Cinta Yang Tak Terlupakan

Sore harinya Zidan menjemput istrinya di perusahaan. Sekertaris ChaCha sedikit gugup melihat wajah Zidan karena begitu takutnya gadis itu jika sepasang suami istri ini akan bertengkar hebat karena orang ketiga.

"Tuan. Nona Anna sudah pulang karena kurang sehat. Apakah nona Anna tidak memberitahu anda?" tanya sekertaris ChaCha gugup.

"Sakit? Astaghfirullah halaziiim. Aku tidak mendapatkan kabar apapun darinya. Baiklah. Aku langsung pulang saja. Mungkin Anna saat ini sedang membutuhkan aku," ucap Zidan langsung membalikkan badannya untuk menemui Anna.

Sekertaris ChaCha mengangkat satu tangannya hendak menghentikan langkahnya Zidan namun ia begitu takut untuk memberitahu alasan bosnya itu tiba-tiba pulang.

"Ya Allah. Baru saja mengenyam kebahagiaan. Ada saja ulah ulat keket yang namanya pelakor," batin sekertaris ChaCha yang kembali lagi mengerjakan tugasnya.

Setibanya di mansion, rupanya hari sudah gelap gulita. Keadaan mansion terlihat sangat sepi. Zidan buru-buru masuk ke dalam rumahnya untuk melihat kondisi Anna yang dikatakan sedang sakit. Namun yang dikuatirkan malah sedang asyik menyiapkan makan malam.

Zidan terlihat salah tingkah dengan dirinya saat ini karena sedang menyembunyikan rahasia pertemuannya yang tidak sengaja dengan tunangannya Vini.

"Apakah aku harus ceritakan tentang Vini pada Anna? Bagaimana kalau Anna marah? Bagaimana kalau dia tidak mengerti.

Tapi kalau aku diam, Vini dan keluarganya akan merongrong Anna karena merasa aku miliknya," batin Zidan makin gelisah saat langkahnya terhenti melihat Anna menghidangkan makan malam yang terlihat sangat enak.

"Assalamualaikum sayang...!" mengecup bibir istrinya seolah tidak terjadi apa-apa.

"Sudah pulang?" tanya Anna dengan wajah datar.

"Iya. Tadi aku ke kantormu. Kata ChaCha kamu sudah pulang karena sakit. Apakah kamu sakit?" tanya Zidan sambil mengusap keningnya Anna.

"Tadi iya. Sekarang sudah sehat. Mau makan dulu atau mandi dulu?" tanya Anna berusaha menjadi istri yang baik untuk suaminya.

"Enaknya mandi dulu biar tenang makannya. Tunggu sebentar ya sayang." Mengecup lagi bibir istrinya lalu naik ke lantai dua.

"Apakah dia butuh waktu untuk menjelaskan padaku tentang gadis muda itu?" Anna menatap punggung suaminya yang kokoh lagi tegap. Rasa cemburunya makin menyusup dalam relung hatinya.

Jika tidak ingat penantian panjangnya pada sang suami yang membuatnya gila, mungkin ingin rasanya ia berteriak saat ini karena terlalu cemburu melihat seorang gadis muda memeluk suaminya penuh kerinduan.

"Ya Allah. Berikan aku kesabaran. Kami baru mulai menjalani biduk rumah tangga yang samawa. Jangan biarkan setan mengusik hatiku dengan pikiran buruk pada suamiku. Aku sangat mencintainya, ya Allah," gumam Anna lalu menyendok nasi untuk suaminya dan dirinya sambil menanti Zidan turun dari kamar mereka.

Sepuluh menit kemudian, Zidan sudah mengenakan piyama tidurnya yang sudah disiapkan oleh Anna di atas kasur untuknya. Walaupun dalam keadaan marah, Anna tetap melakukan kewajibannya untuk menyiapkan segala kebutuhan suaminya.

Ia harus menenangkan hati suaminya daripada mengedepankan amarahnya karena cemburu.

"Maaf sayang sudah membuat menunggu lama." Duduk di kursinya sambil melihat hidangan makan malam itu dengan perutnya yang sudah keroncong.

"Kita berdoa dulu lalu makan..!" ajak Anna dan keduanya membaca basmallah bersama-sama diikuti satu suapan ke mulut mereka masing-masing.

"Humm..!" ini sangat lezat sayang. Kamu sangat jago memasak sup ayam ini. Aku sangat suka," puji Zidan dan Anna hanya menarik dua sudut bibirnya.

Melihat perubahan wajah istrinya yang terlihat sendu, Zidan akhirnya melambatkan kunyahannya.

"Apakah kamu baik-baik saja, sayang? apakah masih ada yang sakit?" tanya Zidan yang duduk di seberang meja.

"Entahlah. Perasaanku hari ini tiba-tiba tidak enak. Dadaku rasanya sangat sesak dan itu membuatku sulit untuk bernafas. Ingin rasanya aku menangis. Tapi tidak tahu mau tangisi apa.

Sepertinya semuanya terlihat baik-baik saja. Apakah hari ini kamu tidak mengalami sesuatu hal yang buruk?" tanya Anna tidak ingin menatap wajah suaminya karena dia ingin Zidan sendiri yang berinisiatif menceritakannya.

"Hmm!" Zidan berdehem sambil mengangkat gelas minumnya untuk membasahi kerongkongannya.

"Kita selesaikan makan malamnya dulu. Setelah itu aku akan menceritakan apa yang terjadi padaku hari ini. Firasatmu memang benar adanya. Tapi aku mohon apapun yang akan aku katakan padamu tidak merubah perasaanku padamu. Apakah kamu percaya kepadaku, Anna?" tegas Zidan yang merasa terjebak dalam dilema hubungan segitiga yang belum terselesaikan ujung masalahnya.

"Apakah ini tentang kehidupanmu yang sebelumnya berperan sebagai Wira?" tanya Anna pura-pura tidak mengetahui hubungan suaminya dengan Vini.

"Iya sayang. Ayo kita makan dulu...!" Zidan menghabiskan makanannya terlebih dahulu. Awalnya makanan itu terasa sangat lezat di mulutnya. Namun sindiran Anna tentang firasat buruk membuat rasa makanan itu menjadi hambar di lidahnya.

Beberapa menit kemudian, Zidan dan Anna sudah kembali ke kamarnya mereka setelah membersihkan piring kotor bekas makan mereka.

Anna masuk ke kamar ganti untuk menggantikan bajunya dengan lingerie yang transparan. Entah mengapa Anna ingin tampil seksi di depan suaminya karena begitu takut jika suaminya bisa saja terpikat dengan pesona gadis yang tadi ia lihat.

Zidan yang sedang membaca pesan masuk di ponselnya yang mungkin saja dari Vini. Tatapannya di ponselnya itu terhenti kala mencium aroma tubuh istrinya dari parfum mahal untuk meningkatkan gairah lelaki.

"Sayang...!" Zidan terpaku menatap tubuh seksi istrinya hingga melupakan janjinya tadi ingin menjelaskan pertemuannya dengan Vini tadi siang di restoran Korea. Zidan menarik pinggang Anna merapatkan ke tubuhnya hingga jarak wajah mereka setipis tisu. Apa lagi saat ini mereka masih suasana bulan madu walaupun berlangsungnya di rumah. Keduanya saling menyerang dengan ciuman panas.

Jika ingin mendapatkan perhatian suami, buatlah suami terus bergairah dengan kecantikan diri kita hingga ia melupakan wanita diluar sana yang ingin merebut dia dari hidup kita. Itu yang saat ini mengisi hati dan otak Anna sebelum mendengar perihal hubungan suaminya dengan Vini.

Entah kapan Zidan membawa tubuh Anna di tempat tidur karena saat ini keduanya sudah saling memberikan service terbaik mereka untuk memuaskan pasangan dengan pemanasan awal.

Jika saat ini pasangan Zidan dan Anna sedang menikmati bulan madu mereka, namun tidak dengan kelurga dari Vini yang saat ini bertamu ke mansion tuan Aditya tentang Zidan atau Wira yang selama ini mereka kenal.

Tuan Aditya dan istrinya sudah bisa menebak maksud kedatangan calon menantunya itu. Tuan Aditya berusaha tetap tenang walaupun sebentar lagi akan terjadi perdebatan sengit. Doa dipanjatkan oleh tuan Aditya yang saat ini ditatap horor oleh tuan Husni, ayah kandungnya Vini.

"Bagaimana kabar kalian semua, tuan Husni?" basa-basi tuan Aditya mengawali perbincangan mereka.

"Jelaskan kepada kami tentang Wira...! Apa yang terjadi pada Wira sehingga dia mengatakan kalau dirinya bukan Wira tapi Zidan...?" tanya tuan Husni tanpa ingin menjawab pertanyaan dari tuan Aditya padanya.

"Kami minta maaf jika masalah ini akan terkuak juga ke permukaan karena keserakahan kami," sahut tuan Aditya.

"Jadi apa yang disampaikan Wira pada putriku Vini itu adalah benar?" tanya tuan Husni langsung pada intinya.

"Iya. Itu benar adanya," timpal nyonya Kayla membuat Vini merasa dadanya sesak.

"Jika memang Wira itu tubuhnya orang lain? Lantas kenapa kalian tega membiarkan pertunangan putriku dengan putramu yang tidak jelas status pribadinya itu?" sarkas tuan Husni yang merasa ditipu oleh tuan Aditya dan istrinya.

Deggggg.....