Bagaimana menderitanya Veronica Han yang harus hidup berdampingan dengan lelaki musuh bebuyutannya semenjak orok. yang sialnya lagi lelaki bernama lengkap Bian Nugroho itu adalah bos di cafe tempat ia bekerja. penderitaan ini akan terus berlanjut sampai akhirnya tumbuh benih cinta di antara kedua manusia paling tidak akur di dunia.
"Selamat pagi bos"
"jangan sok asik sama bos sendiri! mentang mentang saya orang yang kamu kenal jauh malah sksd begitu"
"terserah Lo deh Bian!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uriii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
028 | Ada Pengganggu! Lariii~
"Lemes?"
Veronica mengangguk, Bian dengan sigap menggendong gadis itu menuju apartemen yang letaknya di lantai teratas.
"Nggak usah masak sama beres beres rumah dulu yah? biar pesen gofood aja."
lagi lagi Veronica hanya mengangguk lemas.
setelah sampai di dalam apartemennya, Bian menidurkan Veronica pada kasur gadis itu. Melepaskan sepatu gadis itu.
"jangan tidur dulu, perut Lo belum di isi. basuh muka aja sana."
Perintah Bian yang hanya di balas deheman saja oleh Veronica.
Bian keluar dari kamar Veronica dan menutupnya pelan. Ia berjalan menuju sofa dan mendudukkan dirinya di sana.
Membuka handphone dan memesan makanan cepat saji untuk mereka berdua. Setelah selesai, ia menghubungi Mama nya hanya untuk berbasa-basi agar Mama nya khawatir.
"Halo ma?" Bian terdiam saat Mama nya tidak buru buru menjawab sapaannya. terjadi keheningan se saat. Apakah sang Mama masih dalam mode ngambeknya?
"Iya halo?"
Bian mengerutkan alisnya bingung, ini bukan suara Mama Bian. Suara dari sebrang sana terdengar seperti suara wanita dewasa, dari intonasi nya yang rendah dan lembut.
"ini siapa? Mama mana?"
Terdengar suara kekehan dari sebrang sana membuat Bian di landa kebingungan kembali.
"Masa kamu nggak kenal sih? Hayo tebak siapa?"
Bian merenggut tak suka, sksd sekali orang ini. "Maaf, gue nyari Mama. Bukan main tebak-tebakan nggak jelas kaya gini!"
"Yah? Bian masih suka marah marah aja yah dari dulu?"
"Apasih?" pikir Bian dalam hati.
"Lo nggak sopan banget yah buka hp nyok--"
"Nak?"
Bian terdiam saat Mama nya bersuara dengan nada marah.
"Kamu kok gitu sih? Mama nggak ngajarin anak mama buat nggak sopan kaya gini yah?"
Bian menghela nafas, niatnya ingin menanyakan kabar sang mama malah berakhir di marahi seperti ini karna ulah orang tak di kenal.
"Orang tadi siapa sih Ma? Nggak sopan banget buka buka hp Mama kaya gitu?"
"Mama yang suruh dia buat angkat, Mama kira kamu bakal langsung kenal cuman denger suaranya. tapi ternyata enggak."
Bian terdiam, pasti ada sangkut pautnya dengan perjodohan jika sudah soal kenal mengenal seperti ini.
"Aku nggak se detail itu Ma buat ngenalin ciri ciri setiap orang. Setiap hari aku ketemu sama orang yang berbeda beda."
"Iya Mama ngerti, tadi itu suaranya Naraba. Yang waktu itu Mama ceritain. Temen kecil kamu juga kalo nggak salah?"
Bian terdiam, berusaha mengingat ingat kembali suara tadi. Yang terdengar sangat asing di telinga Bian.
"Iya," Bian hanya mengiyakan saja agar cepat selesai.
"Kamu kapan ke sini? Nggak kangen sama Mama?"
"Kangen banget! Tapi kerjaan Bian numpuk Mulu, bilangin sama papa dong Ma. Biar papa juga bantu handle. Kan Bian bisa liburan sehari aja."
Terdengar kekehan dari dua suara berbeda, Bian menebak Naraba masih ada di samping Mamanya dan sang Mama pun pasti mengeraskan suara teleponnya.
"Ma? udahan dulu yah? Aku mau makan malam."
Bian tidak jadi bercerita karena masih ada orang asing. Ia paling tidak suka jika ada orang yang ikut campur pada hal privasi nya.
"Loh kok? Padahal Naraba kangen kamu katanya--
"Tante apaan sih?"
Sang Mama kembali terkekeh saat keduanya berbicara hal yang menjengkelkan di telinga Bian.
"Ya udah deh Ma, bay! salam jauh. Muach!"
Bian menutup telepon itu seketika, masa bodo dengan Mama nya yang akan ngambek lagi dan lagi. Ia jadi tak ingin berkunjung ke rumah sang mama jika terus di teror seperti ini. Apalagi orang itu berada di dekat rumah Mama nya dan terus menempel. Bian paling tidak suka.
Setelah makanan datang, ia menata nya di atas meja makan sembari menunggu Veronica keluar dari kamar.
"Mesen makan apa?"
Veronica datang dengan wajah yang segar, sepertinya gadis itu habis mandi. Tericum dari bau sabunnya yang khas dan memabukkan di indera penciuman Bian.
Gadis itu menguncir poninya di depan menjadi kunciran apel. Ah Bian tidak tahu apa namanya, yang pasti Veronica terlihat sangat menggemaskan di mata Bian kali ini. dengan kaos kebesarannya yang menenggelamkan celana pendek Veronica.
"Warna ungu?" tanya Bian saat melihat gaya rambut Veronica yang baru.
"Iya! Bagus nggak? Ini tuh perpaduan antara ungu muda sama ungu tua. Jadi keliatan keren."
"bukannya lucu tapi malah kaya bocil Korea," Bian berbicara dengan nada pelan yang membuat Veronica ngang ngong tidak jelas.
"Besok Chika sama Romi pasti muji gue, apalagi Riska. Makin klepek klepek dah liat gue!"
Omongan Roki saat itu membuat Bian ingat akan perkataannya. Pantas Roki cemburu.
"Lo beneran suka sama Riska?" Tanya Bian penuh selidik.
"nggak, cuman bercandaan aja. biasa, cewek kan biasa ayang ayangan."
"Tapi beda konsep kalo Lo yang ngelakuin. Kesannya kaya cewek cowok pada umumnya yang lagi kasmaran."
Veronica mengendikkan bahunya acuh, ia lebih memilih duduk di depan meja makan yang sudah penuh dengan makanan kesukaan nya semua.
"Emang cuman Lo yang paling the best!"
Veronica memberikan acungan jempol pada Bian. "Cuman pas ada maunya doang muji muji gue kek gini!"
Veronica kembali menarik kedua jempolnya dengan muka yang di tekuk.
"Padahal gue ikhlas begini di kira ada mau nya. Emang manusia itu tempatnya salah dan dosa."
"idih? Biasanya Lo selalu paling ngerasa bener. Tumben ngaku salah?" Bian menatap penuh curiga pada Veronica yang sudah menyantap makanan nya dahulu tanpa mau menunggu Bian.
Veronica menggeleng acuh membuat Bian memberengut kesal.
setelah selesai makan malam, Veronica membersihkan piring bekas makan mereka berdua dan hendak mencucinya. Bian berjalan ke arah kamarnya untuk mandi dan beres beres.
****************
"Kenapa tan?"
"Maafin sikap Bian yah? Dia emang orangnya kaya gitu, gampang sewot."
Gadis itu tertawa ringan dengan elegan. Ia mengusap lembut punggung tangan Mama Bian membuat wanita itu tersenyum manis.
"Nggak apa-apa kok Tante, aku udah biasa. Bian emang dari dulu suka kaya gitu."
Mama Bian menatap Naraba dengan penuh haru. "Kamu kok baik banget sih sayang? sampe inget sama sifat bian. padahal orang yang kamu inget malah pikun sampai nggak ngenalin kamu."
"Mungkin karena udah lama. Kalo kita sering ketemu sama main bareng mungkin bakal akrab lagi kaya dulu kok."
"nah itu! nanti kalo Bian ke sini. Kamu tahan dia biar nggak keluar keluar Mulu. Ajak main kek apa kek," Mama Bian mengangguk setuju.
"Tapi kayaknya sulit deh Tan?" Naraba menatap mama Bian dengan raut sedih.
"Nggak bakal! Tenang aja sayang, Tante bakal bantu kok. Kalian berdua itu udah cocok banget. Jadi harus cepet cepet deket dan timbul benih benih cinta terus nikah deh."
Naraba tertawa mendengarnya. "Tante ini, kebanyak nonton sinetron kayanya yah?"