NovelToon NovelToon
Strange Rebirth

Strange Rebirth

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Sistem / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Teen School/College / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lemonia

Reyna dikirim ke masa lalu setelah berhasil menjebloskan suaminya kedalam penjara.

"Kenapa baru sekarang? Kenapa aku kembali saat aku sudah terbebas dari baj*ngan itu?"

.

"<Bos! kamu membuat mereka lebih dekat! Lakukan sesuatu bos!>"

"Biarkan saja dulu. Sistem, dimana tokoh antagonis sekarang?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lemonia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22: Kue Strawberry

Di sebuah kafe kecil di sudut kota, Reyna, Bulan, dan Bintang berkumpul di meja pojok untuk mengerjakan tugas kelompok. Kafe itu tempat Bulan bekerja paruh waktu setelah sekolah, jadi suasananya sudah akrab bagi mereka. Aroma kopi yang baru diseduh menyatu dengan keharuman kue-kue yang disusun rapi di balik etalase, menciptakan suasana yang nyaman dan santai.

Bulan menaruh beberapa kue di meja dengan hati-hati, lalu duduk sambil melepaskan apron yang masih menggantung di pinggangnya. "Aku sangat menghargai kebaikan hati kalian untuk mengerti kondisiku yang harus bekerja part-time sepulang sekolah," katanya sambil tersenyum tipis, menunjukkan rasa terima kasih yang tulus. Namun, Tatapannya kemudian beralih pada seseorang yang duduk di ujung meja. Wajahnya seketika berubah cemberut. "Tapi, kenapa orang ini ada di sini? Dia bahkan tidak sekelas dengan kita."

Orang yang disebut ‘orang ini’ mendengus sebal. Jaden, yang sejak tadi hanya memainkan ponselnya, mengangkat alisnya dan menatap Bulan dengan tatapan penuh tantangan. "Seingatku, kafe ini masih dibuka untuk umum?"

Bulan mendecih, meletakkan tangannya di pinggang, tatapannya penuh kecurigaan. "Kamu pasti mengikuti Reyna," katanya dengan nada tajam, matanya menyipit seolah berusaha membaca pikiran Jaden.

Tidak ada yang menyadari telinga Bintang berkedut halus, dia dari tadi mendengarkan percakapan mereka.

Jaden menyandarkan diri di kursinya, meskipun merasa tuduhan itu benar, dia tidak akan mengakuinya begitu saja. Dengan angkuh, dia tersenyum dan berkata, "Kamu pikir cuma kamu yang punya tugas berkelompok?" Senyumnya semakin lebar, penuh kemenangan. "Aku juga punya tugas."

Bulan mengerutkan kening, tak sepenuhnya yakin. "Jangan bilang..." Dia berhenti, ragu-ragu. Pikiran yang tiba-tiba terlintas di kepalanya membuatnya gelisah.

Jaden mengangguk, menegaskan kecurigaan Bulan dengan nada penuh kepuasan. "Benar! Bumi akan segera tiba."

Jaden menyadari bahwa perasaan Bulan berkembang lebih cepat daripada alur cerita di dalam novel. Saat ada Bumi, Bulan tampak lebih berhati-hati menjaga citranya, seolah berusaha tampil sempurna di hadapan sahabatnya itu. Situasi ini ternyata menguntungkannya. Namun, sepertinya sistem yang ada di kepalanya belum menyadari perubahan ini. Bicara soal sistem, dia masih belum kembali sampai sekarang. Apakah permasalahannya serumit itu?

Sebelum Bulan sempat memproses ucapannya, pintu kafe berdenting dan seseorang memasuki ruangan. Jaden menyeringai lebar, menunjuk ke arah pintu. "Oh, itu dia!"

Namun, senyum di wajahnya perlahan luntur ketika matanya menangkap sosok yang datang bersama Bumi. Tidak hanya Bumi yang muncul di pintu kafe, tetapi juga Luna—seseorang yang jelas-jelas tidak ingin dia lihat sekarang.

"Radit~" Luna menyapanya dengan nada menggoda, suaranya melengking dengan keras. Dia berjalan beriringan dengan Bumi, membawa aura percaya diri yang mengintimidasi.

Di sisi lain, Reyna berusaha menyembunyikan perasaannya. Dia menundukkan kepala sedikit, menyembunyikan wajahnya di balik rambutnya. Melihat Luna begitu dekat dengan Jaden membuat hatinya terasa nyeri, namun dia menelan rasa sakit itu dengan senyuman yang terlatih. Dia sudah memutuskan untuk menjadi teman dengan Jaden.

Tidak apa-apa, pikirnya dalam hati, berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Radit berhak memilih siapa pun yang dia inginkan. Aku tidak bisa menahan dia hanya karena aku pernah menjalin hubungan dengannya.

Jaden mendesah panjang, menahan emosinya meski senyum terpaksa masih tersungging di bibirnya. "Apa maksudnya ini, Bumi, temanku?" desisnya pelan, mencoba mempertahankan nada tenang meskipun dalam hati dia merasa sedikit kesal.

Bumi, yang menyadari ketegangan di udara, hanya bisa menggaruk tengkuknya dengan canggung. "Hm… sebenarnya kami bertemu di jalan," jawabnya, suaranya sedikit terbata, seolah berusaha meredakan suasana.

Jaden melirik ke arah Bulan, yang jelas-jelas berusaha menahan tawa. Dari sudut matanya, dia bisa melihat betapa senang Bulan melihatnya dalam situasi yang tidak menguntungkan ini. ’Karma yang cepat,’ pikir Jaden dengan getir, mengingat bagaimana dia sebelumnya berencana membuat Bulan tidak nyaman.

"Baiklah," Jaden menghela napas panjang, akhirnya menyerah pada situasi. Tidak ada gunanya memaksakan kontrol di sini. Setidaknya untuk saat ini, dia harus menahan diri.

...****************...

Jaden pindah ke meja sebelah, bergabung dengan Bumi dan Luna yang sudah duduk di sana. Bumi sebelumnya telah memesan beberapa menu, aroma makanan yang lezat mulai memenuhi udara di sekitar mereka.

Jaden mengerutkan kening saat Bulan mendorong piring berisi kue strawberry ke arahnya dengan kasar. Dia memandang kue itu, lalu menatap Bulan dengan ekspresi bingung. "Apa ini?" tanyanya, tidak puas.

Bulan mendengus dan melipat tangan di dada. "Jangan ngelunjak, ya. Aku memberi kue favoritmu," jawabnya dengan nada sinis. "Dasar maniak strawberry."

Jaden mengangkat alis, kaget dengan pernyataan itu. "Aku... maniak strawberry?" tanyanya heran, lalu mendesah frustrasi. "Aku tidak suka strawberry. Sejak kapan aku suka?"

Bulan terdiam sejenak, matanya menyipit. "Hah? Tidak suka?" Dia menatap Jaden seolah tidak percaya. "Seingatku, kamu selalu memesannya."

Jaden menggeleng, "itu rasa yang mengerikan. Tidak mungkin aku memakannya."

Bulan masih menatapnya bingung, tapi sebelum sempat merespons, Luna dengan cepat menarik piring kue itu ke hadapannya. "Kalau begitu, ini untukku saja!" ujarnya riang, tidak menyia-nyiakan kesempatan.

Jaden hanya mengangguk, mengangkat bahu seolah tidak peduli. "Ambillah, akan terbuang kalau tidak ada yang memakannya," katanya santai.

Luna tersenyum puas, lalu mendorong sepiring lava cake ke arah Jaden. "Lalu, lava cake ini untukmu."

Jaden menatap lava cake itu sejenak, kemudian tersenyum tipis. "Makasih," jawabnya, sedikit lebih lembut kali ini, mengambil sendok dan mulai memakannya tanpa ragu.

Reyna mengamati dalam diam, matanya tak lepas dari Jaden yang dengan santai menyingkirkan kue strawberry itu seolah benar-benar tidak disukainya

'Radit tidak suka strawberry?' batinnya heran.

Mustahil. Setelah bertahun-tahun mengenalnya, Reyna bisa dengan yakin mengatakan bahwa Radit sangat menggemari buah kecil berwarna merah itu. Bahkan, Reyna setuju dengan Bulan yang selalu menyebut Radit sebagai "maniak strawberry"—sebuah julukan yang dulu terasa begitu pas.

'Siapa? Siapa dia? Dia bukan Radit yang ku kenal.'

...****************...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!