NovelToon NovelToon
CEO DINGIN Dengan WANITA BAIK

CEO DINGIN Dengan WANITA BAIK

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Hotler Siagian

Menceritakan seorang laki-laki dingin yang jatuh cinta terhadap seorang wanita…….

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hotler Siagian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16

Dio keluar dengan kaos oblong dan celana pendeknya.

Langsung menuju kearah Alika.

"Gimana Al, aman lo ngga jet lag kan?" tanya Dio sambil mengambil alih pak supir membawa tas Alika

"Engga ko, aman. Kamar gue dimana, Di?" jawab Alika

"Nomor 37, Al. Sebelah kamar gue. Kuy!

"Makasih, ya Pak" ujar Dio tak lupa

"Oke, kuyy"

Alika dan Dio lalu masuk kedalam hotel dan beristirahat di kamar masing-masing

Karena sudah malam, dan Alika cukup lelah selama perjalanan, ia memutuskan untuk bersih-bersih dan langsung pergi tidur

***

Pada pagi harinya, Alika bersiap-siap dengan kemeja kantornya dan mempersiapkan beberapa pakaian sekaligus dokumen pertanyaan yang harus dia gunakan nanti saat wawancara. Hari ini, akan menjadi perjalanan panjang Alika dan Dio karena memerlukan waktu hampir seharian dari Nabire menuju kampung pelosok Kosarek, Wamena yang berada di dataran tinggi pegunungan Jayawijaya

Karena jauhnya jarak yang ditempuh, minimnya infrastruktur, dan susahnya akses perjalanan

Alika langsung menuju keluar kamar, memanggil Dio

"Diooo ayo berangkat sekaranggg!!!! biar cepet kelaaarr"

tokk... tokkk... tokk

"Iyaaa, Aallll.... denger gueee!!! " jawab Dio langsung membuka pintu sambil membawa perkakas nya

"Baguss deh, gue kirain lo masih molor tadi" jawab Alika dengan terkekeh

Sambil membantu Dio menenteng tas perlengkapan mereka, sedangkan Dio membawa bag camera, mereka berdua langsung menuju mobil untuk pergi ke kota Wamena terlebih dulu sebelum ke pelosok kampung.

***

"Lah, Al... jadi kita ke kampung nih liputannya? "

"Ya iyalah, lo pikir kita mau holiday ke air terjun, restoran, jalan-jalan, menyusuri lembah?" jawab Alika mematahkan harapan Dio sarkas

"YAAAAAAAAH KECEWA GUE, mana udah jauh banget dari rumaah"

"MOnmaap ya bestweh, ini pekherjaan" jawab Alika dengan alay

Yasha mencebikkan bibirnya sebal karena merasa ditipu oleh Reza. Tapi, tidak apa apa dia disini juga akan bisa menjaga Alika.

"Yaudah kuy, nanti kita langsung wawancara penduduk sini tentang masalah pembunuhan akhir-akhir ini" lanjut Alika menginformasikan

Alika dan Dio pertama menuju kantor kepala desa untuk meminta izin liputan, karena Alika dan Dio membawa nama media luar.

Sebenarnya juga tidak perlu karena ini termasuk berita hot news, tapi sebagai formalitas mungkin diperlukan untuk perihal kesopanan.

Sambil menunjukkan kartu press, Alika dan Dio akhirnya diperbolehkan untuk masuk kampung,

Sambil berjalan masuk, Alika membuka jurnal kecil di tangannya

Jurnal Alika:

- kesadaran masyarakat untuk pembawaan benda tajam (minim security)

- Tindak kekerasan (hakim sendiri)

- keberpihakan antar suku

- pengaruh miras yang masih marak di kalangan pria

- High officials injustification

dan lain-lain

Ya, Alika akan memberikan pertanyaan wawancara seputar poin-poin itu kepada para masyarakat.

Alika menyapa seorang wanita bernama Bu Taine,

"Pagi Ibu, saya dari ID media dari Surabaya, kira-kira saya minta waktu ibu sebentar berbincang-bincang untuk wawancara sebentar boleh?" tanya Alika meminta izin

"Iya, tentu boleh", jawab ibu itu

Alika mengangguk, memberi isyarat kepada Dio untuk mulai merekam

"Membicarakan masalah yang marak kemarin tentang pembunuhan salah satu anggota TNI, Bu. Kabarnya hal itu dilakukan oleh segerombolan pemuda yang sedang mabuk pada saat berdebat dengan anggota itu. Bagaimana menurut pendapat ibu?"

"Ya, miris sekali ya. Karna yang saya dengar mereka terlibat konflik, karena anak-anak muda itu tidak terima saat diperingatkan tentara. Jadi, mereka langsung main gorok saja petugas itu"

Tangan Alika mencatat cepat jawaban Bu Taine

"Nah, Apakah masyarakat papua, khususnya di sekitar Nabire masih suka untuk main hakim sendiri? "

"Bisa dikatakan betul ya, Kak. Terlalu lama kalau kita harus menunggu pihak yang bertugas. Khususnya kami-kami yang berada di pelosok. Untuk melapor dan pergi kesana saja akan butuh setengah hari. Ya, keburu lari malingnya,"jawab Bu Taine

Lalu, untuk perihal-perihal pemuda yang mabuk-mabukan tadi Bu. Apakah ibu sendiri memang sering menjumpai anak-anak muda di sekitar sini pada saat minum-minum di tempat umum?

"Kalau itu, iya kaka. Sering saya lihat itu laki-laki muda dewasa kadang mabuk-mabukan di tengah jalan. Meskipun sudah berkali-kali diingatkan warga. Tapi, masih tetap saja banyak yang minum-minum. Lalu, kejadian terburuk terjadi kemarin waktu itu, Ka" jawab Bu Taine.

Apakah memang banyak disini, Bu. Orang-orang yang suka membawa benda tajam saat berpergian?

"Kalau itu, memang masih banyak kakak. Karena, kita sendiri juga untuk berjaga-jaga barangkali ada sesuatu yang terjadi"

"Apakah ibu bersedia bercerita lebih lanjut hal-hal seperti apa sih yang kebanyakan orang disini takutkan mungkin akan terjadi pada saat mereka tidak membawa alat tajam? ", tanya Aliandra berhati-hati

" salah satunya, kita takut ya, Kak. Kalau misalnya ada petugas yang semena-mena terhadap kami. Jadi, untuk membela diri kami juga harus mengandalkan diri sendiri. Contohnya waktu itu, saya pernah dijalan lalu di berhentikan paksa begitu saja dan disuruh untuk menunggu orang yang bisa dibilang pejabat penting untuk lewat. Padahal waktu itu, saya terburu-buru harus bawa Mace saya yang sedang sakit keras kerumah sakit. Jadilah, mace saya tida bisa tertolong", jawab bu Taine yang matanya mulai berkaca-kaca.

Alika memberi isyarat mata stop kepada Dio.

Alika langsung duduk disamping Bu Taine dan menepuk-nepuk punggung Bu Taine

"Ibu...Ibu baik-baik saja?" tanya Alika berhati-hati

Bu Taine tidak bisa menahan air matanya dan langsung menangis, "Kakak tau, Karena dikesampingkan seperti itu Mace saya tidak bisa diselamatkan lagi. Saya sangat marah dan sedih, tapi saya tidak bisa berbuat apa-apa", tangis Bu Taine semakin deras

"Ibu, Boleh saya tau kejadiannya kapan?", Tanya Alika berhati-hati

"Seminggu yang lalu, Mace saya juga meninggal pada hari yang sama" jawab Bu Taine yang masih terus menangis mengingat hal itu

Alika termenung, melihat kesedihan Bu Taine

Hati Alika rasanya ikut teriris, mendengar cerita Bu Taine. Seorang anak yang tidak bisa menyelamatkan orang tuanya.

Bu Taine mungkin saja akan menyalahkan dirinya seumur hidup

"Sabar ya, Bu... Saya mengerti perasaan ibu, inshallah setelah berita ini rilis akan membantu mengakhiri hal-hal seperti itu", ujar Alika menenangkan sekaligus bertekad dalam hatinya

Akan saya bantu, Bu!

Setelah beberapa menit, Alika membantu Bu Taine menenangkan diri. Alika memutuskan untuk pamit, dan mencari narasumber yang lain

"Baik, Bu. Terima kasih banyak ya telah meluangkan waktu untuk saya wawancarai. Saya sangat berhargai informasi yang telah Ibu berikan", Ujar Alika sambil menjabat tangan Bu Taine

"Iya, Kakak. Saya juga berterima kasih banyak ya. Semoga semuanya lancar", jawab Bu Taine sambil menjabat tangan Alika

"Saya Pamit", ujar Alika pada Bu Taine

Bu Taine tersenyum sambil mengantar kepergian Alika keluar rumahnya

***

Di dalam perjalanan menuju ke rumah selanjutnya, Alika dikejutkan dengan banyak orang-orang yang berkumpul sampai bergerombol

"Lah, Apaan tuh, Al. Rame-rame" ujar Dio yang kepo

"Gatau Gue", jawab Alika tanpa mengalihkan pandangannya dari handphonenya

"Ck, Liat dulu napa Al" ujar Dio berdecak gemas memutar kepala Alika.

Alika mengikuti arah pandangan Dio

"Iya, ya. Tumben di kampung ada rame-rame selain acara hajatan", ujar Alika heran

"Liat bentar yuk, Al. Barangkali ada bagi-bagi doorprize", Ujar Dio sambil menggandeng Alika kedalam kerumunan

"Dasar mata duitan lo, Yo" jawab Alika tak habis pikir kelakuan konyol rekannya itu

Alika berusaha berjinjit melihat kerumunan itu. Tapi, apa daya ia hanya bisa melihat gunungan kepala-kepala manusia yang antri di depannya, karena tubuhnya yang tidak setinggi Dio.

"NOHHH... KAN BENER KATA GUE ALLL, BAGI-BAGI SEMBAKO GRATIS", ujar Dio berteriak ditengah kerumunan yang berisik untuk berebut giliraan itu

Dio menggandeng Alika untuk menyelip kearah depan bermaksud untuk dapat sembako sebelum kehabisan

"Pelan-pelan, Dio!", Marah Alika karena Dio terlalu menarik tangannya terlalu bersemangat.

Alika menatap keatas,

deg

"K... kamu"

••••

Tuhan memang tau aku ingin bertemu kamu, Vin. Tapi apakah bisa secepat ini? kalau iya aku bersyukur hehe :')

1
Moh Rifti
next
Moh Rifti
lanjut
Moh Rifti
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!