Laura, adalah seorang menantu yang harus menerima perlakuan kasar dari suami dan mertuanya.
Suaminya, Andre, kerap bertangan kasar padanya setiap kali ada masalah dalam rumah tangganya, yang dipicu oleh ulah mertua dan adik iparnya.
Hingga disuatu waktu kesabarannya habis. Laura membalaskan sakit hatinya akibat diselingkuhi oleh Andre. Laura menjual rumah mereka dan beberapa lahan tanah yang surat- suratnya dia temukan secara kebetulan di dalam laci. Lalu laura minggat bersama anak tunggalnya, Bobby.
Bagaimana kisah Laura di tempat baru? Juga Andre dan Ibunya sepeninggal Laura?
Yuk, kupas abis kisahnya dalam novel ini.
Selamat membaca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda Pransiska Manalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab, 28. Mark, Laura menikah.
"Cinta, datanglah. Bawa diriku melambung mengarungi mega. Biarlah mimpi buruk itu berlalu. Ingin kureguk, manis rasa itu."
"Laura, kenapa kamu diam selama ini nak? Tidak pernah memberi khabar pada Ibu, tentang perbuatan Andre dan keluarganya. Kamu malah pergi, menanggung semuanya. Kamu tidak pernah cerita sama sekali sama, ibu," Rianti ibu Laura mengusap berkali-kali rambut Laura. Mata tua itu digenangi, air mata.
"Maafkan, Laura, Bu. Bukan Laura tidak mau berbagi kisah sedih. Tapi, Laura tidak ingin Ibu sedih, dan was-was pada Laura." Laura memeluk tubuh ibunya.
Laura, pulang kekampung. Untuk menjemput ibunya. Agar tinggal bersamanya saja. Kasihan ibunya tinggal seorang diri di kampung.
Selama ini Laura tidak bisa mengajak ibunya, karena dia tinghal bersama mertuanya. Laura tidak ingin ibunya melihat perlakuan mertuanya.
Setelah Mark, melamarnya dan berlanjut akan menikahinya dalam waktu dekat, Laura terpaksa harus menceritakan kisah rumah tangganya yang gagal.
"Apakah kamu sudah yakin dengan pernikahanmu nanti? Ibu tidak melarangmu, nak. Tapi ibu ingin kamu pikirkan baik-baik.Jika keputusanmu sudah bulat, ibu mendukung kebahagaiannmu, nak."
"Terima kasih Ibu. Doakan Laura ya, Bu."
"Tentu, nak. Ibu selalu berdoa untuk kebahagiannmu."
"Ibu, mau 'kan tinggal bersama Laura? Laura gak tega ninggalin ibu sendiri disini," bujuk Laura.
"Baiklah, ibu akan tinggal bersamamu, nak. Tapi, apakah calon menantu ibu nanti tidak keberatan kalau ibu tinggal bersama kalian setelah menikah?"
"Sebenarnya dia yang suruh Laura, Bu. Mengajak ibu tinggal bersama kami kelak. Mark sudah gak punya siapa- siapa."
"Baiklah, ibu akan tinggal bersama kalian."
*****
Mark dan Laura akhirnya menikah. Resepsi dilaksanakan dengan sederhana. Hanya beberapa orang yang diundang. Laura memang meminta agar pesta pernikahan mereka dilaksanakan dengan sederhana.
Menjelang malam, acara adat yang digelarpun usai. Para tamu undangan telah pulang. Tinggal beberapa kerabat jauh yang masih tinggal dirumah Mark.
Mark melepas jasnya yang telah seharian dia pakai. Melepas kemeja dan menyampirkannya diatas sofa.
Mark, masuk ke kamar mandi di dalam kamarnya. Laura, masih dibawah. Karena ada tamu yang datang terlambat. Mark terpaksa pamit tadi, karena hendak ke toilet.
"Selamat ya, Laura. Gak sangka kita jumpa disini," ternyata tamu itu adalah sahabat lama Laura, Alisa. Dia salah satu tamu undangan, karena suaminya adalah rekan kerja Mark.
"Aku juga kaget, kita sudah lama lost kontak. Ternyata dipertemukan di kota ini." Sambut Laura juga tak kalah riang.
"Udah kami pulang dulu. Dah malam, selamat menikmati malam pertama," bisik Alisa menggoda. "Kapan-kapan kita kumpul lagi, ya." Laura melambaikan tangannya mengiringi kepergian sahabatnya itu.
Laura tidak menyangka pertemuannya dengan, Alisa. Selama ini dia selalu mencari keberadaan temannya itu lewat sosmed. Pantasan gak ketemu karena dia pakai inisial nama anaknya.
Laura, menaiki anak tangga menuju kamarnya di atas. Carry dan Bobby sudah masuk kamar juga, karena sudah lelah. Begitu juga dengan ibunya. Hanya asisten rumah tangga Mark, Bi Surti yang masih sibuk di dapur.
Saat Laura masuk ke kamar, dia mendengar siraman air di kamar mandi. Laura mencoba membuka riasan rambutnya, yang semakin terasa berat.
Lalu melepas kebaya yang melekat ditubuhnya. Menggantinya dengan kimono.
Tiba-tiba Mark keluar dari kamar mandi. Masih mengenakan handuk. Rambutnya yang masih basah, menguarkan aroma shampo. Tubuhnya yang setengah telanjang, menonjolkan otot-ototnya.
Laura memalingkan wajahnya. Ada rona merah menjalari wajahnya saqt melihat tubuh suaminya. Buru-buru Laura meraih handuk yang tadi ia letakkan diatas ranjang.
Entah karena gugup atau terburu-buru, kaki Laura kesandung ke kakinya sendiri. Membuatnya kehilangan keseimbangan. Laura menjerit, untung saja Mark meraih tubuh Laura. Tubuh Laura jatuh dalam pelukan, Mark. Wajahnya menempel ditubuh kekar, Mark.
Beberapa saat mata mereka saling memandang. Wangi tubuh Mark, begitu memabukkan Laura. Laura menunduk, menghindar tatapan, Mark.
"Auw! "Jerit Laura, karena handuk Mark terlepas tanpa ia sadari. Laura bergegas masuk ke kamar mandi, dan menguncinya.
Mark tersenyum melihat tingkah, Laura. Merasa lucu.
Beberapa menit kemudian, Laura keluar dari kamar mandi. Dilihatnya Mark, telah tertidur. Laura senyum-senyum saat ingat kekonyolannya tadi.
Perlahan Laura naik ketempat tidur, agar Mark tidak terjaga. Menarik selimutnya hingga ke lehernya. Menutup matanya dan ingin terbang selekasnya kedalam mimpi.
Tiba-tiba lengan kekar Mark, menindih perut Laura. Laura memindahkannya. Mark bergerak menyamping, menghadap wajah Laura yang belum sempat berubah posisi, saat memindahkan lengan, Mark.
Laura menahan napasnya, sementara napas Mark telah menyapu seluruh wajah Laura. Aroma mint yang segar terendus hidung Laura.
Kembali lengan Mark menindih tubuh Laura.
Laura menutup matanya, berusaha hendak memindahkan kembali lengan suaminya. Bukannya berpindah tempat, lengan Mark malah memeluk erat tubuh Laura.
Laura diam menahan napas!
Mark yang berpura-pura tidur, tersenyum melihat perjuangan Laura yang hendak melepaskan diri dari pelukannya.
"Ada apa?" desah Mark masih dengan mata terpejam. Laura membuka matanya, begitu juga Mark. Seulas senyum nakal tersungging disudut bibir Mark.
"A...aku tidak bisa tidur, kal.... Hmmpp." Laura belum selesai bicara ketika Mark telah membekapnya dalam ci**an panjang. Membuat Laura gelagapan.
Laura melihat tatapan Mark, meredup. Menuntut sesuatu yang menjadi haknya sebagai seorang suami. Mark membisikkan sesuatu ke telinga, Laura.
Membuat Laura, pasrah untuk memenuhi hasrat suaminya.
Kembali Mark menc**m Laura, kali ini lebih lembut dan menghanyutkan. Membuat Laura terhanyut. Tangan Mark bergerilya, menyentuh titik sensitif istrinya.
Laura terengah mencoba mengimbangi gairah suaminya. Hingga Laura merasakan sesuatu melesak di bawah sana. Perlakuan lembut Mark, membuat Laura tak mampu menahan gairahnya.
Des**an Laura seperti orang kesurupan saat tubuhnya semakin merasakan hentakan demi hentakan yang melambungkan hasratnya.
Hingga tiba dipuncak kenikmatan, keduanya terhempas. Laura merasakan sesuatu yang hangat memasuki rahimnya.
Terima kasih sayang," bisik Mark diujung penyatuan mereka. Mark mendekap tubuh istrinya penuh kasih.
Hingga keduanya tertidur sambil berpelukan.
Diluar, hujan gerimis turun, membasahi tanah . Menghanyutkan debu didedaunan yang kering.
Laura, merasakan tubuhnya seperti remuk saja, saat dia terbangun keesokan harinya.
Ketika membuka matanya, Mark suaminya sudah tidak ada disisinya. Laura mencoba bangun, tapi belum sempat dia bangkit, pintu telah terbuka.
"Selamat pagi sayang," sapa Mark lembut. Laura tersenyum malu karena terlambat bangun.
"Kok, tidak membangunkan aku?"
"Tidak apa-apa, sayang. Istirahat saja dulu."
"Aku mau mandi dulu, malu ketauan bangun kesiangan." Laura melangkah ke kamar mandi.
"Sarapan di kamar apa dibawah?" ucap Mark, sesaat Laura masuk ke kamar mandi.
Di bawah saja, bang."
"Oke, abang tunggu di bawah, ya."
Mark keluar dari kamar, menuruni anak tangga.****