Malam Ulang Tahun Pearly Hazel Willfred yang ke lima belas, menjadi malam yang tak akan terlupakan baginya. Seorang gadis lain datang dan mengaku sebagai putri kandung Keluarga Willfred.
Pearl pun kembali pada keluarga aslinya tapi kembali melarikan diri, hingga ia bertemu kembali dengan sosok pria yang selalu ia dekati di sekolah.
Alexander Marshall, menjadi sosok penolong bagi Pearl dan juga seorang ketua geng motor. Dengan bantuan Alex, Pearl kembali ke sekolah, tanpa mengetahui sosok sebenarnya dari seorang Alex.
* note : ini adalah novel misi dari NT. Alur cerita tiap bab berasal dari pihak NT, author hanya membantu mengembangkan melalui narasi dan percakapan, juga disesuaikan dengan latar belakang yang diambil oleh author. Terima kasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CURHAT
"Kakak?" tanya Harris.
"Ya, kamu sudah seperti seorang kakak bagiku, Ris. Apa kamu tak suka?" tanya Pearl.
"Tentu saja aku menyukainya, Pearl. Bukankah hubungan kakak dan adik itu luar biasa?" jawab Harris dengan wajah tersenyum, meski di dalam hatinya merasa panas.
Pearl tersenyum, "Aku senang kamu mau menjadi kakakku, Ris."
"Kamu sedang sedih, Pearl?" tanya Harris. Belakangan ini, Harris merasa ada sedikit perbedaan dari sikap dan sifat Pearl, meski gadis itu terus saja berusaha menutupi dengan keceriaannya.
"Memangnya terlihat ya?" tanya Pearl.
"Aku bisa merasakannya," jawab Harris.
Pearl tersenyum tipis dengan mata yang mulai terlihat sendu. Tak lama, bel sekolah berbunyi, tanda waktu istirahat telah selesai.
"Aku balik ke kelas dulu, Ris," ucap Pearl.
"Aku juga."
"Bye!"
"Oya, apakah pulang nanti mau menemaniku ke toko buku?" tanya Harris.
Pearl tampak terdiam memikirkannya, kemudian ia kembali menatap Harris, "Maaf, tapi sepertinya aku tak bisa."
"Tak apa, Pearl. Aku tak memaksamu. Lain kali saja kita keluar bersama," ucap Harris yang tak ingin membebani Pearl, meskipun ia sangat berharap Pearl menyetujui ajakannya.
Mereka pun berpisah, hingga waktu sekolah telah selesai. Di lobby, tampak Alex telah berdiri menunggunya. Pria itu selalu berwajah datar dan dingin, tapi ketika bersama Pearl, ia bisa berubah menjadi lembut.
"Apa aku tak boleh berharap lebih dari sikapmu itu, Al?" batin Pearl.
Pearl melangkahkan kakinya mendekati Alex. Lalu Alex langsung menggandeng tangan Pearl dan membawanya ke area parkir motor. Dari kejauhan, tampak sepasang mata memperhatikan gerak gerik keduanya. Ia menghela nafasnya dalam.
"Aku akan memilikimu, Pearl. Hanya milikku."
*****
Malam ini, meja makan terlihat penuh. Kelima pria itu juga ada di sana, berkumpul sambil sesekali tertawa. Alexander, Pain, Aarav, Ervin, dan Mars, mereka seperti lima sekawan dalam buku petualangan.
"Kakak ipar, ayo ke sini!" ucap Aarav.
Pearl tersenyum, tapi ia melirik ke arah Alex. Pria itu tak pernah marah atau kesal dengan panggilan teman temannya pada Pearl. Apa itu berarti Alex memiliki perasaan padanya? Apa ia boleh berharap?
Tidak! Tidak! Ini hanya rasa kasihan, ini hanya pertolongan yang diberikan oleh Alex. Sudah seharusnya Pearl berterima kasih karena sudah memiliki tempat tinggal yang layak dan bisa bersekolah dengan nyaman, bukan justru mengharapkan lebih dari itu.
"Ada acara apa ini?" tanya Pearl, karena sudah lama tak melihat kelimanya bersama sama.
"Hanya makan makan saja," ujar Mars.
Mata Pearl melihat ke seluruh makanan di atas meja, "Apa kalian bisa menghabiskan semuanya?"
"Kamu menantang kami, Pearl?" tanya Aarav.
"Kita berlomba saja bagaimana?" tanya Ervin.
"Serbuuuu!!!" teriak Mars dan langsung saja mereka menikmati makanan tersebut.
Pearl kembali mencuri pandang ke arah Alex yang hanya tersenyum tipis melihat kelakuan teman temannya itu. Pearl menghela nafasnya pelan dan ikut tertawa melihat kehebohan para pria di sana, meski hatinya saat ini mulai galau.
Wajah Pearl berubah sendu, tapi tanpa sadar ternyata Alex sudah berdiri di sampingnya.
"Kamu sakit?" Alex meletakkan punggung tangannya di kening Pearl untuk memeriksa gadis itu. Sontak saja hal itu membuat jantung Pearl berdetak dengan sangat cepat.
"Tidak," jawab Pearl.
"Tapi wajahmu terlihat sedikit pucat. Masuklah ke kamar, aku akan mengambilkan makanan untukmu. Kamu tak akan mendapatkan makanan jika mereka sedang dalam mode lapar seperti ini," ujar Alex.
Pearl tertawa kecil kemudian menganggukkan kepalanya. Ia pun pergi ke kamar tidurnya dan tak lama, Alex masuk sambil membawakan sepiring makanan lengkap dengan minumannya.
"Terima kasih, Al. Maaf merepotkanmu."
"Kamu tak pernah merepotkanku, Pearl," ucap Alex.
"Ah, bolehkah aku berharap? Berharap kalau sikap yang ditunjukkan Alex saat ini adalah karena ia mencintaiku?" batin Pearl.
"Kalau begitu aku keluar dulu ya. Selamat menikmati makan malammu," ucap Alex.
Pearl hanya tersenyum lalu menghela nafasnya pelan setelah Alex keluar dari kamar tidurnya.
Keesokan harinya, Pearl yang perasaannya sedang gundah, duduk seorang diri di dalam perpustakaan. Ia tak membaca buku dan hanya sesekali membolak balikkan lembar demi lembar. Ia lebih banyak membuang pandangannya ke jendela, ntah memikirkan apa.
"Pearl!"
"Hei, Pearl! Kamu melamun lagi hmm?" tanya Harris yang tiba tiba saja sudah berada di kursi tepat di hadapannya.
"Kamu di sini?" tanya Pearl.
"Hmm ... Ada tugas yang harus kuselesaikan. Tapi siapa yang menyangka ternyata aku bisa bertemu denganmu di sini," ujar Harris. Sebenarnya ia tadinya mencari Pearl ke kelas, tapi tak menemukan. Pada akhirnya ia mencari Pearl di taman dan di kantin, tapi tetap tak menemukan. Hingga akhirnya ia melangkahkan kaki ke perpustakaan dan menemukan gadis yang telah mencuri hatinya.
Pearl kembali terdiam dan membuang pandangannya ke arah luar. Ia mendiamkan Harris yang katanya sedang mencari bahan untuk tugasnya.
"Ris," panggil Pearl.
"Hmm ... Ada apa?" ucap Harris sambil menatap Pearl.
Pearl mengela nafasnya pelan sambil membalas tatapan Harris.
"Kamu mau cerita sesuatu padaku, Pearl?" tanya Harris.
"Bercerita? Cerita apa?" Pearl seakan sadar bahwa ia baru saja akan menceritakan masalahnya pada Harris.
"Jangan menyimpan masalahmu sendiri. Bukankah akan lebih baik kalau kita berbagi, beban akan terasa lebih ringan dan hati menjadi lebih lega," ujar Harris.
"Tidak, tidak jadi. Aku hanya ingin bertanya kamu ada tugas apa," ucap Pearl.
Harris meletakkan kedua tangannya terlipat di atas meja, "jangan mengalihkan pembicaraan kita Pearl. Bukankah kamu sudah menganggapku sebagai kakakmu? Berceritalah."
"Kak, apakah seorang pria sudah pasti menyukai seorang wanita jika mereka dekat?" tanya Pearl.
Deghhh
"Bisa iya, bisa tidak," jawab Harris.
"Apa Pearl menyadari perasaanku?" batin Harris. Jantungnya mulai berdetak dengan cepat.
"Setiap hari aku bersamanya, berbagi hari hariku dengannya. Tapi ... Aku tak tahu bagaimana status hubunganku dengannya. Apa ia menyukaiku, atau hanya mengasihaniku karena keadaanku," ucap Pearl.
"Aku tulus bersahabat denganmu, Pearl. Aku tak pernah kasihan padamu," ucap Harris.
"Aku tahu kamu sangat tulus, Ris. Tapi, bagaimana dengan Alex? Apa ia juga sama denganmu? Aku menyukainya, sangat menyukainya. Bahkan hati ini tak bisa berhenti mencintainya," ucap Pearl.
Nyessss
Hati Harris langsung jatuh ke jurang saat mendengar curahan hati Pearl. Ternyata yang sedang dibicarakan dan yang ada dalam lamunan Pearl saat ini adalah Alex. Pria lain, bukan dirinya.
Ia menghela nafasnya pelan sebelum menjawab ucapan Pearl, "Aku rasa ..."
🧡 🧡 🧡