Merleen merupakan seorang mafia. Sudah tidak terhitung banyaknya nyawa yang sudah ia bunuh. Banyak orang yang mengincar nyawanya.
Namun ia meninggal di tangan sang kekasih.
Arwahnya masuk kedalam tubuh seorang putri menteri yang terbuang. Dia dibuang oleh keluarganya karena hamil diluar nikah.
Padahal ia hamil karena jebakan dari kakaknya. Kakaknya tidak terima bahwa ia akan menikah dengan seorang jenderal.
Bukan hanya dibuang oleh keluarga. Gadis itu juga harus merasa sakitnya melihat lelaki yang ia cintai mencintai menikah dengan kakaknya.
Merasa frustasi gadis itu menyeburkan dirinya kedalam aliran sungai dari atas jembatan. Gadis itu pun tewas. Dan tubuhnya diambil alih oleh Merleen.
Empat tahun kemudian ia kembali ke ibu kota. Kedatangannya membuat geger kekaisaran.
Gadis itu membawa anak laki-laki berusia tiga tahun yang begitu mirip dengan Raja Chen. Dialah Raja perang yang terkenal akan kekejaman nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Senggrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Interogasi
"Sejak kapan kamu mengenal putraku?" tanya permaisuri datar . Dia menganggap Lin Hua sebagai wanita yang tidak baik , karena bisa hamil di luar pernikahan.
"Ehm, sekitar sepuluh hari yang mulia atau berapa hari ya?" jawab Lin Hua sok polos. Dia tidak menyalahkan permaisuri yang terlihat tidak menyukainya.
"Delapan hari ma," koreksi Jin Hai .
Jin Hai menatap Permaisuri dengan waspada . Dari penglihatannya permaisuri tidak menyukai mamanya .
"Apa hubunganmu dengan putraku ?" tanya Permaisuri yang masih penasaran dengan hubungan Lin Hua dengan Pangeran Chen.
"Kami tidak ada hubungan apapun," jawab Lin Hua dengan jujur.
"Kalau tidak ada hubungan apapun , bagaimana mungkin kamu tinggal disini?"
"Waduh, sepertinya ada kesalahpahaman disini. Maaf yang mulia , sebenarnya saya juga tidak berniat datang ke rumah ini . Pangeran yang tiba-tiba datang dan mengaku bahwa beliau ayah dari si kembar . Sebenarnya saya sendiri tidak mengetahuinya."
"Kok bisa?"
Lin Hua melirik sang putra yang ada disampingnya. Mana mungkin dia menceritakan tragedi yang sudah menimpa Lin Hua di depan putranya.
"Ehm, jadi kenapa kamu tinggal di sini? kamu pasti tahu kan kalau seorang wanita tidak baik tinggal serumah dengan seorang lelaki tanpa hubungan apapun , " tutur Permaisuri saat tidak ada jawaban dari Lin Hua.
"Untuk itu saya meminta maaf dengan tulus . Tidak ada niat sedikitpun untuk tinggal di rumah ini . kebetulan _"
"Kita pulang sekalang Ma. Bukankah mama sudah sehat ," ucap Jin Hai memotong ucapan Lin Hua. Biarkan saja ia dibilang tidak sopan . Dia tidak akan membiarkan mamanya dihina.
Lin Hua merasa beruntung memiliki putra seperti Jin Hai . Sedangkan Permaisuri merasa tidak enak hati karena membuat sang cucu merasa tidak nyaman. Dia merasa bersalah karena bersikap agak keterlaluan.
"Oke . Kita pulang sekarang. Maaf atas ketidaksopanan hamba dan putra hamba Yang Mulia . Anda tidak perlu khawatir . Hamba tidak memiliki hubungan apapun dengan pangeran Chen ,"ucap Lin Hua dengan sopan . Dia menunduk sebentar sebagai penghormatan sebelum pergi dari ruangan itu .
Permaisuri menatap kepergian Lin Hua dan Jin Hai dengan campur aduk . Apalagi melihat Jin Hai menatapnya datar . Apa sang cucu membenci dirinya?
Lin Hua meminta Jin Hai untuk memangil Jia Yi yang sedang bermain di kolam . Untungnya tidak ada banyak drama .
"Ada apa , Ma?" tanya Jia Yi saat masuk kedalam kamar yang di tempati Lin Hua.
"Kita pulang sekarang sayang ."
"Tapi Jia masih ingin tinggal bersama ayah ,"ucap Jia Yi dengan lirih . Matanya nampak berkaca-kaca . Lin Hua jadi tidak tega melihatnya .
"Jia ingin tinggal sama ayah?"
"...."
Jia Yi tidak menjawabnya. Namun gadis cilik itu diam-diam menangis . Lin Hua harus banyak sabar menghadapi putrinya . Mungkin dia harus membiarkan Jia Yi untuk tinggal sementara bersama sang Ayah .
"Baiklah, Jia bisa tinggal disini bersama ayah ,"putus Lin Hua setelah berfikir matang-matang. Dia tidak boleh egois .
"Benalkah?"tanya Jia Yi dengan mata berbinar. Lin Hua merasa keputusannya sangat tepat . Dia bisa melihat jika Jia Yi sangat senang tinggal bersama pangeran Chen.
"Iya dong . Jia bisa tingga bersama Ayah . Mama sama Jin Hai akan pulang. Nanti kalau Jia kangen bisa bilang ayah suruh antar ke rumah kakek Li. Biar nanti kakek Li bilang saja mama ."
Jia Yi kembali sedih . Bukan itu yang ia inginkan. Ia ingin tinggal bersama mama dan juga ayahnya . Seakan mengetahui apa yang ada di pikiran Jia Yi , Jin Hai mengeluarkan suaranya.
"Jangan egois . Kamu sendili yang minta tinggal sama ayah, jadi jangan nangis!"
"Kan Jia pengen tinggal sama-sama,"isak Jia Yi dengan cemberut.
Lin Hua harus mengeluarkan stok kesabaran yang tinggi mengahadapi tingkah sang putri.
"Maaf sayang. "
Lin Hua bingung mau bilang apa. Pikirannya buntu kalau disuruh untuk berfikir soal ginian. Dia membawa Jia Yi kedalam pelukannya.
"Jangan buat Mama sedih!" bentak Jin Hai dengan tegas.Otomatis Jia Yi langsung menghentikan tangisannya.
Lin Hua merasa kaget dengan ucapan putranya. Perlahan ia melepas pelukannya. Dia menatap Jin Hai yang sedang menatap saudara kembarnya.
Jia Yi menatap Lin Hua dengan sendu. Kasihan sebenarnya. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia bukan kekasih maupun istri dari Pangeran Chen.
"Jangan khawatir, kalau Jia kangen bisa minta antar kakek Li. Kalau tidak nanti mama sama Jin Hai akan berkunjung kesini," bujuk Lin Hua.
Jia Yi mengangguk dengan lesu. Setelah itu Lin Hua mengajak si kembar keluar dari kamarnya sambil membawa barang-barang miliknya.
Setibanya di ruang tamu ternyata bukan hanya ada Permaisuri saja. Kaisar dan juga pangeran Chen serta putri Zea juga ada disana.
Wajah pangeran Chen nampak bengkak. Namun Lin Hua tidak memperdulikannya. Lebih baik ia pulang ke Xi'an.
Pangeran Chen kaget melihat Lin Hua keluar membawa barang bawaannya. Dia khawatir dengan kondisi Lin Hua. Bagaimana jika ia kembali pingsan?
"Kamu mau kemana?"
"Maaf pangeran, saya harus segera pulang. Terimakasih sudah mengijinkan saya tinggal disini. Tapi saya minta tolong untuk menjaga Jia Yi. Dia masih ingin tinggal bersama anda. Jika Ia ingin pulang, anda bisa mengantar nya ke rumah Menteri Li."
"Bagaimana keadaan mu?"
"Saya baik-baik saja pangeran. Anda tidak perlu khawatir."
"Bagaimana jika kamu kembali pingsan?"
"Anda tidak perlu khawatir. Maaf sudah waktunya saya pergi. Mohon maaf atas ketidak sopanan saya permaisuri ...Kaisar. Saya permisi dulu," ucap Lin Hua sebelum membawa Jin Hai keluar dari rumah.
Kaisar tidak sempat mengeluarkan suaranya. Padahal ia ingin mengutarakan permintaan maaf dan juga berterima kasih, karena bersedia menanggung malu untuk mengandung kedua cucunya.
Pangeran Chen telah menceritakan semuanya. Ia tidak bisa menyalahkan keduanya. Apalagi orang yang sudah memberi obat perangsang pada pangeran Chen telah mendapatkan hukuman.
Kaisar menatap Jia Yi yang sedang memandang kepergian mama dan juga saudara kembarnya. Dia mendekati sang cucu dan berlutut di depannya.
"Mau kakek gendong?" tawar kaisar zhu dengan lembut.
Jia Yi mengangguk dengan malu. Dengan lembut kaisar Zu membawa Jia Yi kedalam gendongan nya. Permaisuri dan putri Zea mendekati mereka.
"Aku juga mau gendong!" pekik putri Zea yang iri digendong oleh ayahnya.
tunggu saja apa yg Lin hua akan lakukan