— END 30 BAB —
Endalast Ganfera duduk di depan cermin besar di kamarnya, memandangi bayangannya sendiri. Usianya baru menginjak 15 tahun, tetapi di balik mata dan rambut merahnya, ada kedewasaan yang tumbuh terlalu cepat. Malam ini adalah ulang tahunnya, dan istana penuh dengan sorak-sorai perayaan.
Endalast tersenyum, tetapi matanya masih mengamati kerumunan. Di sudut ruangan, dia melihat pamannya, Lurian. Ada sesuatu dalam sikap dan tatapan Lurian yang membuat Endalast tidak nyaman. Lurian selalu tampak ambisius, dan ada desas-desus tentang ketidakpuasannya terhadap kepemimpinan Thalion.
Lurian berpaling dan berbicara dengan bangsawan lain, meninggalkan Endalast dengan perasaan tidak enak. Dia mencoba menikmati perayaan, tetapi kecemasan terus mengganggunya. Tiba-tiba terdengar suara dentuman keras dari luar, oh tidak apa yang akan terjadi??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabilla Apriditha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28: Sisi Lemah Endalast
.......
.......
.......
...——————————...
Beberapa minggu setelah pengumuman resmi hubungan antara Endalast dan Amala, banyak rakyat Ganfera mulai menyuarakan ketidakpuasan mereka. Desas-desus jahat menyebar cepat, menciptakan ketegangan di kerajaan.
"Perilaku Amala yang membohongi publik dengan berpura-pura sebagai seorang pria itu sangat tercela!" teriak seorang pria di pasar.
"Dia bahkan membohongi Raja kita untuk bersahabat, ternyata dia punya maksud terselubung. Sengaja berpura-pura menjadi pria hanya untuk menggoda Raja kita, bukan?" tambah yang lain dengan marah.
"Kami yakin setelah ini Raja Endalast akan lebih memanjakan wanita siluman itu daripada mengurus pekerjaannya sebagai raja," ujar seorang wanita tua dengan nada sinis. "Wanita bernama Amala itu memang iblis bermuka dua. Dia berhasil memenangkan hati Raja kita. Gawat, Raja kita dalam bahaya."
Desas-desus ini semakin keras, dan semakin banyak rakyat yang meragukan kemampuan Endalast untuk memimpin kerajaan jika dia memilih untuk bersama Amala. Menyadari bahwa situasi semakin tak terkendali, Endalast memutuskan untuk bertindak.
Pada suatu hari yang cerah, Endalast memanggil seluruh rakyatnya untuk berkumpul di alun-alun utama kerajaan. Amala berdiri di sampingnya, wajahnya menunjukkan ketegasan namun ada sedikit ketakutan di matanya. Kerumunan rakyat berdiri di hadapan mereka, mata mereka penuh kecurigaan dan ketidakpuasan.
Endalast berdiri di tengah alun-alun, memegang tangan Amala erat-erat. "Rakyat Ganfera," katanya dengan suara tegas, "aku tahu bahwa banyak dari kalian meragukan keputusan ku untuk bersama Amala. Kalian mungkin merasa dikhianati dan dibohongi. Hari ini, aku ingin menjelaskan segalanya."
Endalast menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Amala menyamar sebagai pria karena dia ingin menunjukkan kemampuannya tanpa dihakimi berdasarkan jenis kelaminnya. Dia adalah orang yang kuat, cerdas, dan berani.
Kalian semua tahu Jatra sebagai sahabat setiaku yang selalu berdiri di sampingku. Kini, aku meminta kalian untuk menerima bahwa Jatra sebenarnya adalah Amala."
Seseorang dari kerumunan berteriak, "Dia menipumu, Raja! Dia punya maksud tersembunyi!"
Endalast menggenggam tangan Amala lebih erat. "Amala tidak punya maksud tersembunyi. Dia hanya ingin dihargai dan diterima. Dan aku mencintainya bukan karena siapa dia di depan publik, tapi karena siapa dia sebenarnya."
Kerumunan mulai bergemuruh dengan berbagai komentar negatif. Endalast merasa hatinya semakin berat. Dia tahu bahwa kata-katanya belum cukup untuk meredakan amarah rakyatnya.
Rasa lelah dan keputusasaan mulai menyelimuti Endalast. Dia sudah mencoba menjelaskan situasinya, namun rakyatnya tetap keras kepala. Dengan perlahan, Endalast duduk di tangga alun-alun, menggenggam tangan Amala lebih erat.
"Tolong," katanya dengan suara bergetar, "Jangan hina Amala lagi. Itu menyakiti ku."
Kerumunan terdiam seketika. Kata-kata Endalast menggema di seluruh alun-alun. Melihat ketulusan dan kesedihan di wajah rajanya, rakyat mulai merasa bersalah. Mereka menyadari bahwa mereka telah membuat raja mereka terpuruk.
Endalast meneteskan air mata pertamanya di hadapan rakyatnya. "Aku memohon," katanya, suaranya hampir berbisik, "biarkan aku bahagia bersama Amala."
Rakyat yang melihat ketulusan dan kejujuran rajanya pun mulai menangis. Mereka merasa bersalah karena membuat rajanya begitu terpuruk. Satu per satu, mereka mulai mengerti bahwa cinta Endalast dan Amala adalah sesuatu yang nyata dan tulus.
Seorang wanita dari kerumunan maju ke depan dan berkata, "Yang Mulia, kami meminta maaf. Kami tidak bermaksud menyakiti Anda. Kami hanya ingin yang terbaik untuk kerajaan ini."
Endalast mengangguk perlahan, masih terisak. "Aku tahu kalian peduli. Aku hanya ingin kalian menerima Amala sebagai bagian dari hidupku. Aku akan tetap menjalankan tugasku sebagai raja, dan bersama Amala, kami akan bekerja lebih keras untuk kesejahteraan kalian semua."
Dengan perlahan, rakyat Ganfera mulai menerima Amala. Mereka mulai melihat bahwa cintanya kepada Endalast adalah sesuatu yang tulus dan murni. Pasar-pasar yang dibangun oleh Endalast terus berkembang, dan kehidupan sosial serta ekonomi kerajaan semakin membaik.
Seiring waktu, Endalast dan Amala mulai merasakan penerimaan yang lebih besar dari rakyat. Namun, mereka tahu bahwa ini hanya awal dari perjalanan panjang. Mereka berkomitmen untuk bekerja sama demi kesejahteraan kerajaan dan kebahagiaan mereka sendiri.
Pada suatu hari, setelah menyelesaikan tugasnya di pasar rakyat, Endalast dan Amala berjalan bersama di taman istana. "Aku masih merasa berat di hati setiap kali memikirkan betapa sulitnya awal perjalanan kita," kata Endalast sambil menatap langit senja.
Amala menggenggam tangannya. "Kita sudah melewati banyak hal bersama. Yang terpenting sekarang adalah kita tetap kuat dan terus maju."
Endalast tersenyum. "Kamu benar, Amala. Kita akan menghadapi semua tantangan bersama, dan aku tahu bahwa dengan dukunganmu, aku bisa menjadi raja yang lebih baik."
Amala menatap Endalast dengan penuh kasih. "Dan aku akan selalu berada di sampingmu, apapun yang terjadi."
Dengan semangat baru dan dukungan dari rakyat serta orang-orang terdekat mereka, Endalast dan Amala melanjutkan perjalanan mereka. Mereka tahu bahwa masa depan masih penuh dengan tantangan, tetapi mereka yakin bahwa cinta dan komitmen mereka akan mengatasi segalanya.
...——————————...
Pembangunan pasar rakyat terus berlanjut dengan lancar. Setiap pasar dirancang dengan baik, dengan area yang luas untuk penjualan barang, ruang terbuka untuk pertunjukan budaya, dan fasilitas penunjang yang memadai.
Penduduk setempat mulai merasakan manfaat dari pasar ini. Mereka memiliki tempat yang layak untuk menjual hasil bumi, kerajinan tangan, dan barang-barang lainnya. Pendapatan mereka meningkat, dan kehidupan sosial mereka menjadi lebih aktif.
Suatu hari, saat mengunjungi salah satu pasar yang baru dibuka, Endalast berbicara dengan seorang pedagang sayur yang tampak gembira. "Yang Mulia, terima kasih atas pasar ini. Saya sekarang bisa menjual hasil panen saya dengan mudah dan mendapatkan penghasilan yang lebih baik."
Endalast tersenyum dan menjawab, "Saya senang mendengar itu. Pasar ini adalah untuk kalian semua. Semoga semakin banyak orang yang merasakan manfaatnya."
Tidak lama setelah pasar-pasar rakyat dibuka, dampak positifnya mulai terasa di seluruh kerajaan. Perekonomian lokal meningkat pesat, dan penduduk merasa lebih sejahtera.
Pasar menjadi pusat kegiatan sosial, di mana orang-orang berkumpul untuk berdagang, berinteraksi, dan merayakan budaya mereka.
Endalast merasa bangga dengan apa yang telah dicapai. Meskipun hatinya masih dipenuhi dengan perasaan rumit tentang hubungannya dengan Amala, dia menemukan kekuatan dalam dedikasinya kepada rakyatnya.
Suatu hari, saat mengunjungi salah satu pasar, Endalast bertemu dengan seorang wanita tua yang menjual kerajinan tangan. Wanita itu tersenyum lebar ketika melihat Endalast.
"Yang Mulia," kata wanita itu dengan penuh rasa hormat. "Terima kasih atas pasar ini. Saya sekarang bisa menjual kerajinan tangan saya dan mendapatkan penghasilan untuk keluarga saya. Anda telah mengubah hidup kami."
Endalast tersenyum, merasa terharu mendengar kata-kata wanita itu. "Terima kasih, Bu. Saya senang bisa membantu. Kita semua bekerja keras untuk masa depan yang lebih baik."
Endalast melanjutkan perjalanannya di pasar, berbicara dengan para pedagang dan pembeli, mendengarkan cerita mereka, dan merasa bangga dengan apa yang telah dicapai.
Endalast menyadari bahwa untuk menjaga kestabilan dan keadilan di kerajaannya, diperlukan sistem peradilan yang kuat dan adil. Meskipun tingkat kekacauan di Ganfera sangat kecil, sebagai raja, dia merasa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua rakyat mendapatkan keadilan yang mereka layak dapatkan.
Endalast duduk bersama para penasihatnya di ruang pertemuan istana, membahas rencana reformasi peradilan yang akan dia terapkan. Amala duduk di sampingnya, memberikan masukan dan ide-ide yang telah dia pikirkan.
"Yang Mulia," kata Sir Arlon membuka pertemuan, "mengingat ketenangan dan ketertiban di Ganfera, mungkin kita bisa memulai dengan membentuk pengadilan rakyat untuk menangani kasus-kasus kecil. Ini akan memungkinkan pengadilan kerajaan untuk fokus pada kasus-kasus besar dan lebih serius."
Endalast mengangguk. "Aku setuju, Sir Arlon. Pengadilan rakyat dapat memberikan akses keadilan yang lebih cepat dan dekat dengan rakyat. Tapi, kita juga harus memastikan bahwa setiap pengadilan, baik rakyat maupun kerajaan, berjalan dengan transparan dan adil."
Amala menambahkan, "Kita bisa melibatkan masyarakat dalam proses pengadilan rakyat. Dengan melibatkan mereka, kita tidak hanya memberikan keadilan, tetapi juga mendidik mereka tentang pentingnya hukum dan keadilan."
Endalast tersenyum bangga pada Amala. "Itu ide yang bagus, Amala. Aku yakin dengan partisipasi aktif dari masyarakat, kita bisa membangun sistem peradilan yang kuat dan dipercaya."
Beberapa minggu kemudian, Endalast secara resmi mengumumkan pembentukan pengadilan rakyat di seluruh Ganfera. Setiap kota dan desa akan memiliki pengadilan rakyat yang dipimpin oleh seorang hakim terpilih dari kalangan masyarakat setempat.
Pengadilan rakyat ini akan menangani kasus-kasus kecil seperti perselisihan tetangga, masalah perdagangan, dan pelanggaran ringan.
Endalast, didampingi oleh Amala, mengunjungi berbagai kota dan desa untuk menjelaskan sistem baru ini kepada rakyatnya. Di setiap kunjungan, mereka disambut dengan antusiasme dan dukungan dari masyarakat.
"Rakyat Ganfera," kata Endalast dalam sebuah pertemuan di alun-alun kota, "dengan pengadilan rakyat, kita bisa memastikan bahwa setiap orang mendapatkan keadilan dengan cepat dan adil. Hakim-hakim yang terpilih akan dipilih dari kalangan kalian sendiri, sehingga kalian bisa merasa yakin bahwa keadilan ditegakkan oleh orang-orang yang memahami kehidupan kalian."
Amala menambahkan, "Kami berharap dengan pengadilan rakyat, kalian bisa lebih terlibat dalam proses hukum dan memahami pentingnya keadilan. Mari kita bekerja sama untuk menciptakan masyarakat yang adil dan harmonis."
Selain pengadilan rakyat, Endalast juga memperkuat pengadilan kerajaan yang akan menangani kasus-kasus besar seperti korupsi, kejahatan berat, dan perselisihan antar bangsawan.
Pengadilan kerajaan akan diatur dengan ketat untuk memastikan transparansi dan keadilan dalam setiap prosesnya.
Sir Cedric yang bertugas mengawasi pengadilan kerajaan berkata, "Yang Mulia, kita perlu memastikan bahwa setiap kasus ditangani dengan penuh integritas. Para hakim dan juri haruslah orang-orang yang tidak bisa dipengaruhi oleh kekuasaan atau uang."
Endalast mengangguk setuju. "Aku ingin setiap rakyat Ganfera tahu bahwa di bawah pemerintahanku, keadilan akan ditegakkan tanpa pandang bulu. Semua orang, baik bangsawan maupun rakyat biasa, akan diperlakukan sama di depan hukum."
Amala bekerja keras untuk meraih hati rakyat Endalast dengan sekuat tenaga. Dia terlibat aktif dalam setiap aspek reformasi peradilan, memberikan ide-ide yang segar dan solusi yang efektif.
Suatu hari, Amala berbicara dengan seorang wanita tua yang menjadi hakim di pengadilan rakyat. "Bagaimana perasaan Anda dengan sistem baru ini?" tanya Amala dengan penuh perhatian.
Wanita tua itu tersenyum. "Ini adalah tanggung jawab besar, tapi aku merasa terhormat bisa melayani masyarakat dengan cara ini. Terima kasih, Nona Amala, atas dukungan Anda. Kami merasa didengar dan dihargai."
Amala merasa terharu mendengar kata-kata itu. "Kami hanya ingin yang terbaik untuk kalian semua. Kami akan terus bekerja keras untuk memastikan bahwa setiap orang mendapatkan keadilan yang mereka layak dapatkan."
Meskipun reformasi peradilan berjalan dengan baik, Endalast dan Amala tidak lepas dari tantangan. Ada beberapa pihak yang mencoba merusak sistem baru ini dengan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Namun, dengan kerja keras dan dedikasi, mereka berhasil mengatasi setiap rintangan.
Suatu hari, Endalast menerima laporan tentang seorang hakim di pengadilan rakyat yang terlibat dalam praktik korupsi. Dengan tegas, Endalast memerintahkan penyelidikan dan memastikan bahwa hakim tersebut diadili dengan adil.
"Kita tidak akan mentolerir korupsi di sistem peradilan kita," kata Endalast kepada para penasihatnya. "Setiap orang yang terlibat akan mendapatkan hukuman yang setimpal."
Amala berdiri di sampingnya, memberikan dukungan. "Kami akan terus bekerja keras untuk menjaga integritas sistem peradilan ini. Kita harus menunjukkan kepada rakyat bahwa keadilan adalah prioritas utama kita."
Dalam rapat-rapat rutin dengan penasihatnya, Endalast sering berdiskusi tentang berbagai aspek reformasi peradilan. Dia mendengarkan masukan dan kritik dengan terbuka, selalu berusaha mencari solusi yang terbaik.
"Yang Mulia," kata Sir Alven suatu hari, "Reformasi peradilan ini memang langkah besar, tetapi kita juga harus memastikan bahwa masyarakat memahami perubahan ini dengan baik."
Endalast mengangguk setuju. "Kita harus terus memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya sistem peradilan yang adil. Mungkin kita bisa mengadakan seminar atau pelatihan tentang hukum dan keadilan."
Amala menambahkan, "Kami juga bisa melibatkan tokoh-tokoh masyarakat sebagai duta keadilan. Mereka bisa membantu menyampaikan pesan-pesan penting kepada masyarakat luas."
Sir Cedric tersenyum. "Ide yang bagus, Amala. Dengan dukungan masyarakat, reformasi ini pasti akan berhasil."
Selain fokus pada reformasi peradilan, Endalast dan Amala juga terus memantau perkembangan pasar rakyat. Mereka sering mengunjungi pasar-pasar, berbicara dengan pedagang dan pembeli, mendengarkan keluhan dan masukan mereka.
Suatu hari, saat mengunjungi pasar di sebuah desa kecil, Endalast bertemu dengan seorang pedagang kain yang tampak bahagia. "Yang Mulia, terima kasih atas pasar ini. Sekarang saya bisa menjual kain-kain buatan saya dengan lebih mudah dan mendapatkan penghasilan yang lebih baik."
Endalast tersenyum dan menjawab, "Saya senang mendengar itu. Pasar ini adalah untuk kalian semua. Kami ingin memastikan bahwa setiap orang mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang."
Amala berdiri di samping Endalast, merasa bangga dengan apa yang telah mereka capai. "Kami akan terus bekerja keras untuk meningkatkan kesejahteraan kalian. Pasar ini adalah salah satu cara kita untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik."
Dengan segala tantangan yang dihadapi, Endalast dan Amala terus berusaha untuk membuat Ganfera menjadi kerajaan yang adil dan sejahtera.
Reformasi peradilan yang mereka terapkan telah membawa perubahan positif, memberikan keadilan yang lebih baik bagi seluruh rakyat.
Pasar rakyat yang dibangun oleh Endalast juga memberikan dampak besar pada perekonomian lokal, meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat. Dengan dukungan dan kerja keras dari Amala, Endalast yakin bahwa masa depan Ganfera akan semakin cerah.
Di akhir hari, saat matahari terbenam di langit Ganfera, Endalast dan Amala berdiri di balkon istana, menatap keindahan kerajaannya. "Kita telah melewati banyak hal bersama," kata Endalast sambil menggenggam tangan Amala. "Tapi aku yakin dengan cinta dan dedikasi kita, kita bisa menghadapi apa pun yang datang."
Amala tersenyum lembut. "Aku selalu berada di sampingmu, Endalast. Bersama-sama, kita akan menciptakan masa depan yang lebih baik untuk Ganfera."
Dengan semangat baru dan komitmen yang kuat, Endalast dan Amala melangkah maju, siap menghadapi tantangan dan meraih harapan yang mereka impikan. Ganfera, di bawah kepemimpinan mereka, akan terus berkembang dan menjadi kerajaan yang adil dan sejahtera.