Mila terjebak oleh keadaan. Ia terpaksa harus sabar mendengar cacian dari Angga. Angga sangat membenci Mila. Karena menurut Angga, Mila adalah wanita miskin, rendahan yang hanya ingin menikmati kekayaan keluarganya.
Mila juga sangat membenci Angga semenjak kejadian yang menimpa dirinya bersama Angga. Angga adalah satu-satunya orang yang tidak ingin Mila temui lagi di dunia ini tapi, takdir berkata lain. Dimana pun Mila berada pasti ada Angga.
Walaupun keduanya saling bermusuhan, tapi mereka tidak menyadari bahwa setiap hari mereka saling bertemu dan bersama. Kapankah benih-benih cinta akan tumbuh di hati mereka?
Baca kisah Mila dan Angga hanya di Novel toon dengan judul Menikah dengan Mr. Arogan.
Jangan lupa like dan share nya ya.... Terima kasih..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Mawarni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Peminta Sumbangan
Mila turun dari motor yang membawanya sampai ke perusahaan keluarga Reina. Ia memberikan sedikit uang untuk membayar jasanya. Setelah itu, Mila memandang kagum pada gedung tinggi yang ada di hadapannya itu. Sampai di situ hatinya pun menjadi ragu. Ia melihat dirinya dari atas sampai bawah. Ia hanya memakai kaos, rok plisket, dan sendal jepit. Hah, seharusnya dia tidak buru-buru ke tempat ini dan menunggu yang lain pulang ke rumah saja. Tapi, sekarang ia sudah datang dan rasanya sudah terlanjur. Mila menarik napasnya dan mulai berjalan masuk ke lobby kantor.
“Permisi mbak, saya mau bertemu dengan Reina. Boleh saya tahu kantornya di mana?” tanya Mila pada seorang resepsionis.
“Maaf, apa Ibu sudah punya janji sebelumnya pada Ibu Reina?”, resepsionis itu kembali bertanya.
Dengan lemas Mila menggelengkan kepalanya. Wanita itu tidak memperbolehkan Mila untuk berjumpa dengan Reina tanpa adanya janji. Mila sedikit kecewa.
“Saya ini, teman dekatnya. Mm, ada hal penting yang ingin saya bicarakan padanya”, Mila agak memaksa.
“Tidak bisa Bu. Ibu Reina sedang ada rapat”, jawab wanita itu dengan sopan.
“Mm, kalau gitu gimana dengan Angga. Dia di kantorkan?”, ucap Mila yang masih keukeuh.
Tapi, lagi-lagi wanita itu tidak memberi izin pada Mila karena tidak ada janji sebelumnya. Namun, dari kejauhan ada tiga orang karyawati yang sedari tadi melihat Mila yang bersikeras untuk menemui bos mereka. Mereka seperti tidak senang dengan apa yang Mila lakukan. Dari penampilan Mila saja tidak mencerminkan jika ia adalah teman dari bos besar di perusahaan ini. Mereka berpikir tidak mungkin bos terhormat mereka memiliki teman yang kucel terlebih bos Angga.
Dengan kecewa Mila pun duduk di sofa. Sudah jauh-jauh dia datang tapi tidak ada satu pun diantara mereka yang bisa ia temui. Rasanya sungguh sial, jika saja hp-nya tidak rusak pasti ia sudah bisa menelepon Reina ataupun Angga. Kemudian ia mengambil kartu memori yang ia bawa di dalam tasnya. Ia memperhatikannya dan rasanya ia sungguh penasaran.
“Ehem, anda ini siapa ya? Dan kenapa ingin bertemu dengan pemilik perusahaan ini?”, ucap salah seorang dari karyawati tersebut.
Mila buru-buru memasukan kembali kartu memori itu ke dalam tas. Kemudian, ia berdiri dan tersenyum pada ketiga wanita itu. Mila merasa mereka bisa membantunya untuk bertemu dengan Reina ataupun Angga.
“Saya Mila, teman dari Reina dan kak Angga. Ada hal penting yang harus saya bicarakan. Apa mbak bisa membantu saya untuk bertemu dengan Reina ataupun kak Angga?” ucap Mila sedikit memohon.
“Kamu pasti mau minta sumbangan ya? Hah, udah banyak mbak orang seperti mbak. Datang, mau ketemu pemilik perusahaan terus minta sumbangan. Ngakunya dari yayasan apalah. Udah deh mbak pergi aja. Bos kami lagi sibuk”, ucap karyawati itu dengan judesnya. Ia bernama Hera.
Mila sampai ternganga di buatnya. Bisa-bisanya ia langsung menyimpulkan hal seperti itu. Kini telah habis kesabaran Mila. Dalam hati Mila, mereka tidak tahu saja sedekat apa ia dengan keluarga bos mereka.
“Maaf ya mbak, saya kesini bukan untuk minta sumbangan. Kan sudah saya bilang saya ada urusan penting. Kalau nggak mau bantu ya udah. Nggak usah menghina saya seperti itu!”, jawab Mila yang sudah sangat kesal.
“Eh, mbak jaga sopan santun dong! Mbak sadar nggak sih dari tadi udah di usir? Ngaca dong. Bos kita nggak mungkin punya teman kucel kayak kamu!”, ucap wanita yang satunya lagi dengan nada yang agak tinggi.
“Nggak! Aku nggak akan pergi sebelum aku bertemu dengan mereka!”, Mila tetap mempertahankan dirinya.
Dan ketiga wanita itu pun memanggil satpam dan menyuruhnya mengusir Mila untuk pergi dari sana. Tapi, Mila tidak beranjak. Ia tetap ingin berada di sana dan menunggu. Sebenarnya, ia tadi sudah memutuskan ingin pulang. Dan duduk sejenak untuk merilekskan badannya. Ia juga tidak ingin mengganggu Reina dan Angga yang sedang sibuk bekerja. Tapi, karena ketiga wanita itu membuat darahnya mendidih akhirnya ia pun menjadi jengkel dan tak kalah menyebalkan dari mereka.
Papa Roy yang baru keluar dari lift, melihat kegaduhan di lobby. Ia pun berjalan mendekati orang-orang itu.
“Hei.. Hei.. Hentikan! Ada apa ini?”, ucap Papa Roy menghentikan kegaduhan itu. “Loh Mila? Kamu kenapa ada di sini?”, tanya Papa Roy yang heran melihat Mila di antara orang-orang tengah gaduh tadi.
Ketiga karyawati itu sedikit heran, karena bos mereka mengenal wanita yang mereka anggap kucel itu. Merekapun saling pandang-pandangan dan memberikan kode lewat mata mereka.
“Mm, maaf Pa, udah lancang datang kemari. Tapi, saya mau bertemu dengan Reina”, jawab Mila dengan takut. Ia takut jika Papa Roy akan marah padanya karena berani datang ke perusahaannya dan membuat keributan.
Lagi-lagi ketiga wanita itu dibuat kaget karena mendengar Mila menyebut bos mereka dengan panggilan Papa. Dalam hati mereka masing-masing bertanya-tanya tentang siapa Mila sebenarnya.
“Nggak apa-apa sayang. Kamu bebas kok kalau mau datang kesini. Tapi, untuk sekarang sepertinya Reina sedang tidak bisa di ganggu karena ia sedang rapat”, jawab Papa Roy.
“Mm, kalau kak Angga?”, tanya Mila malu-malu.
“Kalau Angga ada di kantornya. Tapi, Papa mau keluar. Gimana kalau kalian bertiga antarkan menantu saya ini ke kantor Pak Angga?”, ucap Papa Roy menyuruh ketiga karyawatinya.
Tanda di sadari mereka pun terbatuk-batuk karena mengetahui jika wanita kucel di hadapan mereka adalah menantu bos mereka. Sungguh tidak dapat dipercaya. Orang kaya pemilik perusahaan asuransi terbesar di negara ini bisa memiliki menantu yang di bawah dari kata biasa aja.
“Kenapa? Kalian tidak suka kalau saya menyuruh mengantarnya?”, sentak Papa Roy.
“Eh.. Bukan begitu Pak. I.. Iya kami akan mengantarkan menantu bapak ini. Mari bu Mila silahkan ikut kami”, ucap Hera berpura-pura manis di depan Papa RoY.
Akhirnya Mila pun mengikuti mereka menaiki lift. Di dalam lift ketiganya saling berbisik menceritakan Mila. Mereka masih merasa tidak senang atas kehadiran Mila. Tapi, Mila hanya diam saja. Sesekali ia tersenyum puas karena bisa membungkam mulut berbisa ketiganya.
Tidak lama kemudian, mereka pun sampai di depan ruangan Angga. Dan tanpa basa-basi lagi, mereka pun meninggalkan Mila begitu saja. Mila sama sekali tidak peduli dengan mereka.
Namun, Mila lupa dengan siapa dia akan bertemu. Seorang bos di perusahaan tersebut. Tanpa mengetuk, Mila langsung membuka pintu itu. Dan terdengarlah suara yang menggelegar sedang memarahi dua orang pria.
***