Seorang laki-laki diminta menikahi puteri pengusaha kaya mantan majikan ibunya. Padahal baru saja ia juga melamar seorang wanita. Bimbang antara membalas budi atau mewujudkan pernikahan impian, membuatnya mengalami dilema besar. Simak kisah cintanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 28
"Lalu, itu ngambil gelas lagi buat apa?" Tanya Ardha sambil mengisyaratkan gerakan kepalanya ke gelas di tangan Mawar yang kini sudah terisi lagi.
"Oh.. ini. Sedia minum sebelum haus...", jawab Mawar sambil tersenyum bergaya seperti bintang iklan minuman di televisi.
Eh, kok jadi manis? Ucap seseorang dalam hati.
Seseorang itu terus terdiam dengan mata terpaku pada objek manis yang kini sudah bergerak masuk ke ruangan dan menutup pintu. Barulah dia tersadar dan segera kembali ke tempatnya semula.
***********
"Siap-siap. Satu jam lagi aku jemput"
Pesan dari Ardha masuk ke ponsel Mawar. Setelah membaca pesan itu dia membalas dengan emoji jempol ke atas kemudian segera mandi dan bersiap.
Hari ini janji temu dengan dokter kandungan dijadwal ulang karena kejadian kemaren. Awalnya Mawar memang sungguh kesal dengan Ardha yang lupa menjemputnya. Tetapi mengetahui Ardha juga panik mencarinya, menimbulkan sedikit rasa bersalah di hati Mawar. Ditambah lagi kemaren Ardha menjamunya dengan makan siang spesial di restoran, membuat mood Mawar kembali baik.
Mawar sudah siap. Lima belas menit lagi Ardha berjanji datang. Mawar pun memutuskan menunggu di luar. Setelah mengunci pintu, ia kemudian duduk di kursi teras.
"Halo, selamat siang. Saya Margaret Andrews", seorang wanita tua menghampiri Mawar.
Mawar pun berdiri untuk menyambut uluran tangan wanita itu yang bermaksud bersalaman.
"Aku tinggal di sebelah bersama dengan suamiku, Theo", sambungnya.
"Halo, saya Mawar Prasetyo, isteri Ardha", sahut Mawar tersenyum.
"Pra.. eh apa tadi. Bukan Wijaya? Seperti nama belakang suamimu", Tanya Maggie heran.
"Oh.. itu. Kami orang Indonesia biasanya tetap memakai nama asli kami, meskipun sudah menikah. Tapi untuk anda, silahkan memanggil dengan nama belakang suami saya. When in Rome, do as the Romans. Tidak masalah..", sahut Mawar tertawa kecil.
"Baiklah, Mawar Wijaya. Bolehkah aku memanggilmu Mawar saja?", tanyanya lagi.
"Tentu saja, memang itulah namaku", mereka berdua kemudian tertawa.
"Aku baru tahu kalau Ardha sudah menikah, aku belum pernah melihatmu sampai beberapa hari ini", Maggie membuka bahan obrolan.
"Ah, iya. Kami baru saja menikah di Indonesia, kemudian aku mengikutinya ke sini", sahut Mawar.
"Baguslah kalau begitu. Suami isteri memang harus selalu bersama kan? Seperti aku dan suamiku, kami tak pernah berpisah lama selama lebih dari 40 tahun", ujar Maggie membagi cerita pernikahannya.
"Hanya saja sekarang anak dan cucu kami tinggal di kota yang berbeda. Rasanya cukup sepi kalau cuma berdua, apalagi ketika aku sangat merindukan cucu-cucuku", Maggie semakin semangat bercerita.
"Tapi aku berharap anak kalian nanti akan bisa mengobati rinduku pada mereka. Itu kalau kalian mengijinkan aku menemuinya", sambung Maggie.
"Sudah berapa bulan usia kandunganmu?", tanya Maggie tiba-tiba membuat Mawar tersentak.
"Bb..bagaimana kau tahu kalau aku sedang hamil?", Mawar memandangi perutnya yang masih terlihat rata.
"Aku dulu seorang perawat di klinik bersalin. Jadi aku sudah hapal bagaiman ciri wanita yang tengah hamil", jawab Maggie santai.
"Oh..begitu. Ah, iya. Aku.. aku memang sedang hamil", jawab Mawar gugup.
"Usia kehamilanku kini sudah hampir dua bulan. Eng.. sebenarnya aku hamil sebelum kami menikah", sambung Mawar semakin gugup.
"Ah.. begitu. Tak perlu malu, jaman sekarang anak muda memang tak terlalu mempermasalahkan hal seperti itu. Tenang saja, aku tak akan menghakimi kalian", sahut Maggie sambil mengibaskan tangannya.
"Bukan, maksudku..", perkataan Mawar terpotong oleh suara klakson mobil Ardha.
Mawar dan Maggie pun menoleh ke arah mobil tersebut.
"Baiklah, suamimu sudah datang. Terima kasih atas waktumu, nanti kita mengobrol lagi. Aku permisi dulu", ucap Maggie kemudian berlalu sambil melambai ke arah Ardha.
Mawar kemudian menuju ke mobil dan masuk ketika pintu sudah dibukakan oleh Ardha.
"Ada perlu apa Nyonya Andrews menemuimu?", tanya Ardha serius.
"Tidak ada yang penting, dia cuma memperkenalkan diri sebagai tetangga dan menceritakan tentang keluarganya", jawab Mawar sambil memasang sabuk pengaman.
"Oh, begitu. Mereka berdua sebenarnya cukup baik, hanya saja sebaiknya jangan terlalu banyak bercerita tentang pernikahan kita. Aku khawatir kalau nanti bisa menimbulkan masalah", ucap Ardha lagi.
Mobil itu kemudian melaju membelah jalanan kota Sidney yang pada musim semi ini dihias bunga-bunga yang mekar indah. Sementara dalam hatinya Mawar merasa bersalah, karena saat mengobrol tadi Maggie mengira anak yang dikandung Mawar adalah hasil hubungannya dengan Ardha sebelum menikah.
Merasa tidak enak, Mawar akhirnya menceritakan hal tersebut kepada Ardha.
"Apa?", Ardha terbelalak demi mendengar perkataan Mawar. Ardha mengusap kasar wajahnya, sedangkan Mawar hanya tertunduk lesu.
"Maafkan aku. Nanti aku akan menemui Maggie dan menceritakan kebenarannya", ucap Mawar yang benar-benar merasa bersalah.
"Apa maksudmu? Kau mau menceritakan kalau kau hamil dengan laki-laki lain kemudian aku yang menikahimu, begitu?", Ardha menjadi emosi mendengar niat Mawar untuk berterus terang.
"Tidak, kau tak perlu menceritakan apa-apa padanya. Biarkan dia dengan apapun pemikirannya. Dan ingat, jangan membahas hal ini lagi dengannya atau dengan siapapun", tegas Ardha yang ditanggapi Mawar dengan anggukan lesu.
Sedih & lucu...
Masih ada beberapa kesalahan nama...