Tambatan Hati CEO Dingin

Abraham tiba di rumahnya menjelang malam, disambut dengan senyuman oleh Shinta yang telah tiba di rumah itu hanya selang beberapa jam saja dari kedatangan Abraham.

"Mama kangen sama papa.. sudah lama papa tak menyentuh mama.." ucap Shinta ketika mereka memasuki kamar mereka.

"Papa cape ma.. tadi nyetir sendiri kan engga pake supir.. "ujar Abraham sambil merengkuh pinggang Shinta dan mulai menciumi leher Shinta.

"Aaahh papa.. masa engga mau memenuhi permintaan mama siiihh .. hmmmm.." rayu Shinta sambil meluncurkan tangannya kebawah mengelus perkakas Abraham yang masih terkulai lemas.

"Hhhmmm.. aaahhh mama ganjen ya... mmmmuuuaaahh" Abraham mulai kelincatan ketika perkakasnya di elus dan di remas oleh Shinta. Sementara bibirnya mulai menjelajahi bahu dan dada Shinta yang sengaja dibusungkan oleh Shinta.

"Tuuuhh.. utut papa mulai bangun dia.. sini mama emut dulu biar tambah bangun dia.." pinta Shinta dan dengan cekatan dia memelorotkan celana jins berikut selana dalam Abraham. Kemudian mendorong tubuh Abraham hingga jatuh terlentang di peraduan mereka.

Twiiing..Twiiing...

Si utut muncul dengan setengah menggeliat keluar dari kurungannya. Disambut dengan senang hati oleh Shinta yang segera memasukkan utut ke mulutnya dan mengemutnya seperti anak kecil mengemut permen loli kesukaannya.

Abraham yang memang merasa lelah setelah sedari pagi menjelang siang sampai sore bermain kuda-kudaan dengan Ika tak kuasa melawan bangkitnya kembali gairahnya ketika dengan lihay Shinta mengulum si utut. Abraham yang terbaring terlentang merem melek keenakan menikmati setiap perlakuan Shinta kepada utut. Tak lama kemudian Abraham menggeram sembari menekan kepala Shinta agar lebih dalam mengulum si utut, Abraham mendadak menggeram dengan lebih keras dan dengan cepat menghentakkan kepala Shinta dan melepaskan hisapan mulut Shinta dari si utut.

Anggoro dengan tidak sabar merobek pakaian dinas Shinta dan merentangkan paha Shinta lebar-lebar kemudian tanpa banyak bicara Abraham segera memasuki sarang utut dengan gerakan lihay dan langsung mendekam dan mengobrak ngabrik sarang utut.

"Aaaahhh.. Shin.... taaaaaaa... kamu .. uuuhh .. memang.. nikmat.. aahh..aaaahhhh.."

"aaakk.. maaaaasss... le...bih... keras.. la.. uuuuhhhh ..aaaahh ..giiiiiihhh..." ujar Shinta yang terbata-bata dan sedikit meringis kesakitan karena Abraham memasukan utut tanpa aba-aba dan tanpa permisi dahulu..

Shinta yang kemudian merengek manja kepada Abraham meminta Abraham menggenjotnya dengan cepat. Shinta yang memang tak pernah puas dan tak pernah kekurangan energi ketika gairahnya minta dipuaskan. Itulah sebabnya dia selalu mencari kesenangan diluar sana, mencari seorang atau beberapa orang sekaligus untuk memuaskan dirinya. Bahkan demi kepuasannya itu dia rela mengeluarkan dan merogoh kocek yang tak sedikit guna membayar lelaki yang dia sewa untuk memuaskan hasratnya.

Entah berapa lama Shinta bertahan di posisi itu, kemudian dia berbalik dan mengubah posisinya agar lebih leluasa dan lebih dominan kali itu. Pertarungan keduanya berlangsung dengan cukup ulet dan lama karena masing-masing ingin mendominasi pertarungan. Saling bersahutan mendesah dan juga adu strategy tempur untuk mencari celah dan mencari kepuasannya masing-masing.

Entah sudah berapa lama mereka bertempur tetapi seakan mereka tak pernah puas dan tak pernah merasakan lelah, entah berapa kali si utut menyemburkan lahar panasnya di kedalaman sarangnya. Hingga laharnya itu meluber dan keluar dari sarangnya.

Shinta yang pada malam itu lebih banyak mendominasi pertarungan mereka tampak terkulai lemas diatas tubuh Abraham, tetapi walaupun begitu dia masih ingin terus memainkan dan menggempur Abraham Sungguh luar biasa kuat stamina mereka, Padahal mereka baru saja kembali dari acara kuda-kudaan dengan pasangan kuda-kudaannya masing-masing, mungkin mereka kurang lelah dan kurang cape melakukan hal itu..

Abraham yang entah sudah berapa kali mengeluarkan laharnya kini terbaring lemas di samping Shinta yang juga terbaring lelah setelah permainan tanpa jeda mereka, kemudian perlahan menyerongkan badannya dan mencium bibir tebal Shinta.

"Kamu benar-benar membuatku kewalahan malam ini ma.. tapi aku suka.. kita bisa mengulang kembali setelah papa istirahat sebentar ya.." ujarnya setelah puas mencium Shinta.

"Iya pa.. mama juga perlu istirahat dulu... agak perih nih sarang utut.. ganas malam dia...sampe muntahannya mleber kemana-mana nih.." ujar Shinta sambil membawa tangan Abraham ke sarang utut.

"Hahahahahahahaha... itulah utut kalo dalam mode ganas minta di puasin ma.. padahal papa cape loh tadi.. mama kan tau kalo papa baru pulang dari luar kota buat ngecek perusahaan baru papa.."

Percakapan mereka tersela oleh bunyi perut Abraham yang mengaum nyaring. Abraham hanya nyengir lebar karena dia teringat jika dia belum makan sedari kemarin. Terakhir dia mengisi perutnya sebelum menggempur Ika, maka tak heran jika cacing peliharaannya yang menjerit-jerit protes meminta jatahnya.

Abraham kemudian meminta Shinta agar membuatkan dia beberapa potong sandwich untuk mengganjal dan mengisi ulang tenaganya sebelum Shinta kembali meminta dia melanjutkan pertarungan mereka.

Sementara itu di kamar Mulan, dia tengah bervideo call dengan Dika yang saat itu tengah menyelesaikan pekerjaannya sebelum memulai cuti pernikahannya. Mulan menggoda Dika dengan memperlihatkan tubuh tanpa busana yang sengaja Mulan pamerkan. Dika yang langsung dalam posisi tegang segera membereskan perkerjaannya dan bergegas menuju tempat tinggal Mulan. Sesampainya di rumah Abraham, Dika langsung masuk ke kamar Mulan seperti biasa. Kali ini dia tak perlu lagi mengendap-ngendap atau sembunyi-sembunyi takut ketauan oleh Nana, kali ini dia dengan leluasa memasuki kamar Mulan dan mengunci pintunya. Menyeringai melihat Mulan yang sedang asik memainkan nirwana nya menggunakan berbagai macam alat pemuas nafsu yang dimilikinya. Melucuti pakaiannya dia pun bergabung dengan Mulan di pembaringan dan mengganti mainan itu dengan kepunyaannya.

Malam itu di rumah kediaman keluarga Abraham menjadi ajang pertempuran dan pertarungan dua pasang manusia berbeda jenis kelamin, perbedaannya hanyalah sepasang manusia Abraham dan Shinta telah berumur dan terikat perkawinan sedangkan yang sepasang lagi yakni Dika dan Mulan masih cukup muda dan baru akan terikat pernikahan dalam waktu beberapa hari kedepan.

Suara erangan, desahan, geraman jerit kepuasan saling bersahutan seolah berlomba menunjukkan pada semesta jika mereka tengah berbahagia diiringi oleh bunyi kulit yang saling beradu dengan cepat dan keras.

Menjelang subuh Dika mengakhiri pertarungan itu setelah berulang kali menyiram nirwana Mulan dengan jus yang keluar dari batang menyannya. Mereka kemudian tidur dengan saling berpelukan tanpa membersihkan bekas pertarungan mereka tadi.

Mentari muncul dan bersinar dengan malu-malu menyinari keadaan dirumah Abraham tepatnya di kedua kamar yang semalam para penghuninya bertarung dengan semangat juang tinggi menggapai kepuasan yang tak pernah terpuaskan. Sementara para penghuni kamar masih terlelap tak perduli dengan hari yang semakin terang dan sinar mentari yang perlahan semakin memanas dan menyinari bumi.

Alarm di hape milik Dika menjerit-jerit membangunkan Dika yang baru saja terlelap. Dengan langkah gontai dia memasuki kamar mandi dan membasuh tubuhnya dengan cepat kemudian setelahnya bergegas memakai pakaian ganti yang ada di kamar itu yang sengaja dia simpan jika sewaktu-waktu dia menginap dan bermain kuda-kudaan dengan Mulan seperti saat ini.

Selesai mengenakan pakaiannya dia pun turun kebawah dan meminta di buatkan sarapan kepada maid yang sedang menyiapkan sarapan untuk para penghuni rumah. Baru saja Dika menyuapkan potongan terakhir sarapannya muncul Shinta dengan pakaian dinas malam nya dan dia nampak segar setelah menikmati malam panjang dengan suaminya.

" Pagi ma... Tumben bangun pagi.. dan wajah mama keliatan seger deh.." sapa Dika begitu Shinta duduk dan menyesap teh herbal miliknya.

"Pagi menantu kesayangan mama.. kamu semalam menginap di sini ? kok mama engga tau ?"

" Iya ma semalam pulang lembur malas pulang ke rumah jadi pulang ke rumah mama aja lagipula jarak dari kantor ke sini kan engga lama cuma sekitar lima belas menit aja.... Dika berangkat dulu ya ma.." pamit Dika sembari bangkit dan kemudian menghampiri Shinta untuk memberikan ciuman di pipi calon mertuanya itu. Hanya saja Shinta dengan sengaja memalingkan sedikit wajahnya hingga ciuman Dika pun meleset, Dika bermaksud mencium pipi Shinta tetapi malah mencium bibir Shinta.