Sebuah cerita tentang perjuangan hidup Erina, yang terpaksa menandatangani kontrak pernikahan 1 tahun dengan seorang Presdir kaya raya. Demi membebaskan sang ayah dari penjara. Bagaikan mimpi paling buruk dalam hidup Erina. Dia memasuki dunia pernikahan tanpa membawa cinta ataupun berharap akan dicintai.
Akankah dia bisa menguasai hatinya untuk tidak terjatuh dalam jurang cinta? ataukah dia akan terperosok lebih dalam setelah mengetahui bahwa suaminya ternyata ada orang paling baik yang pernah ada di hidupnya?
Jika batas waktu pernikahan telah datang, mampukan Erina melepaskan suaminya dan kembali pada kehidupan lamanya? Atau malah cinta yang lama dia pendam malah berbuah manis dengan terbukanya hati sang suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eilha rahmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Kakek
Di sebuah rumah sakit paling bagus di ibu kota. Arga menghentikan mobilnya, memarkirkannya rapi di tempat semestinya.
30 menit yang lalu, dia mendapatkan kabar jika kakek sudah mulai sadarkan diri dari koma selama 3 hari karena penyakit tuanya. Arga yang sejak 3 hari lalu selalu kepikiran dan cemas seperti menemukan angin segar yang melintas di kepalanya, namun hatinya belum sepenuhnya lega. Karena dokter mengatakan jika keadaan kakek masih belum pulih sepenuhnya.
Pak Tan menyambut kedatangan Arga, menganggukkan kepala sebagai bentuk penghormatan, dan hanya dibalas gerakan tangan oleh Arga.
Dia segera naik ke lantai tujuh, bergegas melangkah dengan kakinya yang panjang menuju sebuah ruangan VVIP tempat kakeknya dirawat. Pak Tan mengikuti langkah Arga dibelakangnya.
Pintu kamar terbuka, Tante Sofia dan dua orang perawat berdiri dari tempatnya duduk menyambut kedatangan Tuan Muda Arga.
"Arga, akhirnya kau datang" Bibi Sofia segera menarik lengan Arga, mendekat ke arah ranjang. "Lihat! Kakek sudah sadar"
Arga menarik kursi tepat di sebelah ranjang. Kakek hanya bisa memandangnya dengan mata berkaca-kaca. "Mendekatlah" perintahnya pada Arga.
Arga menggenggam tangan kakek, diciuminya punggung tangan lelaki tua berumur 83 tahun itu. "Menikahlah Arga" ucap Kakek terbata-bata. Suaranya sangat lemah, hampir tak terdengar.
Arga membisu, tidak menjawab sepatah katapun. Kebingungan memenuhi isi kepalanya.
Hadeh! Mulai lagi dramanya. Orang tua kalau minta mantu apa harus sampai seperti ini.
"Carilah wanita baik-baik, Kakek ingin melihatmu menikah sebelum Kakek meninggal" ucap kakek lemah dengan nafas tersengal
"Jangan pernah menyinggung soal itu lagi Kek" Arga memalingkan wajahnya. Dia tidak pernah bisa jika harus menunjukkan rasa sedihnya pada kakek.
Bibi Sofia mendekat, meletakkan tangannya di atas bahu Arga. Mencoba menyemangati keponakannya. Arga tetap diam membisu, pikirannya berlari kesana kemari.
"Turuti lah apa yang dikatakan kakekmu Arga, dokter bilang kemungkinannya sudah sangat kecil" Bibi Sofia mengajak Arga bicara di luar kamar. Kakek sudah kembali tertidur setelah meminum obat yang diberikan perawat barusan.
Pak Tan di tugaskan untuk tetap di dalam ruangan, berjaga di samping kakek. Antisipasi jika kakek terbangun dan membutuhkan sesuatu.
"Arga" Suara Bibi Sofia mengurai lamunan Arga.
"Heemm" sejujurnya dia sendiri bingung, bagaimana mungkin dia akan menikah sedangkan memikirkan wanita saja dia tidak sempat. Terlalu banyak tekanan yang harus dia hadapi di posisinya yang sekarang.
"Berkencan lah, cari wanita terhormat yang pantas bersanding denganmu. Luangkan waktumu sebentar saja, urusan pekerjaan serahkan pada May dan Noah" Bibi Sofia menepuk pundak keponakannya.
"Bibi yakin, kemampuan mereka sudah cukup mumpuni untuk memegang perusahaan pusat, kalau kau sedang tidak bisa disana"
"Aku akan memikirkannya nanti Bi"
***
Di kantor polisi, tempat Hermawan di tahan sementara. Erina sudah duduk di ruang kunjungan, ini hari ke 2 setelah ayah di jebloskan disana. Masih sama, dia selalu menangis tersedu-sedu kala bertemu dengan Erina. Entah karena rasa penyesalan yang sangat amat, atau hanya sekedar berpura-pura agar anaknya berusaha membebaskan dia dari sana.
"Ayah sudah makan?" Erina menyodorkan kresek hitam yang berisikan roti di hadapan Hermawan. "Maaf, Erin hanya bisa bawa itu" Erina tertunduk dalam. Dia benar-benar tidak mampu menunjukkan mukanya pada ayahnya.
"Erin" Hermawan menggenggam tangan anaknya "Ayah mohon, maaf kan ayah nak" ucapnya sambil tersedu-sedu.
"Ayah mohon bebaskan ayah dari sini Erin, disini dingin sekali kalau malam. Napi-napi yang lain juga sepertinya tidak suka dengan ayah, ayah selalu di pukul dan di marah-marahi" tangis Hermawan semakin pecah.
Erina tidak mampu menjawab sedikitpun permintaan ayahnya. Dia bahkan tidak memiliki apa-apa untuk di bayarkan. Usahanya memohon pada Tuan Arga juga sia-sia.
Tapi ucapan ayah barusan sepertinya cukup keras menghantam hatinya. Tidak mungkin Erina membiarkan ayahnya mendekam dipenjara lebih lama. Meskipun menyusahkan, namun di dunia ini Erina hanya memiliki ayah.
"Erina, kamu mendengarkan ayahkan?"
Erina mendongak, memberanikan diri untuk menatap mata ayahnya.
"Iya, Ayah, tolong bersabarlah sebentar lagi ya, Erin akan berusaha sekuat tenaga agar Presdir angkuh itu mau membebaskan ayah" Erina membalas genggaman tangan Hermawan. Tersenyum selebar mungkin. Berusaha meyakinkan.
Maafkan Erin, Ayah. Mungkin akan butuh waktu lebih lama untuk membebaskan Ayah dari sini. Tapi Erin janji, Erin tidak akan menyerah.
Bertahanlah Ayah!
***
Di kantor pusat Zenica Corpora, Arga duduk menyenderkan punggungnya di sofa. Matanya terpejam, namun pikirannya masih berlarian kesana kemari mencari jalan keluar dari semua masalah yang tengah dia hadapi.
Kenapa harus menikah? Kenapa tidak yang lain saja? Hati Arga sudah lama tertutup rapat, dan sampai saat ini dia sama sekali belum berniat untuk membukanya.
"Wah... Wah... Wah... Apa seperti ini kelakuan Presdir Zenica yang sebenarnya? Bermalas-malasan setiap hari?"
Suara yang tiba-tiba datang, sama sekali tak mengejutkan Arga. "Tutup mulutmu! Keluar!" Arga mengayunkan tangannya mengusir kedatangan Noah yang dianggapnya mengganggu.
"Maafkan saya Tuan, saya sudah berusaha melarang Tuan Noah untuk masuk" Sekretaris May menundukkan kepalanya, sambil berusaha menarik lengan Noah agar segera keluar.
Noah mengendus kesal, melepaskan paksa tangan May dan dengan beraninya duduk di samping Arga tanpa meminta ijin terlebih dahulu. "Aku sudah dengar semuanya dari Bibi Sofia"
Arga melirik tajam wajah Noah,
Cih! Bisa-bisanya dia tersenyum seperti itu saat bos nya sedang dalam keadaan seperti ini. Arga.
"Kapan kau kerumah sakit?"
"Tadi, bersama Nyonya" Panggilan Noah pada Ibunya masih saja nyeleneh seperti biasanya.
"Apa kakek belum tahu kalau cucunya masih jomblo? Hahaha"
Arga memukul bahu Noah, agak keras rupanya sampai membuat Noah meringis kesakitan.
Sekretaris May yang berdiri di belakang Arga ikut menahan senyum. Berusaha menutupinya dengan tangan, takut jika Tuannya tidak terima ditertawakan oleh bawahannya.
"Atau jangan-jangan kau belum juga move on dari Clara?"
Arga melirik tajam Noah yang masih cengengesan. Agaknya benar tuduhan yang di lontarkan Noah barusan. Terbukti dari raut muka Arga yang terlihat semakin kesal.
Cih! Ternyata kau memang masih mencintai selebriti itu. Merana sekali hidupmu, dicampakkan begitu saja oleh wanita. Noah.
"Keluarlah! Jangan ganggu aku" Arga mengeram kesal, kemudian kembali menyandarkan punggungnya yang lebar di sofa.
"May"
"Iya, Tuan"
"Tugaskan Bajingan ini untuk mengurus kantor yang ada di Singapura beberapa bulan kedepan!"
Sialan! Dia mudah sekali tersinggung, baru seminggu kemarin aku pulang dari Korea, sekarang harus pergi lagi ke Singapura.
"Hei! Ayolah, jangan mudah tersinggung begitu, aku kan hanya bercanda Bos" Noah berusaha membujuk Arga, agar menarik perintahnya pada Sekretaris May barusan.
"Tugaskan dia satu tahun penuh!" Bukannya membatalkan, Arga malah menambahi masa tugas Noah disana.
"Baik Tuan" May segera beranjak menuju mejanya untuk membuat surat perintah penugasan Noah.
Noah yang melihat hal itu semakin panik, blingsatan. Tak dikiranya jika Arga benar-benar serius dengan ucapannya.
Noah melirik May dengan mata elangnya. Sekretaris dan Bos nya sama saja! Sama-sama menyebalkan. Pikirnya.
"Tunggulah di ruanganmu, surat penugasanmu akan di antar May sebentar lagi" Arga berbicara tanpa membuka matanya. Tampaknya baru kali ini Noah melihat jika Arga benar-benar kalut dengan pikirannya.
"Oke... Oke... Aku pergi"
Ya, ya, ya disini kaulah yang mulia raja.
Noah segera beranjak menyeret kakinya menuju pintu keluar setelah mengedipkan mata pada May. Kabur! Sebelum surat penugasannya direvisi jadi 10 tahun.
May hanya melengos melihat tingkah Noah, laki-laki itu memang terkenal tak punya rasa takut pada Arga. Meskipun dia masih termasuk sepupu jauh Bosnya, tapi cukup besar juga nyalinya untuk menggoda Arga di saat seperti ini.
"May"
"Iya, Tuan"
"Buatkan aku sebuah surat perjanjian kontrak"
Surat perjanjian kontrak? Kontrak apa? Kontrak kerja?
"Bukan kontrak kerja, tapi perjanjian kontrak nikah!" Arga menjawab enteng, seperti tahu isi pikiran May.
Apa!? Kontrak nikah?
.
.
(BERSAMBUNG)
egoisnya kebangetan si arga nih...