Elara tidak tahu apa yang terjadi padanya setelah dirinya sadarkan diri. Tubuhnya yang terasa remuk dengan pakaian yang sudah berceceran di lantai.
"Apa yang terjadi padaku?"
Elara ingin sekali menyangkal apa yang terjadi pada dirinya, tapi keadaannya yang sudah menjelaskan semua apa yang tengah dia alami meskipun tidak tahu siapa yang tega melakukanya. Malam itu dunia Elara hancur saat kesuciannya di rampas oleh orang yang tidak dia tahu sama sekali.
Setelah lama dalama kesulitan bersama buah hatinya, tiba-tiba seseorang yang tidak dia kenal datang dan membuat kehidupannya berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akan melakukan yang terbaik untuk bayinya
Elara tampak seperti sedang bermimpi, saat masuk kesebuah kamar besar dan luas, kedua mata wanita itu menatap takjub kamar yang pertama kali ia lihat bahkan bisa ia sentuh.
Selama hidup dua puluh tahun, Elara tidak pernah yang namanya melihat kemewahan nyata seperti ini, yang ada Elara hanya bisa melihat dari gambar saja.
"Sebenarnya apa yang dia rencanakan dengan membawa ku kesini," Gumam Elara saat duduk di tepi ranjang yang begitu empuk dan sepertinya sangat nyaman untuk tidur.
Tidak seperti tempat tidurnya yang sudah-sudah yang hanya memiliki ketebalan sepuluh centi, itupun tidurnya di bawah tanpa ranjang.
"Selama hamil aku begitu menderita, dan bayiku yang kekurangan gizi, tapi aku tidak menyangka jika pria yang yang meninggalkan benihnya adalah pria yang mapan," Elara kembali bermonolog, hingga suara ketukan pintu membuatnya beranjak.
"Makan malam sudah siap nyonya, bibik Delana juga sudah menunggu," Ucap seorang maid yang menunduk hormat.
Elara yang melihat seseorang lebih tua darinya menunjukan hormat, membuatnya merasa tidak enak.
"Bibik jangan bungkukkan tubuh mu, kau lebih tua dariku, dan jangan panggil aku nyonya. Panggil saja Elara, karena aku bukan nyonya kalian."Elara menyentuh bahu maid itu, karena merasa tidak pantas di perlakukan seperti itu. Yang Elara tahu dirinya juga sama dengan mereka, bahkan mungkin status sosial Elara berada dibawah mereka.
"T-tidak apa nyonya, ini sudah tugas saya, anda majikan kami dan kami pelayan anda."
Elara malah semakin bingung dengan ucapan maid itu, dia hanya datang karena suruhan pria itu, yang Elara belum tahu namanya.
"Silakan nyonya," Maid itu menyuruh Elara untuk berjalan lebih dulu.
Dengan perasaan aneh Elara memilih berjalan didepan maid itu, meskipun rasanya dirinya tidak pantas.
Di meja makan Delana benar sudah menunggu, wanita itu sama halnya dengan Elara yang sempat terpana dengan kemewahan yang Noah berikan. Tapi mengingat kehidupan yang Elara alami saat hamil Delana berpikir ini tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan kesedihan Elara.
"Bibik, apakah kita sedang berada di tiga permintaan lampu ajaib?" Tanya Elara saat sudah duduk di kursi meja makan.
Delana sempat terpaku, tapi setelahnya dirinya mengerti dengan apa yang Elara maksud.
"Anggap saja begitu Elara, kita sedang menikmati kemewahan dari jin lampu ajaib."
Maid yang berada di belakang mereka menahan senyum mendengar obrolan dua orang yang mereka tahu orang penting bagi majikanya, jika tidak mana mungkin mereka harus dilayani, padahal jika dilihat dari pakaian mereka, pakaian seragam maid jauh lebih bagus dan mahal.
Elara mengangguk setuju, mereka makan malam dengan keadaan hening, meksipun pikiran Elara tertuju pada bayinya, namun dirinya hanya diam tanpa ingin membuat Delana khawatir.
*
*
Di rumah sakit, Noah sedang mengawasi dokter yang merawat bayinya, pria itu sudah menyuruh dokter terbaik didatangkan agar bayinya segara sehat dan berat badannya terpenuhi, Noah harus memastikan semua baik-baik saja sebelum membawa bayinya ke kota tempat tinggalnya nanti.
Noah akan melaksanakan apapun, demi kesehatan bayinya.
Ya, Noah berencana membawa bayinya ke kota tempat tinggalnya, dirinya tidak mau meninggalkan bayinya dari jarak yang cukup jauh darinya. Dan untuk Elara Noah sudah megambil keputusan untuk kedepan, karena biar bagaimanapun Elara adalah ibu dari anaknya.
"Tuan mobil anda sudah siap," Oscar berdiri dibelakang Noah yang sedang melihat bayinya dari jendela kaca.
Noah menoleh kebelakang dan mendapati Oscar, "Bagaimana dengan mereka?" Tangan Noah yang mereka maksud adalah Elara dan Delena.
"Awalnya mereka menolak, tapi setelahnya mereka setuju setelah saya akan menjelaskan," Tutur Oscar, padahal yang benar Oscar menyuruh meminta penjelasan pada Noah.
Dasar piala Oscar!
Noah mengangguk, "Kau pulang saja, handel pekerjaan kantor dengan baik, sebelum aku kembali membawa mereka." Titah Noah yang tidak bisa dibantah oleh Oscar.
"Baik Tuan, kalau butuh sesuatu hubungi saya."
Keduanya pun pergi keluar dari rumah sakit, meninggalkan bayinya, Noah juga menempatkan penjaga untuk bayinya. Karena jika teledor sedikit Noah tidak ingin terjadi hal yang buruk dengan bayinya.
Pukul sepuluh malam waktu setempat Noah sampai di kediaman yang Elara tempati, pria itu masuk ke dalam rumah dalam pencahayaan tamaran, karena beberapa lampu sudah dimatikan.
Noah menaiki tangga untuk menuju kesebuah kamar, kamar utama rumah itu yang ada di lantai atas.
Perlahan Noah membuka pintu kamar, menyisakan celah untuknya supaya bisa melihat kedalam.
Namun kedua mata Noah memicing saat melihat tempat tidur kosong.
Noah pun masuk kedalam berniat untuk mencari Elara yang tidak ada di ranjang, padahal ini sudah malam tapi kemana wanita itu.
Melangkah lebih masuk Noah melihat pintu kaca balkon terbuka, angin malam masuk menerpa gorden jendela.
Bisa Noah lihat Elara sedang berdiri sambil memeluk tubuhnya sendiri, entah apa yang di lakukan wanita itu, tapi mendengar ucapan Elara membuat Noah berdiri mematung.
Apa coba????