“Damian, ah, jangan...”
"Itu geli, jangan seperti itu."
Arissa berdiri di depan ruangan kantor direktur Miracle group, dia mendengar suara Damian suaminya yang sedang bermesraan dengan wanita lain di dalam ruangan itu, suara manja wanita yang tengah bersama dengan suaminya itu seperti belati tajam yang menghujam jantungnya.
“Nyonya, direktur sekarang sedang sibuk, nanti akan saya sampaikan jika nyonya datang mengunjunginya...” Asisten pribadi Damian, Remi dengan wajah canggung dan penuh simpati menatap Arissa.
"Damian apa yang kamu...." Belum sempat Arissa menyelesaikan ucapannya, mulutnya sudah di bekap oleh bibir Damian.
Ciuman Damian kali ini lebih kasar dari sebelumnya. Seperti hendak menelan Arissa bulat-bulat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EP: 30
Arissa tersenyum puas saat melihat surat kenaikan jabatannya. Ia merasa sangat bangga dan lega setelah sekian lama berusaha dan bekerja keras. Ia memandang ke sekeliling ruangan, melihat rekan-rekannya yang sedang sibuk dengan pekerjaan mereka.
Ketika ia berjalan menuju meja kerja barunya, ia merasa sedikit nervous. Ia tidak terbiasa dengan perhatian yang begitu besar dari rekan-rekannya. Namun, ia juga merasa senang karena merasa dihargai dan diakui.
Meja kerja barunya terletak di sudut samping jendela, sehingga ia bisa melihat pemandangan luar yang indah. Ia merasa sangat beruntung karena bisa memiliki tempat kerja yang begitu nyaman dan indah.
Saat ia duduk di kursinya yang baru, ia merasa sedikit tidak terbiasa. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan baru dan rekan-rekan kerja yang baru. Namun, ia juga merasa siap untuk menghadapi tantangan baru dan membuktikan dirinya sebagai pekerja yang kompeten.
Tatapan mata rekan kerja yang lain terlihat lebih ramah dan ingin mengambil hatinya. Mereka semua tersenyum dan mengucapkan selamat kepada Arissa atas kenaikan jabatannya. Arissa merasa sangat bahagia dan lega karena merasa diterima dan dihargai oleh rekan-rekannya.
Arissa mengeluarkan ponselnya, menimbang-nimbang, apakah dia akan menelepon Damian atau tidak.
Arissa memandang ponselnya dengan ragu-ragu. Pertemuannya pagi tadi sangat canggung, dan dia sempat berpikir, Damian akan membuatnya berhenti bekerja. Dan sekarang ia merasa tidak yakin apakah harus meneleponnya atau tidak.
Arissa mengambil napas dalam-dalam, mencoba untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. Ia memandang ponselnya lagi, dan kemudian memutuskan untuk menelepon Damian.
Damian menjawab telepon pada dering pertama, suaranya terdengar jelas dan tidak terburu-buru. "Halo?" katanya.
Arissa merasa sedikit gugup, tapi ia berusaha untuk tetap tenang.
"Halo, Damian," katanya dengan suara yang sedikit lebih pelan.
"Aku... aku ingin berbicara denganmu." Suara Arissa terdengar gugup.
"Apa yang ingin kamu bicarakan?" Tanya Damian.
"Apa kamu yang membantuku."
"Membantu? memangnya bantuan apa yang aku berikan?" Damian pura-pura.
"Aku naik jabatan." beritahu Arissa.
"Kalau begitu selamat atas kenaikan jabatan mu, Arissa. Kamu sangat berbakat dalam hal mendesain, bakat mu tidak seharusnya dihambat, juga tidak seharusnya dipengaruhi orang lain." Suara Damian menjadi lebih lembut, mungkin karena dia merasa bersalah soal pagi tadi.
"Terima kasih," kata Arissa membalas dengan suara yang lembut juga.
Damian tersenyum di ujung telepon, senang karena bisa membuat Arissa merasa lebih baik.
"Sama-sama, Arissa. Aku akan selalu mendukungmu," katanya dengan suara yang hangat.
Arissa merasa bahwa pandangannya terhadap Damian telah berubah secara signifikan. Ia tidak lagi melihat Damian sebagai seseorang pria yang brengsek dan busuk.
"Aku membantu kamu sebanyak ini, apa cukup hanya dengan dua kata terima kasih saja?" Damian berkata dengan sudut bibir yang terangkat.
Rasa harunya yang tadi ada saat mendengar kata-kata Damian hilang dalam sekejap.
Dasar busuk! Umpatnya.
Ternyata benar, rasa harunya hanya seperti angin lewat, tidak peduli seberapa perhatian pria itu, tidak akan bisa merubah sifat aslinya yang begitu arogan!
"Sebagai ucapan terima kasih akan aku traktir kamu makan?" Kata Arissa.
"Boleh, tapi aku ingin makan makanan yang kamu masak sendiri."
"Aku tidak suka memasak untuk orang lain." Arissa menggelengkan kepala dan berkata dengan suara yang sedikit lebih keras,
"Oh, jadi aku harus merayu kamu agar memasak untukku?" Damian tertawa dan berkata.
Arissa merasa hatinya terkena dengan kata-kata Damian. Ia merasa bahwa Damian benar-benar mengharapkan sesuatu yang lebih dari sekedar ucapan terima kasih. Ia merasa sedikit terintimidasi, tapi juga merasa bahwa ia tidak bisa menolak permintaan Damian lagi.
"Baiklah... aku akan memasak untukmu," kata Arissa dengan suara yang sedikit tidak ikhlas.
"Bu Arissa apa ada waktu? Bisa kemari sebentar?" Panggil rekan kerja Arissa.
Arissa menghela napas,
"Ya, aku datang sekarang." Ia kemudian berpaling kepada Damian.
"Maaf, aku harus pergi sekarang. Ada urusan kerja yang harus aku selesaikan."
"Jangan buru-buru, bagaimanapun juga kamu harus terlebih dahulu beri aku imbalan kan? Aku tidak pilih-pilih, aku akan terima jika kamu ingin mencium, itu juga boleh." Kata Damian saat Arissa akan menutup telepon.
Arissa merasa wajahnya memerah karena malu. Ia tidak menyangka bahwa Damian akan mengatakan sesuatu yang begitu tidak terduga.
"Apa yang kamu katakan?! Jangan mimpi!" kata Arissa dengan suara yang sedikit tinggi.
"Haha, aku hanya bercanda, tapi aku tidak akan menolak jika kamu benar-benar melakukannya." Kata Damian tertawa.
Tut! Tut! Tut!
Telepon langsung ditutup, sama sekali tidak memberi Damian kesempatan berbicara lagi.
"Sepertinya aku berhasil membuatnya marah." Kata Damian, ia kemudian meletakkan teleponnya dan berpikir tentang reaksi Arissa yang lucu. Ia tidak bisa menahan senyumnya karena merasa bahwa ia berhasil membuatnya. merasa tidak nyaman.
"Arissa, kamu bergabung dengan departemen desain juga baru ada beberapa hari, hari ini naik lagi menjadi desainer interior, manager berunding dengan kami, bersiap mengadakan acara penyambutan untukmu, sekaligus untuk merayakan kenaikan jabatan mu, bagaimana menurutmu?" Seorang rekan kerja wanita melihat Arissa yang datang, dia segera menyambut dan menarik pergelangan tangannya.
Dia sekarang sudah bergabung dengan departemen desain dan sudah menjadi seorang desain interior, dia ingin bekerja dalam jangka waktu yang lama, hubungan dengan rekan kerja tidak boleh kaku.
"Boleh, sudah menentukan waktunya?" Jawabnya setelah berpikir sejenak.
"Nanti setelah pulang kerja kita langsung pergi, tempatnya sudah ditentukan oleh manager." Kata rekan kerja Arissa menghela nafas lega karena Arissa setuju.
"Baik." Arissa setuju.
Setelah pulang kerja, Arissa dan beberapa rekan kerja wanita, bersama-sama naik mobil salah seorang rekan kerja pria.
Awalnya dia masih membatasi diri, terlebih lagi tidak akrab dengan beberapa rekan kerja, setelah berbincang di sepanjang jalan, Arissa merasa sedikit lebih nyaman.
Setiba di tempat tujuan, saat turun dari mobil, rekan kerja wanita yang duduk di samping Arissa, tiba-tiba mencolek Arissa.
Dia mengambil kesempatan saat orang lain turun dari mobil.
"Arissa, aku ingin memberitahu kamu sesuatu, setelah ini kamu harus berhati-hati dengan Manager Sissy, departemen desain dikuasai oleh Manager Sissy, karena kamu, otoritas Manager Sissy di perusahaan berkurang banyak, dia sekarang pasti sangat membenci kamu, kamu hati-hati." bidiknya pada Arissa.
Setelah mengatakan hal itu, dia langsung pergi mengejar rekan yang lain meninggalkan Arissa yang membenggong memikirkan apa yang di bisikkan padanya tadi.
"Arissa sedang memikirkan apa? cepat kemari, kita jalan bersama." Panggil rekan kerja pria yang melambaikan tangan dan meminta agar Arissa cepat menyusul.
Arissa segera menyusul tidak ingin yang lain curiga.
Mulai hari ini, Arissa resmi menjadi salah satu karyawan di departemen desain kita, kalian lihat sendiri bagaimana perkembangannya kan? Baru beberapa hari, dia sudah naik jabatan, kalian harus banyak belajar darinya." Ucap Sissy yang terdengar lebih kepada menyindir daripada memuji.
Seperti Sissy sedang mencoba membuat rekan kerja yang lain agar tidak suka padanya karena dia melompati banyak anak tangga menuju puncak.
Ternyata benar, setelah mendengar ucapan Sissy, ada beberapa rekan kerja yang raut wajahnya berubah.
"Arissa, selamat atas kenaikan jabatan mu. Kamu harus menghabiskan ini." Sissy menuangkan bir kedalam gelas, lalu menyerahkan kepada Arissa dengan tersenyum yang begitu ramah layaknya rekan kerja yang begitu baik.
Arissa, sebenarnya, dia tidak bisa minum tapi karena menghormati dan tidak ingin semakin di musuhi oleh Sissy, dia terpaksa menerima minuman itu.
Terima kasih." Dia hanya bisa memberanikan diri, meminum bir itu hingga tuntas.
Saat melihat Arissa dan Sissy minum. Rekan kerja yang lain kembali menuangkan bir kedalam gelas Arissa dan mengajak Arissa toast.
Arissa tidak ingin membuat rekan kerja departemen desain kecewa, dia pun menerimanya, lalu satu persatu datang bersulang untuknya.
Setelah selesai minum, Arissa menghela nafas lega, tapi perutnya terasa tidak enak, kepalanya terasa pusing.
Dia seperti antara mabuk dan tidak, lalu seseorang mendekat dan memberikan air hangat padanya.
Arissa mengulurkan tangan mengambil air hangat tersebut, lalu meminum, setelah minum, dia tidak merasa membaik, bahkan, dia merasa jika kepalanya semakin terasa pusing.
Dan setelah itu, dia kehilangan kesadaran.....
kita ikuti
ceritanya thor
apakah dirimu lagi sibuk?
semoga author sehat " ya
🙏🙏🙏
di tunggu up nya...
bersatu lagi thor
bikin sebucin bucinnya
mereka ber 2
lanjut thor ceritanya
semoga iya biar terkejut