bisa kau percaya pada ku tapi aku tidak mempercayaimu* kataku
*Baiklah, mulai dari sini biar aku yang berbicara pada mereka dan kau diam saja di sampingku* ucap Ikaruga
*Baiklah, aku percaya padamu* kataku
Lalu Ikaruga menatap orang2 di hadapannya dan berkata..
"Aku sudah mendengar apa yang kalian semua lakukan, sepertinya kalian sudah mulai melupakan sejarah" ucap Ikaruga
"Manusia dulunya hanyalah ras terlemah yang dilindungi oleh ras lain di dunia ini karena selalu di perbudak oleh ras iblis, tapi nampaknya sekarang kalian sudah menjadi angkuh dan lupa tentang bagaimana kalian berawal" ucap Ikaruga
"Pemuda disampingku adalah orang yang telah diakui oleh ku dan Gugnir. Apa yang kalian lakukan padanya, itu juga menandakan kalian melakukan hal yang sama terhadapku" ucap Ikaruga
Luther pun maju satu langkah dan berkata..
"T-tunggu.. Apa maksud anda dengan Gugnir mengakui pemuda ini" ucap Luther dengan nada bergetar
Leonore pun maju mendekatiku seraya berkata..
"Itu benar, Ryo adalah pemuda yang telah diakui oleh Gugnir, selain itu dalam perjalanan kesini sepertinya dia dan Ikaruga telah menjalin kontrak yang membuat mereka saling terhubung" ucap Leonore
"Itu benar, aku dan pemuda ini telah menjalin kontrak, selain itu pemuda ini juga telah memiliki berkah dariku" ucap Ikaruga
Semua orang terdiam dengan wajah terkejut, mereka seperti mendapat tamparan di wajah mereka setelah tindakan bodoh mereka yang terlalu angkuh dan melupakan masa lalu.
"Tu-tunggu, apa benar Gugnir pedang legenda sang pahlawan yang di katakan telah menghilang itu benar ada padamu?" tanya Marcus
Aku menyadari akan sulit mempercayai ini jika belum melihat bukti nyata dengan mata kepala sendiri. Aku pun mengeluarkan Gugnir dari magic bag, dan menariknya keluar dari sarung pedangnya.
Semua orang terdiam, tanpa di ragukan aura yang di pancarkan Gugnir itu asli dan murni. Sebuah pedang panjang satu tangan yang terbuat dari campuran setiap logam terkuat didunia dengan corak keemasan pada bilahnya. Tidak salah lagi itu memang benar2 Gugnir yang asli.
"B-bagaimana mungkin pedang itu bisa ada di tanganmu? Seharus..." ucap Darius
Leonore menyela perkataan Darius dan berkata..
"Hentikan sikap mu itu sebelum aku benar2 marah Darius" ucap Leonore dengan wajah serius
"Guru, itu adalah pedang warisan sang pahlawan, bagaimana mungkin bocah sepertinya layak memegang pedang itu" ucap Darius dengan sikap arogan
Luther dan Marcus hanya terdiam mencoba mencerna semua yang mereka lihat dengan seksama, berbeda dengan Darius yang terlihat begitu berambisi untuk mendapatkan pedang sang pahlawan. Yah, wajar saja, kekuatan dan daya serangnya begitu luar biasa sehingga semua orang di dunia ini pasti menginginkannya.
"Apa kau tidak tahu kalau Gugnir memilih sendiri pemiliknya? Apa kau fikir kau layak untuk nya?" tanya Leonore
"Dengan kekuatanku aku yakin aku pantas untuk memiliki pedang warisan sang pahlawan" ucap Darius dengan sombong
Aku sedikit merasa kasihan padanya saat ini, dia lebih terlihat seperti orang bodoh karena di kalahkan oleh nafsu dan ambisinya. Bagaimana mungkin orang sepertinya bisa menjadi seorang Marshall kerajaan.
"Baiklah, tapi jangan menyesal nantinya. Ryo, berikan Gugnir padanya, biar kita lihat sendiri apa yang akan terjadi" ucap Leonore
Aku menurutinya dan mengarahkan gagang pedang Gugnir padanya untuk dia genggam, belum tiga detik dia memegangnya, dia tersungkur bersamaan dengan jatuhnya Gugnir di lantai balkon istana.
Darius nampak terkejut dengan hal itu, sekuat tenaga dia berusaha mengangkat Gugnir, hal itu nampaknya membuat Gugnir geram, lalu tangan Darius terbakar sampai sebatas lengan nya. Lalu Leonore berteriak pada Darius dan berkata..
"Darius lepaskan pedang itu, semakin kau memaksanya akibatnya akan fatal bagimu!!" ucap Leonore
Darius tidak mengindahkan ucapan dan peringatan dari gurunya, dia mengerahkan segenap kekuatannya untuk membuat Gugnir menyerah dan mengakuinya, tentu hal itu membuat Gugnir menjadi marah, dan membakar habis lengan Darius dengan api birunya. Bahkan armor bagian lengan darius sampai hampir meleleh karenanya.
Hal itu akhirnya membuat Darius melepaskan pedang itu karena kini tangannya telah lumpuh total akibat dari perbuatan dan ambisinya sendiri. Darius terduduk di lantai dan terlihat menyesali apa yang sudah dia perbuat karena tidak mengindahkan nasehat dan peringatan gurunya.
"Ini, benar2 Gugnir" ucap Luther
"Tentu, aku tidak mungkin salah membedakan Gugnir yang asli dengan pedang sihir palsu yang di buat oleh orang2 tidak bertanggung jawab" ucap Leonore
Aku hanya terdiam melihat apa yang terjadi pada Darius, kurasa itu adalah harga yang harus di bayar mahal akibat kesombongan dan ambisinya itu. Kini kedua tangannya lumpuh total, selain itu sebagai seorang Marshall dan Ksatria, kehilangan tangannya sama dengan kehilangan harga dirinya sebagai ksatria. Tentu ini akan menjadi pelajaran berharga baginya.
"Marcus pergi dan bawa Darius agar segera mendapatkan perawatan, semoga saja kedua tangannya dapa di selamatkan" ucap Luther
"Baik yang mulia" ucap Marcus seraya membantu Darius berdiri dan membawanya keruang perawatan.
Luther pun memandang ku dan Ikaruga, dia berkata..
"Aku minta maaf padamu karena tidak menghentikan Darius ketika dia mengintimidasi mu sebelumnya, perkataan mu membuka mataku bagaimana seharusnya aku bersikap sebagai seorang Raja kerajaan ini" ucap Luther
Aku hanya diam dan memandangnya balik, Ikaruga memintaku untuk diam dan belum menanyakan pendapatku. Aku percaya padanya seperti yang ku katakan padanya sebelumnya.
"Kau tidak bisa menghapus kesalahan yang kau perbuat begitu saja, sebagai Raja kau harus memimpin kerajaan ini dengan bijaksana" ucap Ikaruga
"Anda benar, aku menyesal kepada diriku sendiri karena telat menyadarinya" ucap Luther
"Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali Luther, yang sekarang harus kau fikirkan adalah bagaimana caramu untuk memperbaikinya" ucap Leonore
"Kau benar guru, aku juga merasa malu sebagai muridmu telah lalai dalam memimpin kerajaan ini dan membiarkan hal seperti itu terjadi" ucap Luther
"Tidak, aku juga sama salahnya sepertimu, aku fikir semua ilmu yang ku berikan pada kalian sudah cukup, tapi setelah mendengan ucapan pria disampingku ini aku merasa kalau aku harus belajar lagi darinya" ucap Leonore seraya memandangku
Luther menghampiriku dan berkata..
"Nak, tolong maafkan pak tua dia hadapanmu ini, aku tidak akan menyadari kekuranganku jika kau tidak mengatakan itu padaku. Sekali lagi ku ucapkan terima kasih dan mohon maaf" ucap Luther sambil mengulurkan tangannya
Melihat kesungguhan hati Luther, Ikaruga menoleh kearahku. Seolah dia memberku tanda kalau aku sudah boleh kembali berbicara. Aku pun menatap sang Raja seraya menyambut uluran tangannya dan berkata.
"Memang benar aku sedikit kecewa pada anda, tetapi bukan berarti aku marah. Aku hanya tidak suka dengan sikap Darius, bahkan itu juga berdampak pada Max. Apa yang akan terjadi jika ada orang biasa yang terkena intimidasi sebesar itu? Mentalnya mungkin akan hancur." kataku
"Aku tidak pernah berfikir sejauh itu, aku hanya berfikir bersama dengan Darius dan Marcus yang selama ini berjuang bersama ku, keduanya akan dapat membantuku untuk menjaga dan memperkuat kerajaan ini" ucap Luther
"Di dunia ini kekuatan adalah segalanya, tapi bukan berarti tanpa kekuatan kau tidak dapat memiliki apa2. Contohnya, para rakyat jelata, meski tidak memiliki kekuatan, mereka masih memiliki hal yang berharga bagi mereka, contohnya adalah keluarga" kataku
Luther sedikit terkejut dan kagum dengan apa yang dikatan pemuda di hadapannya, sekali lagi pemuda ini kembali membuka matanya untuk melihat dunia ini dengan cara dan sudut pandang yang berbeda..
"Kau benar, rasanya ada banyak yang ingin ku bicarakan denganmu, tapi rasanya sudah tidak ada ruang bagi kita untuk berbicara sekarang" ucap Luther dengan raut wajah sedih dan kecewa
Aku mengerti, selama ini dia bersikap seperti ini hanya karena matanya belum sepenuhnya terbuka, masih banyak hal-hal yang luput dari pandangannya.
Yang dia butuhkan hanyalah orang yang dapat membantunya untuk melihat dunia ini dengan cara yang berbeda untuk memperluas pandangannya.
Aku berusaha menekan keegoisanku, mungkin aku bisa membantunya sedikit.
"Baiklah, aku mengerti yang mulia, kita akan melanjutkan pertemuan ini, tapi aku mohon izin untuk rehat sejenak setelah apa ya g terjadi" kataku
Mendengar itu wajah Luther kembali tersenyum dan nampak sangat senang, dia pun berkata..
"Tentu, mari kita rehat sejenak, silahkan kalian gunakan ruangan ini untuk beristirahat sejenak setelah apa yang terjadi" ucap Luther bersemangat
"Terima kasih yang mulia, kalau begitu, kita kan melanjutkan pertemuan kita selepas makan siang, bagaimana?"kataku
"Tentu, tentu.. Malahan akan lebih baik jika kita makan siang bersama" ucap Luther
"Dengan senang hati yang mulia" kataku
Setelah mengatakan itu Luther pun pergi meninggalkan ruangan dengan di kawal oleh para ksatrianya, kini hanya tinggal aku, Leonore, Ikaruga dan Max yang masih berada disana.
"Apa kau benar tak apa dengan itu?" tanya Leonore
"Tak apa, aku rasa Raja telah menyadari kesalahannya dan bersungguh2 ingin memperbaikinya" kataku
"Aku.. Aku juga minta maaf karena membiarkan Darius bersikap seperti itu, aku fikir aku sudah mendidik murid2ku dengan baik, tapi ternyata aku salah" ucap Leonore
"Untuk saat ini lebih baik kita rehat sejenak merenungkan apa yang terjadi" kataku
Aku melangkah mendekati Ikaruga..
"Terima kasih sudah membantuku" kataku
"Tidak masalah nak, setelah kontrak diantara kita terjalin sudah seharusnya aku membantumu" ucap Ikaruga
Leonore maju satu langkah seraya berkata..
"Lama tidak berjumpa, Ikaruga" ucap Leonore
"Ya, senang melihatmu masih hidup dan baik2 saja Leonore" ucap Ikaruga
Kami pun sedikit mengobrol tentang apa yang baru saja terjadi. Ikaruga merasa prihatin dengan perubahan sikap manusia, dulu manusia hanya ras lemah yang dilindungi namun kini malah menjadi semena2 ketika telah mendominasi dunia.
.hadehh