NovelToon NovelToon
Black Parade

Black Parade

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Identitas Tersembunyi / Kutukan / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Dendam Kesumat
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Sad Rocinante

Nb : konten sensitif untuk usia 18 tahun ke atas !

Parade Hitam, wabah Menari.
Kisah kelam dalam hidup dan musik.
Tentang hati seorang anak manusia,
mencintai tapi membenci diri sendiri.
Sebuah kisah gambaran dunia yang berantakan ketika adanya larangan akan musik dan terjadinya wabah menari yang menewaskan banyak orang.

------------------------------------------------

Menceritakan tentang Psikopat Bisu yg mampu merasakan bentuk, aroma, bahkan rasa dari suatu bunyi maupun suara.

Dia adalah pribadi yang sangat mencintai musik, mencintai suara kerikil bergesekan, kayu terbakar, angin berhembus, air tenang, bahkan tembok bangunan tua.

Namun, sangat membenci satu hal.
Yaitu, "SUARA UMAT MANUSIA"

------------------------------------------------

Apa kau tahu usus Manusia bisa menghasilkan suara?
Apa kau tahu kulitnya bisa jadi seni indah?
Apa kau tahu rasa manis dari lemak dan ototnya?
Apa kau tahu yang belum kau tahu?
Hahahaha...

Apakah kau tetap mau menari bersamaku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sad Rocinante, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian III - Blood

Semakin hari penampilan Mercury semakin baik dan sehat, kulitnya sudah tebal dan pipinya juga tembam, merah merona bak lipstik Si Nyonya.

Kulitnya yang penuh dengan cacar berangsur-angsur membaik karena selalu di beri minyak cedar dan obat-obatan herbal sesuai resep dokter pribadi keluarga Way.

Yang paling membuat Mercury tampak lebih baik lagi adalah kakinya yang telah dapat berjalan seperti semula.

Melihat hal itu, Hutton selalu mengajak Mercury bermain maupun berkeliling disekitar istana, Mercury merasa kagum akan kemegahan tempat barunya ini, di lorong ruangan maupun di setiap sisi tembok pasti selalu ada lukisan serta cermin besar berhiaskan cita rasa seni tinggi, begitu pula jendela dan langit-langitnya semuanya indah, karpet merah dan warna-warni menutupi lorong kayu, sedangkan lantai bawah berhiaskan batu marmer mahal terbaik, sungguh megah.

Hari demi hari, mereka berdua semakin akrab serta terus bersama setiap saatnya, sebenarnya Mercury terpaksa melakukan semua ini demi Hutton si mulut bawel mau mengajarinya membaca dan menulis, satu-satunya hal yang Mercury suka dari Hutton adalah kepintarannya.

Sudah dua minggu Mercury tinggal di istana, Nyonya Way dan Hutton nampak menerimanya dengan baik, tetapi berbeda dengan si tua Minette yang masih saja menganggapnya kutu penyedot darah yang akan selalu menjadi bayangan hitam di belakang Tuan Muda Huttonnya.

Pada suatu hari, tepatnya tanggal 21 mei, Nyonya Way memanggil Minette untuk menemuinya di kamarnya, Minette yang sedikit tau akan maksud dari panggilan itu dengan segera mendatangi Sang Nyonya.

"Ada apa Nyonya, sekiranya apa yang ingin anda sampaikan kepada hamba?"

Minette menyapa Nyonya Way yang sedang menyisiri rambut indahnya di depan cermin mewah.

"Minette, kamu sudah taukan jikalau besok adalah hari pertama parade hitam?"

"Tentu saja Nyonya."

"Kalau begitu saya perintahkan untuk membelikan pakaian hitam paling mewah bagi kedua Tuan Muda mu, terlebih lagi untuk si mata biru, kamu harus menjadikan dia sebagai anak paling indah seantero negeri."

"Apakah maksud Anda Tuan Muda Mercury, Nyonya?"

"Tentu saja, menurutmu siapa lagi?" jawab Nyonya Way sedikit kesal.

"Maksud saya, kenapa bukan Tuan Muda Hutton saja Nyonya? Tuan Muda'kan jauh lebih baik," kilah Minette merasa kecewa.

"Dasar Minette, lancang sekali kau mempertanyakan perintah saya, lakukan saja perintah saya dan jangan sekali-kali mempermasalahkannya. Kau dengar?!" hardik Nyonya menghentikan tetek bengek Minette.

"Maafkan saya Nyonya, saya tidak akan mengulanginya lagi."

"Baiklah, saya maafkan. Sekarang segera berbelanjalah sesuai parade hitam esok hari, serta untuk hari puncak tolong persiapkan pakaian unik super mewah untuk puncak parade minggu depan, untuk itu saya telah meminta perancang busana terbaik di kota untuk menjahitnya, kamu hanya perlu menjemputnya saja," ujar Nyonya Way sembari meminum obat di tangannya.

"Baik, Nyonya."

"Dan satu lagi Minette, tolong jemput Dokter Jules dari tempat tinggalnya untuk memeriksa saya serta anak-anak."

"Baik Nyonya, kalau begitu saya permisi, Nyonya," mohon Minette membungkuk hormat.

"Ya, silahkan."

Minette pun berangkat membawa tiga pelayan dan tiga pengawal, satu kereta menuju tempat tinggal Dokter Jules dan dua kereta lainnya untuk mengantar mereka ke pasar dan toko pakaian.

***

Mercury yang sedang sibuk meladeni segala rengekan Hutton di kamarnya, sedikit teralihkan oleh suara kereta kuda melaju mendekati tempat mereka.

Untuk pertama kalinya dia meminta kepada Hutton untuk istirahat sebentar dan ingin buang air dulu ke kamar kecil, Hutton yang mulai paham bahasa tubuh dengan senang hati mengijinkan saudaranya untuk pergi, sementara dia masih asik memainkan mainannya di atas tempat tidur.

Setelah di dalam kamar kecil, Mercury memejamkan mata, telinganya mulai terbang bersama alunan suara angin mencoba mencari jejak rasa haus penasarannya.

Melewati suara ocehan dari mulut Hutton serta suara mainannya yang saling di tubrukkan, telinganya terus melaju lagi ke luar dari kamar melewati lubang pintu, sejenak terdengar sayup-sayup suara kibasan gorden jendela tertiup angin, tapi bukan itu yang dia cari, dengan sedikit usaha Mercury kembali melayang dan berjalan bersama suara ketukan langkah kaki para pelayan yang sedang bekerja di antara lorong-lorong istana.

Suara decitan sepatu, decitan kaca jendela dan cermin yang di lap dengan kain, suara basah dari kain pel menyentuh lantai, suara kemoceng berdebu, suara kulit ketiak dan selangkangan berkeringat, serta suara detak jantung maupun napas para pelayan di sana tak cukup menghentikan rasa ingin tahu Mercury.

Telinganya terus terbang menari bersama alunan udara, melewati segerombol manusia, terus melaju ke arah ujung lorong dan menuruni anak tangga bersama suara langkah kaki seseorang dengan sepatu wanita, Mercury tau kalau yang berjalan di sana adalah Nyonya Way karena suara sepatunya cukup berbeda dari sepatu murahan para pelayan di sana.

Dukk ....

Nampaknya Nyonya Way telah terduduk di kursi, serta suara kibasan kipasnya masih saja terdengar.

Dari angin di luat pintu Mercury mendengar suara kereta telah berhenti, dibarengi suara pintu yang berdecit serta suara langkah kaki dari hak sepatu, nampaknya seorang prialah yang sedang datang.

Tak ... tuk ... tak ... tuk ....

Tlutak ....

Kemungkinan besar itu adalah suara koper atau kotak besar yang di letakkan di atas meja, serta nampaknya si pria telah terduduk di kursi bersama Sang Nyonya.

Mercury yang masih saja mengamati dari kejauhan, memusatkan pendengarannya kepada sekitar meja itu, berlahan dia membunuh suara-suara lain di sekitarnya yang tidak ingin dia dengarkan, satu per satu suara mengganggu itu menghilang.

Setelah semuanya telah berjalan sesuai keinginannya, sayup-sayup obrolan Nyonya Way dan pria bersuara berat mulai terdengar.

"Selamat datang, Dokter Jules!"

"Terimakasih atas undangannya Nyonya, Anda nampak cantik dan sempurna seperti biasanya."

"Pujian Anda selalu saja sama, Dokter."

"Haha, karena memang Anda selalu nampak begitu, wahai Nyonya."

"Baiklah terimakasih Dokter atas pujiannya, maksud dari undangan saya adalah untuk memeriksa kesehatan saya dan putra-putra saya serta saya membutuhkan obat keabadian yang baru."

"Apakah obat anda telah habis sepenuhnya, Nyonya?"

"Ya, akhir-akhir ini saya menemukan beberapa kerutan di wajah saya, sehingga saya meminum lebih dari biasanya."

"Jadi begitu, baiklah itu bukan masalah besar selagi pasokan darah masih banyak."

"Tentu saja masih banyak Dokter, persediaan di seluruh negri tentunya tidak akan pernah habis, bukan?"

"Ya ya, saya paham, tetapi maksud Anda tentang putra-putra itu apa, bukankah Anda hanya memiliki satu putra?"

"Sebenarnya ini rahasia Dokter, tetapi karena Anda orang kepercayaan saya, saya akan bekata jujur."

"Apa itu wahai Nyonya?" Dokter memperbaiki posisi duduknya, merasa penasaran.

"Sebenarnya Hutton bukanlah putra kandung saya, putra kandung saya adalah Mercury, selama ini saya menyembunyikannya demi keamanan dirinya."

"Apa! benarkah apa yang anda katakan barusan, Nyonya?"

"Tentu saja Dokter Jules, untuk apa saya berdusta, Mercury sebenarnya adal-"

Belum sempat Mercury mendengarkan Nyonya Way menyelesaikan perkataannya, suara panggilan Hutton yang sedang mengetuk pintu mengganggu konsentrasinya, sial ....

"Mercury saudaraku ... apa kau baik-baik saja? kenapa kau lama sekali di dalam sana?"

Mercury yang merasa jengkel dengan terpaksa keluar dari kamar kecil agar suara bising Hutton tak menggangunya lagi, memang Hutton adalah orang yang baik, tetapi suara manusia tetap saja adalah haram jadah yang paling buruk.

"Ternyata engkau baik-baik saja saudaraku, mari kita bermain lagi."

Selagi Hutton dan Mercury sedang bermain di dalam kamar, suara langkah kaki beberapa orang terdengar dari lorong-lorong di balik pintu kamar mereka.

Tok ... tok ... tok ....

"Anak-anak, ini mama ... mama masuk ya ...."

"iya Mama ... masuklah," jawab Hutton dengan riang.

Nyonya Way membuka pintu dan sedikit merayu putranya.

"Coba tebak siapa yang datang?"

Hutton yang penasaran mengkerutkan dahinya mencoba berpikir.

"Tada ... Dokter Jules datang untuk bermain ...," ujar Nyonya tersenyum.

"Wah ... Dokter sudah lama tidak datang." Hutton melompat dari tempat tidur sedangkan Mercury hanya terdiam mengamati.

"Halo ... Tuan Muda, apa kabar Anda?"

"Aku baik Dokter, Oh ya perkenalkan saudaraku namanya Mercury, hehe ... dia manis, bukan?" tunjuk Hutton sembari tersenyum.

Wahh ....

Dokter Jules yang baru pertama kali melihat Mercury dibuat terpesona akan keindahannya, pipi merona, mata biru bak permata serta senyum hangat itu sungguh mengagumkan bagai berlian.

Dengan berlahan Dokter Jules menunduk hormat memperkenalkan dirinya.

"Perkenalkan Tuan Muda, saya adalah dokter pribadi keluarga Way, Dokter Jules," ungkapnya.

Mercury menjawab dengan menunduk dan tangan kedepan memberikan salam, bangsawan sekali.

Dokter Jules yang dulunya amat menyanjung Hutton sekarang berbalik menganggapnya tak lebih dari seorang terbuang, segala perhatian dan sukacitanya tertuju pada satu orang, yaitu Mercury Sang Tuan Muda bermata biru.

Dengan segala kekaguman dan anugrah yang saat ini menimpa dirinya, Dokter Jules menyisihkan Hutton dari hadapannya, berjalan berlahan menuju Mercury.

"Tuan Muda, ijinkanlah saya memeriksa kesehatan Anda," pintanya dengan senyuman.

Mercury pun hanya menunduk, mempersilahkan entah apa yang akan dia terima.

Merasa anak-anak akan baik-baik saja bersama Dokter Jules, Nyonya Way mempersilahkan dirinya untuk permisi dari hadapan mereka.

"Kalau begitu saya pergi dulu kekamar saya Dokter, saya ingin istirahat setelah perawatan tadi."

"Baik, silahkan saja Nyonya, saya masih ingin bermain bersama anak-anak."

"Baik Dokter, nikmati harimu, selamat tinggal."

Nyonya Way dan beberapa pelayannya pun pergi meninggalkan sang dokter dengan rasa puas di batinnya.

"Tuan Muda Hutton, tolong tutup pintunya."

"Baik Dokter, selanjutnya kita akan bermain."

"Sssttt ... lakukan saja," bisik Dokter yang tiba-tiba bersikap aneh.

Setelah Hutton menutup pintu, Dokter Jules tersenyum ramah kepada Mercury, membuka pakaiannya untuk memeriksa perkembangan kesehatannya.

Pertama dia memeriksa detak jantung dan nadi, semuanya baik kecuali rasa dingin di sisi kulitnya.

Kemudian kesehatan mata, hidung dan mulut, matanya nampak mempesona serta mulut mungilnya bagaikan lorong gelap penuh misteri, tetapi semuanya baik, pengelihatan sempurna, penciuman luar biasa, serta giginya juga putih bersih, mempesona.

Selanjutnya pendengaran, Dokter jules menjentikkan jarinya dekat dengan dengan telinga Mercury secara bergantian kanan dan kiri.

Wah ... hasilnya menarik, setiap kali dokter menjentikkan jarinya dekat dengan telinga, Mercury bereaksi amat baik bahkan terlalu baik, dia seperti dapat mendengarnya lebih keras dari pada orang lain. Semua itu karena setiap suara jentikan terdengar, wajah Mercury seperti tersentak akan suara keras padahal jentikan jari itu tidaklah sekeras atau sebising itu.

Untuk memastikannya, Dokter Jules melakukan sedikit percobaan.

"Tuan Muda, jika Anda mendengar jentikan jari saya, saya mohon agar Anda berkedip, karena saya mengetahui jikalau anda tidak dapat berbicara dari pada Ibu Anda tadi," pinta Dokter mencoba memuaskan hasratnya.

Dokter Jules pun melangkah ke sudut ruangan serta menjentikan jarinya dengan kuat, Mercury yang mendengarnya pun mengedipkan matanya sesuai permintaan sang dokter.

Kemudian Dokter Jules menjentikkan kembali jarinya dengan pelan serta berangsur-angsur semakin pelan, tetapi benar saja Mercury masih bisa mendengarnya bahkan saat Dokter telah menyembunyikan jarinya di belakang tubuh dan hanya menggesekkan jarinya tetap saja Mercury dapat mendengarnya.

"Wah ... luar biasa, keajaiban, kesempurnaan, karunia Sang Kuasa." Dokter Jules bertepuk tangan amat terkagum akan Mercury.

Selagi dia berjalan mendekat, rasa penasarannya semakin meluap-luap akan Tuan Muda ini, sedangkan Hutton hanya terdiam kebingungan melihat hal apa yang sedang dokter dan saudaranya lakukan.

"Tuan Muda, mari saya periksa kulit Anda untuk yang terakhir."

Dokter Jules dengan berlahan menyentuh serta membelai kulit dingin Mercury, bekas cacar masih terlihat buruk tetapi tetap saja mengagumkan, semakin penasaran sang dokter, dia dengan sengaja menusukkan jarum ke kulit Mercury agar darahnya keluar.

Namun, begitu terkejutnya dia karena Mercury sama sekali tidak bereaksi kesakitan atau terkejut, aneh ....

Melihat gumpalan kecil darah telah muncul ke permukaan kulit, dengan segera Dokter Jules menimpanya dengan sapu tangan putih tanpa aroma miliknya.

Berlahan, bulatan darah mulai terbentuk di tengah-tengah sapu tangan, seringai pun muncul di bibir sang dokter, suatu senyum kepuasan penuh arti.

Sang Dokter yang sangat penasaran mulai mengendus aroma dari darah di sapu tangan, aahh ... sempurna.

Seketika tubuhnya bergetar kesenangan, semakin kuat dia menarik saputangan di wajahnya semakin kuat pula tarikan napas yang dia hirup.

Haaahhhh ....

Seluruh tubuhnya bergetar layaknya menggigil, lututnya lemas tak sanggup berdiri sampai-sampai dia tersungkur menduduki meja di belakangnya, matanya menonjol seperti akan terloncat keluar dari kepala, wajahnya memerah seperti mabuk saja.

Sempurna ... sempurna ... amat sempurna ....

Semakin lama dia menghirup sapu tangan, dirinya terlihat seperti pria mesum mabuk duniawi, kaki berulangkali dihentak kegirangan, tangannya terus menarik kain itu dengan kuat sampai-sampai hidung mancung tajamnya peyot sesak bernapas, kain itu robek di tengahnya.

Oh Tuhan ... Ini yang aku cari.

"Dokter jules ... Anda sedang apa?" tanya Hutton menyadarkan Dokter dari mabuknya.

"Tidak apa-apa Tuan Muda, anggap saja angin lalu," kilah sang Dokter yang masih tersenyum aneh.

"Bagaimana dengan aku, Dokter? apakah aku yang selanjutnya di periksa?"

"Maaf Tuan Muda, saya sangat yakin jikalau Anda pastilah sehat dan sempurna, sehingga tidak perlulah adanya pemeriksaan." Dokter Jules masih saja menatap Mercury penuh ambisi.

"Baik lah Dokter, kalau begitu mari kita bermain."

"Maaf Tuan Muda, saya akan pulang saja karena ada pasien lain yang ingin saya tangani."

"Yaahhh ... tidak jadi bermain dong, ya sudahlah tidak apa-apa Dokter, Anda pulang saja karena aku sudah punya Mercury yang akan selalu bermain denganku."

"Terimakasih atas pengertiannya, Tuan Muda. Saya permisi dulu."

Dokter Jules memberikan hormat serta senyuman kepada Mercury, lalu pergi untuk pulang menggunakan kereta kuda yang menjemput dirinya tadi.

Mulai hari itu, setiap harinya Dokter Jules mendatangi anak-anak dengan alasan memberikan pengajaran serta ilmu yang akan berguna bagi masa depan mereka kelak, Nyonya Way yang merasa itu adalah baik, mempersilahkan Dokter untuk datang kapanpun dia mau.

1
Sulis Tiani Lubis
negeri yang dibalik?
SAD MASQUITO: gimana? hahaha
total 1 replies
L'oreal ia
jadi bacaan cewek cocok, apalagi cowok.
pokoknya netral dah, baru kali ini ketemu novel klasik kayak novel terjemahan aja
Gregorius
thor, Lo gila kayak pas nulis ini
Anonymous
lupa waktu jadinya
hopitt
alur cerita penuh warna, tidak monoton, naik turun kayak mood gw wkwk
Kyo Miyamizu
cerita ini bikin segala macam perasaan muncul, dari senang sampai sedih. Gila!
SAD MASQUITO: terima kasih kawan atas kesediaannya membaca novel saya
SAD MASQUITO: terima kasih kawan atas kesediaannya membaca novel saya
total 2 replies
AmanteDelYaoi:3
Mendebarkan! 😮
SAD MASQUITO: terimakasih banyak, kakak pembaca pertama saya, akan saya ingat.
izin screenshot ya kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!