NovelToon NovelToon
Nggak Dapat Ibunya, Anaknya Pun Jadi

Nggak Dapat Ibunya, Anaknya Pun Jadi

Status: sedang berlangsung
Genre:cintamanis / Beda Usia / Romansa
Popularitas:1M
Nilai: 4.9
Nama Author: Cahyaning fitri

Lingkaran takdir memang penuh misteri. Menyukai ibunya, malah dapat anaknya. Tapi Ken bersyukur mendapatkan putri dari sahabatnya sendiri.

"Apa? Nikah sama Om Ken? Bapak, please dong jangan ngadi-ngadi? Masa iya aku menikah sama om-om?"

"Bapak mohon, Num. Hanya dia yang bapak percaya untuk menjaga kamu? Waktu bapak tidak banyak lagi."

"Maksud bapak apa sih?"

"Bapak divonis mengidap kanker hati. Sudah stadium 4. Jantung bapak juga bermasalah. Bapak mohon penuhi permintaan bapak!"

"Tapi, Pak____!" Hanum menggigit bibirnya sendiri.

"Ken, aku mohon nikahi putriku. Dia masih polos. Masih perawan. Tidak tersentuh lelaki manapun. Aku percaya kamu bisa menjaganya. Waktuku sudah tidak banyak lagi. Aku mohon jagakan dia untukku!"

"Man, kamu akan sembuh. Percayalah!"

"Tidak, Ken. Kanker hati yang aku derita sudah stadium 4. Aku tidak akan pernah bisa sembuh. Tolong penuhi permintaan sahabatmu yang terakhir ini!"

"Tapi_____!"

"Aku mohon _____!"

"Baiklah."

Pengen tahu kelanjutannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 : Senam Jari

Hati Hanum sangat senang, karena hari ini Kenzo mengajaknya untuk mendaftar kuliah. Inilah yang selalu diinginkan gadis itu. Melanjutkan pendidikannya hingga kuliah.

Dulu, saat bapaknya masih hidup, keinginan kuliah memang ada, tapi Hanum tidak tega membebani Arman untuk memikirkan biaya kuliah. Makanya Hanum mengiyakan saja saat sang bapak menyuruhnya menikah muda.

Setelah mengisi formulir pendaftaran, Hanum dipersilahkan rektor untuk melihat-lihat kampus. Kampusnya lumayan luas dan elit. Kegiatan organisasi kampusnya juga cukup banyak, sepertinya Hanum akan betah belajar di kampus itu.

Sedang melihat-lihat kampus, tak sengaja seorang pemuda berlari terburu-buru dan menyenggol lengan Hanum, membuat gadis cantik itu terjungkal ke depan. Hanum pun jatuh dengan posisi lutut mencium lantai keramik. Untung wajahnya tidak sampai menempel ke lantai. Bisa bonyok tuh muka Hanum yang putih mulus dan terawat.

"Sorry, gue nggak sengaja!" pemuda itu mengulurkan tangannya, berniat untuk membantu Hanum berdiri.

Hanum tidak menyambut uluran tangan pemuda itu. Gadis itu berdiri, tanpa ba bi bu be bo, Hanum langsung menendang tulang kering si pemuda. Sontak si pemuda mengaduh kesakitan.

"Aduh!" pekik si pemuda meringis kesakitan.

"Kalau jalan pake mata. Jangan pake dengkul!" galak Hanum.

Lututnya terlihat memerah karena jatuh tadi. Ia berjalan meninggalkan pemuda tadi yang terbengong sambil memegangi lututnya yang kesakitan gara-gara ditendang Hanum tepat pada tulang keringnya.

Hanum kembali ke ruangan rektor menyusul suaminya. Ternyata urusan Ken sudah selesai dengan rektor. Suaminya keluar dari ruangan rektor bertepatan dengan Hanum yang sedang berjalan menuju ke sana.

"Bagaimana? Apakah kau sudah melihat-lihat?" tanya Ken.

"Sudah, Om. Tempatnya bagus. Aku suka!" jawab Hanum mengulum senyum manis.

"Selama kuliah di sini, Pak rektor yang akan mengawasi mu. Dia adalah temanku. Namanya Pak Bram!" ucap Ken memperkenalkan rektor tersebut sebagai temannya.

"Kau tenang saja Ken, dia pasti betah belajar di sini!" pria yang usianya sepantaran dengan Ken terlihat sangat menghormati Kenzo.

Hanum hanya menganggukkan kepala, lalu tersenyum manis.

"Mulai besok kau sudah bisa kuliah disini!"

"Baik, Om."

Setelah semua urusan selesai, Ken pun berpamitan pada Bram. Ken dan Hanum berjalan menuju parkiran mobil. Dengan penuh perhatian, Ken membukakan pintu untuk sang istri, Hanum sebenarnya merasa tidak enak, diperlakukan begitu istimewa oleh pria itu, sementara dirinya sama sekali belum menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri.

Di dalam mobil suasana menjadi hening. Tidak ada percakapan lagi, sepertinya Ken juga sedang fokus mengendarai mobil. Hanum tidak berani bertanya sebelum Ken memulai duluan.

Ken membelokkan mobilnya ke arah rumah makan Padang. Hanum mengernyit heran begitu mobil berhenti di sana.

"Aku lapar. Kita makan dulu ya!" ajak Ken sudah membuka pintu mobil. Hanum pun melakukan hal yang sama, ia membuka pintu mobil sebelum Ken membukakan pintunya. Gadis itu tidak mau dianggap menyusahkan dan manja.

"Om, masuk ke kampus itu pasti biaya pendaftarannya mahal!" ucap Hanum membuka suara. Ia ingin mencairkan suasana.

"Hemm, memang mahal. Makanya kau harus belajar sungguh-sungguh!" ucap Ken mendudukkan bokongnya di kursi.

"Kalau aku sudah mendapatkan kerja, aku janji akan mengganti uang om!"

Mendengar itu Ken langsung tergelak. Bagaimana bisa Hanum berpikir seperti itu.

"Aku ini siapa?" tanya Ken.

"Suami Hanum." Jawab Hanum malu-malu.

"Tugas suami?"

"Menafkahi istri salah satunya."

"Nah, itu kamu tahu." Hardik pria itu, matanya kedip-kedip kayak lampu neon, "Karena kamu istriku, aku bertanggung jawab penuh untuk menjagamu, merawatmu, dan memberikan nafkah tentunya. Kamu memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan, sebagai seorang suami tentu aku harus mendukung penuh. Termasuk membiayaimu!" ucapnya panjang lebar.

"Kini tinggal kau melakukan kewajibanmu!" ucap Ken lagi, alisnya naik turun.

Hanum tercengang, mulutnya menganga lebar. Tapi langsung mingkem, pipinya berubah warna menjadi merah ke muda-mudaan. Menggemaskan sekali. Ibarat buah, pipi Hanum seperti buah persik yang lagi matang. Pengen gigit.

Makanan sudah datang dan tersaji di meja makan. Mereka sangat lahap menikmati makanan serba pedas itu.

Selesai makan mereka langsung pulang. Ken tidak kembali lagi ke kantor, sisa pekerjaan sudah ia serahkan pada asisten dan sekretarisnya. Kini mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah mewah.

Seperti biasa, sikap orang-orang di rumah sangat dingin pada mereka berdua. Terutama Sofia dan Monika. Tatapan kedua perempuan itu sangat tidak bersahabat. Tatapan mereka seperti meremehkan.

Ken cuek. Dia sudah terbiasa diperlakukan seperti itu oleh keluarganya. Dan itu bukanlah hal baru untuk Ken.

"Ken, Tunggu!" Ambar menghadang langkah Ken, "Mama kau bicara berdua denganmu! Ikut mama ke ruang kerja!" ajak wanita paruh baya itu.

"Hanum, kembali ke kamar dulu. Aku ada urusan sebentar dengan mama!" ucap Ken pada istrinya.

"Baik, Om." Hanum pun pergi sendiri ke kamarnya yang berada di lantai dua.

Namun saat berjalan naik ke lantai dua, dia dikejutkan dengan Monika dan Sofia menghadang Hanum.

"Ada apa, Kak?" tanya Hanum merasa aneh dengan kedua wanita di depannya.

"Enak sekali hidupmu. Datang ke rumah ini, berubah 180 derajat. Sudah merasa menjadi nyonya di rumah ini?" tanya Monika angkuh, sambil memandang sinis ke arah Hanum.

"Aku memang nyonya di rumah ini. Aku kan istrinya Mas Ken!" balas Hanum. Dia sudah mendapatkan izin dari suaminya untuk membalas setiap perkataan pedas kedua kakak iparnya.

"Oh, sudah berani menjawab rupanya. Apakah karena Ken melindungimu?" Sofia tidak kalah angkuhnya.

"Bukannya Hanum berani menjawab, Kak. Tapi memang itu kenyataan! Jadi posisi Hanum sama tingginya dengan kakak di rumah ini!"

Kedua wanita itu nampak jengkel. Matanya menatap tajam pada Hanum, tapi gadis itu terlihat santai dan tenang.

"Sayangnya itu tak akan pernah bertahan lama! Kau dan suamimu akan segera angkat kaki dari rumah ini. Kehadiran mu dan suamimu itu tidak diterima di rumah ini!" galak Monika pada Hanum.

Hanum mengernyit heran, kenapa kedua kakak suaminya berkata seperti itu. Bukankah mereka keluarga. Kenapa seolah-olah Ken adalah ancaman besar untuk mereka. Sebenarnya apa yang terjadi? Itulah yang kini menjadi tanda tanya besar dalam benak Hanum.

"Kenapa kakak ingin sekali Mas Ken pergi dari rumah ini? Mas Ken kan adik kak Sofia dan Kak Monika!"

Kedua wanita itu menyeringai tipis, lalu terkekeh kecil, "Kehadirannya sudah membuat kami menderita. Gara-gara dia, kami harus kehilangan sosok seorang ayah! Harusnya dia tidak datang kesini dan mengganggu ketenangan kami semua. Harusnya dari dulu dia pergi! Pergi sejauh-jauhnya!" ketus Monika.

Tak lama kemudian, Sofia menarik tangan Monika untuk pergi dari hadapan Hanum, karena dia melihat sosok Ken baru saja keluar dari ruang kerja.

"Hanum, kenapa masih disini?" tanya Ken menatap heran ke arah istrinya.

"Oh, itu tadi, Kak Monika dan Kak Sofia mengajak Hanum berbincang sedikit!" kilah Hanum memberikan alasan.

"Ayo mandi! Ini sudah sore. Bau kamu asem!" ucap Ken menarik tangan istrinya berjalan menuju kamar.

"Mana ada. Masih wangi gini kok!" Hanum menciumi tubuhnya sendiri, dan memang masih wangi. Aroma lavender.

Malam pun tiba, Hanum sudah mengganti bajunya dengan piyama tidur motiv Doraemon. Ia melirik ke arah Ken yang sedang sibuk dengan laptop di pangkuannya. Sepertinya pria itu sedang menyelesaikan pekerjaan dari rumah.

Hanum pun berinisiatif membuatkan Ken minuman hangat, padahal ia tidak tahu, Ken suka kopi atau teh, Hanum buatkan saja coklat panas campur susu.

"Nona sedang membuat apa?" tanya salah satu art membuat Hanum terkejut.

"Ibu mengangetkan saja!" ucap Hanum ramah.

"Panggil Bi Nora aja, Nona. Jangan ibu. Serasa nggak pantas!" ucap wanita paruh baya itu tersenyum lebar.

"Ah, baiklah, Bi Nora. Saya sedang membuat coklat panas untuk Om Ken!"

Kedua alis bibi mengernyit, "Kok manggilnya Om sih. Kan pak Ken suami nona. Panggil mas atau sayang atuh!" ucap bibi sambil bercanda.

"Hehe, belum biasa!" jawab Hanum menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Pak Ken beruntung mendapatkan istri cantik dan muda kayak nona. Semoga nona bisa membahagiakan dan memberikan kasih sayang yang melimpah pada Pak Ken ya!" ucap bibi membuat Hanum semakin bingung.

Bukankah selama ini Om Ken bahagia hidup bergelimang harta ditengah-tengah keluarga yang sangat menyayanginya. Meskipun sudah tidak memiliki ayah, tapi setidaknya masih memiliki mama dan kedua kakaknya. Tidak seperti dirinya yang sudah tidak memiliki siapa-siapa. Tapi kenapa si bibi berkata seperti tadi.

"Aku keatas dulu ya, Bi!" tidak mau minumannya dingin, Hanum harus segera mengantarkan coklat panas itu.

"Silahkan, Nona!"

Hanum kembali ke kamarnya dengan membawa cangkir berisi coklat susu panas . Lalu meletakkan cangkir tersebut di meja. Ken yang sibuk dengan laptop di pangkuannya, langsung melirik kearah cangkir yang diberikan oleh istri kecilnya.

"Aku buatkan coklat susu panas untuk Om biar nggak ngantuk!" ujar Hanum tersenyum manis.

Ken tercengang melihat perhatian kecil yang diberikan istri kecilnya itu. Apakah itu tandanya, Hanum mulai menjalankan tugasnya sebagai istri.

"Terimakasih!" jawab Ken tersenyum manis.

"Sudah malam. Tidurlah. Besok kan sudah mulai kuliah!" titah Ken pada istri kecilnya itu.

"Emmm, emang nggak apa-apa kalau Hanum tidur duluan?" tanyanya.

Pertanyaan itu sontak membuat Ken tertawa, "Memang kapan aku melarangmu untuk tidur?"

"Hehehe, tidak pernah. Baiklah kalau Om memaksa. Hanum tidur duluan ya Om!"

"Ya." Ken menganggukan kepala.

Hanum langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Tubuhnya juga terasa sangat lelah. Baru beberapa menit memejamkan mata, dia sudah mendengkur kecil. Hanum sudah berada di alam mimpi.

Setengah jam kemudian, pekerjaan Ken akhirnya selesai. Ia langsung menutup laptopnya, merapihkan kembali mejanya. Pria itu berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuh dan mengganti bajunya dengan piyama tidur.

Tak lama setelah itu, ia keluar dan berjalan menuju tempat tidur. Betapa terkejutnya Ken melihat posisi tidur istri kecilnya yang langsung bikin rudalnya nyut-nyutan.

"Sial! Aku melihatnya lagi. Kenapa sih dia harus tidur telentang?"

Karena gairahnya sudah terpancing dan rudalnya sulit untuk ditidurkan, Ken akhirnya memilih untuk menonton video dewasa dari ponselnya. Satu tangannya memijat-mijat rudalnya sendiri yang baru saja ia keluarkan dari celananya.

"Ssssssssshhhhhhh....Ahhhhhhhhh!" semakin diurut semakin enak sambil membayangkan tubuh montok Hanum dengan buah dada yang super jumbo dihadapannya.

Tanpa sadar Ken mulai mendesah, merasakan pijatan tangannya sendiri. Cukup lama, akhirnya rudal itu memuntahkan seluruh isinya. Perasaan enak dan nikmat, melayang di benaknya.

"Nasib. Nasib. Harus senam jari lagi!" gumam Ken terkekeh sendiri.

Semenjak menikah Ken memang malas bermain wanita. Lebih tepatnya dia ingin menjaga hati Hanum. Tapi si istri sama sekali tidak peka, sudah tahu dirinya ini pria dewasa yang butuh na ni nu ne no.

Terpaksa harus senam jari lagi!!!!!!????!!!!

Bersambung .....

Kasih vote untuk om Ken tersayang....😘😘😘

1
Ajusani Dei Yanti
lanjut thorrrr kuh semangat berkarya sukses selalu buat kamu Authorrr
Ajusani Dei Yanti
lanjut thorrrr kuh semangat berkarya
🩷nining
luar biasa
Yany Zain
oalah ternyata yg dilihat hanum adalah tiga wanita yang julid dan nyinyir.... yg sabar ya num.....🥰
Soraya
mau komen bingung jempol aja ya👍
niken babyzie
why
niken babyzie
babang dave lagi kasmaran akut😂
Rodiah Rodiah
kereeeen dan lanjuuut🥰🥰😃😃😃😃😃😃😃💪
🍌 ᷢ ͩ༄༅⃟𝐐 ᵗⓂ🍁Henny❣️𝐀⃝🥀
Han liat sapa tuh thor
@🍁 BILA❣️💋🅰️🅸🅳🅴🅽👻ᴸᴷ
Hahahaha Hanum kasian dong Tarzan suami mu😁
neng ade
siapa yg Hanum lihat ya ..
Yany Zain
waduh siapa lagi nih yg ada di kampung hanum dan susan, apa tante hanum yg pulang ke kampung dan menetap di rumah hanum...🤔
Aditya HP/bunda lia
siapaaaaaa ..... bikin pinisirin ini mah ... ayo lanjut ... 💪
Selin Tari
kira2 siapa ya Thor yg di lihat Hanum 🤔💪💪💪
Ajusani Dei Yanti
beuuuuuuh yg uda kena virus bucin🤣🤭🤭🤭
Dewi Anggya
spa num.. kepooo nichhh🤭
neng ade
wah .. ni bule udh buvon akut ya sm Susan .. 😁
Marifatul Marifatul
🤣🤣🤣
🍌 ᷢ ͩ༄༅⃟𝐐 ᵗⓂ🍁Henny❣️𝐀⃝🥀
Dave jungkir walik
@🍁 BILA❣️💋🅰️🅸🅳🅴🅽👻ᴸᴷ
semuanya masalah sudah selesai dengan keterbukaan ini akan memper erat hubungan kalian berdua
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!