Li Yuan merupakan seorang pemuda keturunan Klan Li, ia berasal dari Klan Cabang Desa Bambu Kuning di Gunung Guntur.
Bakatnya terpendam, tak ada yang menyadarinya hingga ia berkenalan dengan salah seorang Tetua Sekte beladiri.
Perseteruan Klan Li dan Klan Liu menyeret dirinya sebagai target pembunuhan. Pada peristiwa percobaan pembunuhan atas dirinya ia berhasil selamat dari kematian. Bahkan dalam peristiwa tersebut ia berhasil membangkitkan kemampuan mentalnya saat ia berada di ambang kematian.
Li Yuan mendapatkan warisan tidak ternilai berupa Kitab rahasia Kaisar Kematian, kemampuan mentalis yang ia miliki mengubahnya menjadi pemuda yang multi talenta.
Dengan bakat yang gigih Li Yuan berhasil menapaki jalan bela diri secara bertahap sampai dengan ia menjadi Penguasa Alam Langit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Lim's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hancurnya Klan Liu
Mendengar apa yang disampaikan oleh Li Yuan, membuat Mo Cau merasa lebih tenang. Di dalam hatinya, ia mulai merasa kagum pada sikap Li Yuan. Mo Cau lalu mengumpulkan anak buahnya, dan menyampaikan maksudnya kepada tiga puluh anak buahnya yang masih setia. Mereka mengenakan topeng dan membawa pedang, serta bergerak cepat menuju Klan Liu saat malam yang gelap.
Saat itu merupakan waktu yang tepat untuk melakukan gerakan, karena Patriark Keluarga Liu telah meninggal dan para anggota keluarganya sedang berebut untuk menjadi Patriark pengganti. Beberapa faksi muncul dan membuat keretakan di Klan Liu. Namun, keadaan ini tentu saja diketahui oleh Tetua Mo Cau.
Tidak butuh waktu lama, kelompok Tetua Mo Cau tiba di manor Klan Liu. Mo Cau berdiri paling depan sebagai pendekar langit yang merupakan yang terkuat saat itu. Setelah beberapa saat mengamati, Tetua Mo Cau langsung bertindak. Mereka harus mengurangi kebisingan, maka ia melumpuhkan penjaga yang berada di gerbang depan dengan teknik Pengekang Jiwa.
Mereka diberikan halusinasi yang sangat mengerikan, dan dalam sekejap mereka tewas tanpa tahu sebabnya. Tiga puluh orang lainnya bergerak memasuki manor keluarga Liu, dan membunuh setiap anggota keluarga Liu yang ahli. Tetua Mo Cau mencabut pedang dan melompat ke depan, ia bergerak dengan cepat dan dalam setiap pijakan kakinya, pedangnya menyabet lawan-lawannya.
Teriakan putus asa mulai terdengar di dalam manor Klan Liu. Puluhan mayat sudah terkapar tak berdaya. Entah siapa yang memulai, dalam waktu sekejap kobaran api mulai terlihat di salah satu ruangan. Hembusan angin malam semakin membesarkan nyala api tersebut, membakar jasad-jasad Klan Liu. Dalam waktu kurang dari satu jam, Klan Liu musnah.
Dengan bubar dan terpecahnya Organisasi Gagak Darah, mereka tidak memiliki pelindung. Kobaran api terus membesar dan teriakan korban selamat terus bersahutan. Namun, anak buah Tetua Mo Cau yang tanggap segera menghabisi mereka tanpa enggan. Setelah selesai, Tetua Mo Cau dan anak buahnya segera menghilang di dalam kegelapan malam.
Keesokan paginya, Kota Huanxie menjadi gempar karena berita tentang hancurnya Klan Liu dengan cepat menyebar. Orang yang paling senang adalah Patriark Li Cuan, karena dengan hancurnya Klan Liu, Klan Li akan kembali merajai bisnis di Kota Huanxie.
“Hahaha.. Akhirnya Klan Li akan berjaya,” ucap Li Cuan sambil tertawa keras. Beberapa Tetua yang selama ini mendukung Patriark Li Cuan berusaha untuk menjilat.
Hanya Tetua Li Tianshu yang terdiam, memikirkan pelaku dibalik pembantaian Klan Liu. Di tempat lain, ayah dan ibu Li Yuan seperti biasa sedang beraktivitas di Toko herbal mereka yang bertuliskan “Sumber Kehidupan”.
Pagi itu, Tokonya didatangi oleh puluhan orang yang merupakan para pendekar ahli tingkat menengah. Mo Cau memberikan salam kepada Li Dan dengan hormat. Merasakan seseorang yang tidak dikenalnya, Li Dan mengernyitkan matanya.
“Mohon maaf, siapakah Anda, tuan pendekar?” tanya Li Dan penuh keheranan. Walaupun Li Dan takut, ia berusaha untuk tetap terlihat gemetar.
Di sudut toko, istri dan anaknya Li Peiyu sudah gemetar ketakutan. Pemandangan ini sangat menakutkan, bahkan pelayan toko tidak dapat berbuat apa-apa untuk menahan ketakutan.
“Mohon maaf, tuan besar, bisakah kita berbicara empat mata?” pinta Tetua Mo Cau dengan hormat. Li Dan merasa aneh dengan panggilan tersebut, apalagi orang yang di depannya adalah seorang pendekar berada pada tahap Pendekar Langit, bukan kekuatan yang bisa ia singgung.
“Baiklah tuan pendekar, ikuti saya,” ucap Li Dan yang masih waspada. Li Dan menatap istri dan putrinya, lalu berkata, “Kalian tidak usah khawatir, semua akan baik-baik saja.” Li Dan kemudian mengarahkan Mo Cau ke salah satu ruangan yang terdapat dalam Toko Herbalnya. Keduanya lalu berjalan beriringan, tampak Tetua Mo Cau mengikuti di belakang dengan patuh.
“Krek” suara pintu terbuka. Li Dan membawa Tetua Mo Cau ke ruang pemurnian herbal yang khusus. Ada satu meja dengan dua kursi, cukup untuk mereka berbicara empat mata.
“Tuan besar, mungkin Anda akan sedikit terkejut. Namun, hal ini sudah atas persetujuan tuan muda,” ucap Mo Cau dengan nada pelan.
Li Dan sedikit mengerutkan dahi, kata "tuan muda" berarti merujuk pada putranya, Li Yuan. “Apakah semua ini karena putraku?” tanya Li Dan dengan ekspresi rumit.
“Betul sekali, tuan besar,” jawab Mo Cau yang mulai menemukan ritme pembicaraannya.
“Perkenalkan, hamba adalah Mo Cau, beberapa waktu ini ditugaskan untuk melindungi tuan besar atas perintah tuan muda. Hamba memiliki tiga puluh orang anak buah yang kini sedang berada di luar. Kami adalah para penjahat dari Organisasi Gagak Darah, kami juga yang sudah melenyapkan Klan Liu tadi malam,” ucap Mo Cau hendak menjeda pembicaraannya.
“Apa? Aku tidak menduga putraku terlibat dalam kejahatan,” ucap Li Dan dengan nada kecewa.
“Tuan besar, jangan salah sangka,” sela Mo Cau dengan cepat.
“Maksud tuan pendekar?” tanya Li Dan dengan serius.
“Awalnya, kami adalah kelompok yang disiapkan oleh Patriark Liu untuk membunuh keluarga tuan besar. Bahkan sebelumnya, kami sudah menjalankan aksi untuk membunuh tuan muda saat kembali dari Gunung Guntur,” ungkap Mo Cau.
“Apa? Jadi semua ini ulah Klan Liu?” tanya Li Dan tidak percaya.
“Betul, tuan,” jawab Mo Cau singkat. Kemudian, Mo Cau menceritakan tentang konspirasi Klan Liu dengan Organisasi Gagak Darah. Perintah untuk menghabiskan Klan Liu juga dimaksudkan agar keluarga Li Dan tidak mengalami ancaman saat Li Yuan berlatih di Sekte Laohu.
Hal yang paling membuat Li Dan tersentak adalah ketika Mo Cau membeberkan bahwa orang yang membunuh Patriark Liu dan puluhan pendekar ahlinya adalah Li Yuan. Ia sangat tidak menduga bahwa kemampuan putranya sangat mengerikan. Bahkan dirinya saja sudah bukan tandingannya, lalu bagaimana jika ia kembali dari Sekte Laohu?
Mo Cau menyatakan niatnya bahwa ia dan anak buahnya akan mengikuti Li Dan ke mana saja ia pergi. Li Dan merasa hangat dengan sikap Li Yuan yang mengirim pendekar langit untuk menjaga keluarganya. Bahkan ada perasaan haru bahagia ketika Li Dan mengetahui keinginan putranya untuk mengubah para penjahat menjadi orang yang baik, itu adalah cita-cita mulia.
“Hmm...” Setelah lama memikirkan, Li Dan memiliki sebuah ide. “Aku akan mendirikan sebuah asosiasi usaha yang bernama Asosiasi Sumber Kehidupan. Asosiasi ini akan berhubungan dengan Toko Herbal yang saat ini aku jalankan, serta bergerak di bidang jasa pengawalan dan keamanan,” ujar Li Dan.
“Baik tuan besar. Kami akan mengikuti apa kata Anda,” jawab Mo Cau.
Keduanya sepakat untuk saling mendukung. Terkait tempat, mereka segera pindah ke lokasi yang lebih strategis di pusat kota.
“Baiklah tuan besar, saya akan pamit untuk menyiapkan tempat tinggal dan bangunan yang baru,” ucap Mo Cau dengan hormat.
Dalam hatinya, ia percaya dengan kemampuan Li Dan yang tampak lugas dan tegas.
“Kalian bertiga tetap tinggal dan menjaga tuan besar, laporkan apabila ada gangguan dengan cepat,” ucap Mo Cau kepada anak buahnya.
Setelah berpamitan, ia dan anak buahnya segera menghilang dari pandangan Li Dan.