Perjalanan Cinta Mualaf Keturunan Ustadz

Dibalik layar ponsel Citra melihat ayahnya menyadarkan ibunya dengan pelanggan tak berselang paman Fira sadar.

"pa aku mimpi Citra dilamar Milyader kaya di Novel kalih Film" ucapnya sambil bersandar di sofa. jangan kita orang tua Citra kampungan bangat, dia memang tinggal di kampung tapi mama Citra dan ayahnya generasi milenial sebelum generasi Z dan Alpha diakan mereka sudah modern dan ibunya penggemar novel.

"Ma, itu bukan mimpi tapi nyata" Fetra.

"Mama" panggil Citra khawatir.

Fira masih syok "ha ha ha nyata ternyata" tawa hambarnya sambil minum dengan gugup tak percaya.

"kapan dia datang melamar kamu nduk? " Fetra.

"hari minggu pa" Citra.

"berarti dia beneran serius sama kamu ya Citra," Fira sudah lebih baikan "dia baru lamar kamu hari ini, langsung mau kejakarta besok sampe pas dihari minggu " tambahnya yang diangguki Citra.

"tapi tadi, " Citra ragu dia takut orang tuanya syok lagi.

"tadi? " beo Fetra.

"seperti yang bapak tau dia kan keturunan kiai takut terjadi dosa jadi dia mau lamar virtual dulu sebelum resmi".

" bagus dong, dia berarti beneran serius dan menghargai kami sebagai orang tua walau dari kota"saut lega Fetra.

"kapan? " Fira.

"nanti malam! " Citra sambil menunduk.

"Ap-Apaa!" Fira dan Fetra bersamaan.

"iya, nanti malam" Citra .

"N-nduk bapak gugup nduk, olih mantu wong sugih" Fetra.

"mama juga sayang, mama takut kampungan".

" kalian gak kampungan ma, pa. kalian orang tua hebat. jangan khawatir mereka gak memandang rendah kasta kita mereka baik, terlebih lagi Pria yang melamar Citra sudah jadi anak yatim pa, bapak dan mama bisa cari tau lewat Ponsel kalau ayahnya meninggal akibat kecelakaan" Citra

"kecelakaan? " Fetra tiba tiba seperti merasakan sesuatu.

"iya pa" Citra.

"sopo arene jalar kue nduk?" Fetra.

"Warren Fendrata Rafaeyza" Citra.

ayah Citra seketika terdiam lali tersenyum "kita menunggu malam nanti nduk".

" nggih pak, sekitar jam 8 malam"Citra.

"nggih nduk" Fira dan Fetra bersamaan.

mereka mengucap salam dan selesai sudah telfon itu, ada rasa lega dihati Citra entah aoa yang jelas dia merasakan perasaan yang baru dia rasakan entah apa itu yang jelas menggelitik perutnya.

Dan dikediaman Warren dia sedang memeluk Cana erat seperti anak kecil membuat Cana terheran heran "Maa" dengan mata berkaca-kaca.

"kenapa? kamu pulang pulang kek kesambet Ren, mama takut! " Cana yang mengira anaknya patah hati ditolak Citra lantaran anaknya bertingkah aneh sudha lama dia tak melihat sikap anaknya yang seperti ini terakhir kali pas masa SMA kelas 2 sisanya ia selalu melihat anaknya dingin dan kalem.

"Warren diterima" ucapnya sambil menangis, dia tak mau menangis tapi air matanya jatuh begitu saja "penantian Warren berakhir".

ucapan Warren membuat otak Cana bekerja keras lalu menutup mulutnya yang bahkan tertutup cadar "ya allah nak! alhamdulillah" Cana ikut menangis dan memeluk Warren kembali, bahkan Cna melupakan ada kedua mertuanya. sedangkan Warren dari mengucap salam saja dia tak sadar kehadiran kakek neneknya yang dari Semarang itu karna dia langsung memeluk ibunya yang berjalan Didepannya.

padahal Warren dan kakeknya bersebelahan dia berdiri kakeknya duduk membelakangi Warren.

"siapa yang kamu lamar setelah penantian panjang kamu cu? " ucap Khalid.

suara itu membuat Warren ingat kalau ibunya menelfon bahwa kakek dan neneknya datang kerumah mereka.

"Aljadu (Kakek)." lirihnya lalu tersenyum dan memutari sofa dia menyalami kakek dan neneknya bergantian lalu memeluk kakeknya.

"siapa dia? " Abi khalid.

"apanya kek? " Warren.

"gadis yang kamu lamar? " jelas Umi Zahra dengen kekehan "alhamdulillah cucu nenek akhirnya udah siap nikah".

Ungkapan itu membuat Warren tertunduk.

" kapan kamu mau lamar resmi ke orang tuanya Ren? "Khalid.

" Kek, Nek, Warren niatnya mau lamar wanita itu hari Minggu, soalnya dia wanita kampung perjalannya cukup makan Waktu"jelas Warren.

"alhamdulillah" ucap Khalid dan Zahra bersamaan.

"mukanya merah gitu pasti kamu suka bangat ya sayang sama dia, " Zahra.

Warren mengangguk membuat Khalid terkekeh "pantas aja di ajak Ta'aruf banyak ustadzah dan santri gak mau, anak habib aja naksir kamu tolak udah ada yang memiliki hati kamu ternyata" Khalid.

"udah dimiliki dari jaman SMA Abi, Umi" Cana.

"CLBK? " Khalid.

"enggak it-" omongan Warren terhenti dilanjutkan oleh Cana.

"dia jatuh cinta sepihak sama gadis muslim sebelum masuk islam, dia patah hati gitu di tinggal nikah sama itu gadis, dan ternyata putraku ini melangitkan namanya selama 7 tahun ini dengan tidak tau dirinya" Cana dengan Wajah dibuat marah.

"astaghfirullah" ucap Khalid dan Zahra bersama pria dan wanita Sepuh yang masih terlihat muda.

"kamu gak jadi pembinor kan Ren? " Zahra.

"astaghfirullah, nenek. amit amit Warren jadi pembinor" Warren

"dengan kamu melangitkan nama istri orang juga sudah salah Ren" Khalid.

"Warren sudah bertobat kek, Warren juga sudah mencoba mundur tapi takdir membawa kami bersama, dia datang kembali ke kota dengan status janda" ucapnya lirih "berarti ini jawaban atas doa Warren, Warren telat sekali karna terhalang agama, tapi sekarang kita udah seiman" dengan mata berkaca kaca.

Khalid dan Zahra yang melihat itu terkejut, badan setinggi tower, segede Hulk ternyata mudah menangis, sementara Cana ikut meneteskan airmata tapi dengan kekehan kecil sedih bercampur bahagia.

"Warren selalu merasa bersalah kek, selalu memint ampun bahkan berpuasa senin Kamis untuk melupakan wanita ini tapi tak bisa malah semakin menjadi, padahal kami tak pernah berhubungan terkecuali hanya saling menyapa saat Warren makn kerumah teman Warren waktu itu, dia dulu kerja disana sebagai ART, seolah ada sesuatu yang membuat Warren tertarik padanya" Warren.

Khalid tak membenarkan aksi cucunya taoi dia tau Hati tak bisa memilih jatuh cinta kepada siapa. dia menepuk pelan pun dah Cucunya.

"kenalkan kepada kami wanita yang sudah memiliki hatimu ini " Khalid sambil memeluk cucunya.

"kakek tidak marah? ".

" untuk apa marah? kakek cuman kecewa. tapi yang tau hanyalah sang Pencipta ".

Warren merasa Lega " dia wanita biasa bukan anak ustadz, gus atau habib dan Syarifah".

"tidak masalah ren, gus dan tingkatan lainnya tak harus bersama ning, Syarifah atau santri".

" tapi dia janda Ren,apa kamu tau konsekuensinya? "Zahra dengan lembut

Warren mengangguk " tau nek, menerima dia apa adanya dan harus siap kalah dari masa lalunya, karna sejatinya masa lalu tak pernah bisa menang dengan orang baru".

"bukan hanya itu, jika dia memiliki anak kamu harus menyayanginya setulus hati, jangan hanya pada ibunya " Zahra.

"Warren sudah menyayangi anak dari wanita yang Warren inginkan nek" tegasnya.

"dia sudah memiliki anak, dia Janda dan dia wanita biasa. maka tuntunlah dia dengan baik Ren, karna lelaku hebat itu bukan yang mendapatkan Wanita soleha tapi yang mampu memimpin dan menyolehahkan wanitanya"Nasehat Zahra yang dia anggukki suaminya.

" dia sudah solehah dari dahulu, dia pandai menjaga pandangannya dan tutur katanya, dia wanita yang sangat sempurna dimata Warren "Ungkap Warren.

" saat kamu belum masuk islam saja hatimu tergerak padanya berarti dia membawa banyak energi positif bagi orang disekitarnya"Khalid.

"lebih dari positif kek, dia keberuntungan" ucapnya dengan raut wajah yang berbinar binar.

...----------------...

Warren datang menjemput Citra sesuai janjinya untuk menjemput Chayna bersama, seperti biasa hanya ada kecanggungan diantara mereka tapi sedikit berbeda karna mereka saling memperhatikan satu sama lain.

didalam mobil Chayna memeluk ibunya entah kenapa dia merasa terharu, seperti di jemput sekolah ayah ibu, ibunya juga tak kelelahan seperti biasanya .

mereka berhenti di taman saat pagi tadi mereka berdebat.

"bunda, kok kita kesini" lirih Chayna pada bundanya.

"bunda sama om Warren mau ngomong sesuatu sama kamu" lembut Citra pada anaknya.

Chayna tersenyum sumringah "bunda sama om Warren mau ngomong apa? apa kalian bakal menikah? Chayna bakal punya ayah kaya yang di bilang orang yang mirip almarhum papa di mimpi Chayna semalam loh ma,".

Citra termenung mendengar tuturan kata anaknya "apa benar mas Fino? itu kamu? apa benar kamu menyetujui jika aku menikah lagi? bahkan putri kita saja kau datangi didalam mimpi, apa kau sebegitunya mau menyatukan aku dengan orang lain mas? katanya kamu mencintaiku lantas kenapa kamu seperti ini, Maaf dan Terima kasih 2 kata itu yang takkan pernah puas aku ucapkan padamu sekalipun kau sudah tak ada disampingku".

Warren sejak tadi mendengarkan, dia harus siap jika ternyata dia hanya mencintai sepihak, dia harus siap jika Citra mencintai suaminya lebih dari yang dia kira, dia harus siap, dia mendadak jadi rendah diri kalau berhadapan dengan Citra, padahal banyak wanita yang mengantri untuk jadi istrinya, dia juga bahkan tampan, mapan, kaya dan berkelas.

"yah, kok malah pada bengong, bunda sama om Warren sama sama lagi mikirin apa si? " Chayna.

ucapan Chayna membuat mereka tersadar.

mereka main sebentar bahkan Citra sudah menyiapkan baju ganti untuk putrinya.

"bunda belum jawab pertanyaan Chay" Chayna.

Citra mengecup pipi putri cantiknya itu dan tersenyum mereka masih didalam mobil karna Chayna sebuah berganti pakaian sementara Warren berasa diluar mobil menghadap arah lain.

"kalo bunda nikah lagi apa kamu siap punya ayah sambung sayang" Citra.

"siap, Chayna selalu siap" jawabnya antusias tampa berkedip.

"kamu tidak akan cemburu misalkan ya, misalkan jika nanti di pernikahan itu bunda punya dede bayi sama ayah sambung kamu Chay" Citra.

"Chayna tidak akan pernah cemburu bun, allah membenci sifat iri dan dengki, Chayna malah pengen punya adik bund, kalo beneran menikah bisa dapat dede bayi Chayna mau adik 12 ya bund, biar bisa dipamerin ke teman teman Chayna yang punya 3 adek lucu lucu".

Citra tersenyum simpul, betapa dewasa dan polos putrinya secara bersamaan, dia bilang mau punya adik 12? "ya allah sayang, masa 12, ga segampang itu nak".

" loh, aku kira gampang ma, minta sama allah langsung dikasih gitu kan? allah kan maha memberi" Chayna.

Citra hanya tertawa kecil dan menggeleng "iya si, taoi gak gitu konsepnya sayang, hm udah ya jangan bahas adik lagi, bunda maunya punya kamu doang gimana dong? soalnya kamu mau adik pengen dipamerin doang".

" ya jangan gitu bund, Maksud Chayna bukan begitu" Chayna.

"iya, iya bunda tau sayang. bunda cuman godain kamu".

setelah itu mereka main bertiga, tidak bertiga si kebanyakan Warren yang me time sama Chayna, bener bener kaya bapak dan anak. setelah puas bermain sekarang mereka sedang menuju restoran untuk makan siang, mereka makan dengan khidmat tak ada pembicaraan disaat makan dan setelah makan Warren mulai angkat bicara.

"Chayna? ".

entah mengapa jantung Citra dan Warren berdetak kencang, Warren yang takut ditolak Oleh calon anaknya itu dan Citra yang mendadak gugup.

" iya om? "Citra.

" om mau bicara hal penting boleh tidak?".

"boleh om," Chayna.

"om ingin melamar bunda kamu, kamu mau gak punya ayah kaya om, mungkin om gak bisa gantiin sosok ayah kandung kamu tapi om bakal berusaha jadi ayah yang baik buat ka-" belum selesai perkataan Warren Chayna menangis membuat Citra dan Warren kaget.

"sayang" Citra langsung memeluk anaknya, tidak bersuara tapi air mata Chayna mengalir dengan deras dan terisak kecil , toh mereka juga berada di ruangan VIP restoran itu jadi tak akan mengganggu pengunjung lain.

"maaf kan om Chayna, sudah lancang ingin menjadi ayah kamu dan ingin meminang Bundamu, jika kamu tak setuju om mengerti sayang" ucap Warren dengan susah payah, dia ingin ikut menenangkan Chayna tapi ia urungkan karna Chayna sudah di peluk Citra jadi dia menggunakan kata kata saja untuk membantu.bukannya berhenti menangis Chayna makin terisak dan mengeratkan pelukannya pada Citra mendengar perkataan Warren.

Warren memandang Citra, mereka saling bertatapan dan Warren mendadak merasa sesak didadanya sepertinya dia akan ditolak oleh putri Citra, dia ingin menyakinkan Citra sesuai dengan nasihat kakeknya.

jika menikahi seorang janda maka berikanlah hatimu untuk anaknya, jadilah ayah yang baik dulu maka seorang ibu baru bisa yakin menerima orang itu karna seorang ibu yang baik memikirkan anaknya bukan dirinya ketika mengambil keputusan untuk menikah lagi.

Warren menunduk menyiapkan jawaban yang akan iya dengar sampai dia tak sadar tangisan Chayna sudah berhenti dan kini sudah di depannya yang duduk menyerong seperti akan pergi, Chayna menyentuh tangan Warren yang sudah berkeringat dingin.

"A-ayah" panggil Chayna lirih membuat Warren menyadari kehadiran Chayna. dia seperti salah mendengar ucapan Chayna, dia menoleh pada Citra guna memastikan pendengaranya benar atau tidak malah iya melihat Citra yang sudah menangis menutup mukanya.

Citra juga terkejut oleh panggilan Putrinya, dia kira putrinya mendekati Warren untuk menolak ternyata malah memanggilnya ayah, sungguh hatinya tercubit dadanya sesak, ternyata anaknya sebegitu membutuhkan sosok ayah.

"A-Apa tadi yang kamu bilang Chay? " Warren.

"Ayah, ayah" ucap Chayna dengan bibir bergetar.

"apa artinya kamu merestui kami nak? ".

Chayna mengangguk membuat Warren memeluk Chayna " Terima kasih sayang, sudah merestui om untuk menikahi bundamu, Terima kasih telah mengizinkan om untuk jadi ayah kamu" Warren dengan keharuannya tak menyangka dia akan direstui.

setelah saling menangis mereka duduk di posisi masing masing "kapan ayah akan menikahi bunda? " Ucap Chayna yang memanggil Warren dengan ayah , tadi sempat panggil om lagi tapi Warren meminta agar tetap di panggil ayah toh sebentar lagi dia akan jadi ayah dari Chayna.

"mungkin hari senin, minggu kita pulang ke kampung Chayna dulu buat ketemu sama orang tua bunda kamu" Warren.

Chayna tersenyum bahagia, apa lagi Citra dia sangat bahagia melihat putrinya se gembira ini, Chayna tadi menangis karna terharu akhirnya ibunya akan memberikan dia sosok ayah, akhirnya ibunya menerima seseorang tidak menolak banyak lamaran yang datang.

"alhamdulillah jadi bisa cepet punya adik" ucap Chayna membuat Citra yang lagi minum tersedak.

sementara Warren dengan sigap memberi tissue pada Citra.

"Adik? " Warren, dia tidak memikirkan punya anak jarak cepat karna dia ingin menikmati masa masa berdua dengan Citra,toh sudah ada Chayna putrinya saat ini.

"iya, kata bunda dia mau punya Chayna doang , tapi Chayna pengen punya adik yah, jadi setelah kalian menikah Chayna pesan adik 12 ya yah, nanti Chayna bantu Doa" polos Chayna.

Warren yang tengah menyendokan puding hidangan penutup yang baru datang langsung tersedak "uhuk uhuk uhuk" sementara Citra wajahnya sudah memerah.

Warren mengusap mulutnya dengan Tissue dan minum "Chay? ".

" iya ayah? maaf udah buat ayah tersedak"Chayna menunduk.

"kamu tidak salah Chay, cuman kamu yakin mau punya adik 12?, 1 lusin dong" Warren malah menanggapi.

Chayna dengan mantap mengangguk "iya yah, jadi bujuk bunda supaya mau buatin Chayna adik".

" Chayna, sayang. udah nak"Citra sudah malu dia ingin rasanya pergi dari sini.

"mm, tapi kalo susah 5 aja gapapa" Chayna malah nawar mengingat ucapan ibunya yang bilang tak semudah itu bikin bayi, padahal dia nonton baby boss bayi tuh tinggal dipesan doang jadi kalo berdoa sama allah pasti langsung datang kek diflm itu, kan Allah Maha memeberi, pemurah Hati dan Maha sempurna.

Warren malah tertawa, entahlah dia merasa sangat bahagia sekarang apa lagi melihat wajah Citra yang memerah.

Sementara Dikediaman Warren Khalid, Zahra tengah menemani Cana yang tengah Vidcall dengan 2 orang yang terlihat gugup. mereka sama sama gugup disaksikan Frans yang tadi di telfon mendadak oleh Cana setelah kepergian Warren.